Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung menyatakan bahwa Kota Metro, Lampung pada Desember 2016 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen.
"Inflasi akibat perubahan indeks pada enam kelompok pengeluaran," kata Kepala BPS Provinsi Lampung, Yeane Irmaningrum, di Bandarlampung, Kamis.
Ia menyebutkan, kelompok pengeluaran yang menjadi pemicu terjadinya inflasi didominasi oleh kelompok bahan makanan dengan sumbangan inflasi sebesar 0,0894 persen diikuti kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar dengan sumbangan inflasi 0,0236 persen.
Kemudian diikuti oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan sumbangan inflasi 0,0180 persen, kelompok kesehatan dengan andil inflasi 0,0023 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan andil inflasi 0,0020 persen.
"Sedangkan kelompok pengeluaran yang menahan laju inflasi di Kota Metro pada Desember 2016 yakni kelompok sandang dengan andil deflasi sebesar 0,0067 persen. Sementara itu, pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak mengalami perubahan indeks," ujarnya.
Yeane menjelaskan, komoditas yang memberikan andil inflasi cukup besar selama bulan Desember 2016 diantaranya adalah beras, telur ayam ras, cabai merah, bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, rokok kretek filter, jeruk, bensin, daging ayam ras dan tarip pulsa ponsel.
Berdasarkan penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Desember 2016, inflasi Kota Metro disebabkan oleh adanya kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 0,30 persen; kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan inflasi 0,16 persen; kelompok perumahan, listrik, air dan gas dengan inflasi 0,11 persen.
Selanjutnya, kelompok kesehatan dengan inflasi 0,04 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan inflasi 0,01 persen.
"Sementara itu, kelompok yang menahan laju inflasi adalah kelompok sandang yang mengalami deflasi 0,12 persen," jelas Yeane.
Pada Desember 2016, berdasarkan penghitungan inflasi dari 82 kota yang diamati perkembangan harganya, terdapat 78 kota yang mengalami inflasi dan 4 kota yang mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe sebesar 2,25 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Tembilahan dengan inflasi sebesar 0,02 persen.
Deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,52 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Tegal dengan deflasi sebesar 0,09 persen. Kota Metro dengan inflasi 0,13 persen menempati peringkat 70 secara nasional.
Dari 23 kota di pulau Sumatera, terdapat 21 kota yang mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe dan inflasi terendah di Tembilahan. Sementara itu, terdapat 2 kota yang mengalami deflasi yaitu Kota Bukit tinggi dengan deflasi 0,57 dan Bungo dengan deflasi 0,11.
"Kota Metro dengan inflasi 0,13 persen menduduki peringkat ke-16 di pulau Sumatera," tambah Yeane.(Ant)
"Inflasi akibat perubahan indeks pada enam kelompok pengeluaran," kata Kepala BPS Provinsi Lampung, Yeane Irmaningrum, di Bandarlampung, Kamis.
Ia menyebutkan, kelompok pengeluaran yang menjadi pemicu terjadinya inflasi didominasi oleh kelompok bahan makanan dengan sumbangan inflasi sebesar 0,0894 persen diikuti kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar dengan sumbangan inflasi 0,0236 persen.
Kemudian diikuti oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan sumbangan inflasi 0,0180 persen, kelompok kesehatan dengan andil inflasi 0,0023 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan andil inflasi 0,0020 persen.
"Sedangkan kelompok pengeluaran yang menahan laju inflasi di Kota Metro pada Desember 2016 yakni kelompok sandang dengan andil deflasi sebesar 0,0067 persen. Sementara itu, pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak mengalami perubahan indeks," ujarnya.
Yeane menjelaskan, komoditas yang memberikan andil inflasi cukup besar selama bulan Desember 2016 diantaranya adalah beras, telur ayam ras, cabai merah, bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, rokok kretek filter, jeruk, bensin, daging ayam ras dan tarip pulsa ponsel.
Berdasarkan penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Desember 2016, inflasi Kota Metro disebabkan oleh adanya kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 0,30 persen; kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan dengan inflasi 0,16 persen; kelompok perumahan, listrik, air dan gas dengan inflasi 0,11 persen.
Selanjutnya, kelompok kesehatan dengan inflasi 0,04 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan inflasi 0,01 persen.
"Sementara itu, kelompok yang menahan laju inflasi adalah kelompok sandang yang mengalami deflasi 0,12 persen," jelas Yeane.
Pada Desember 2016, berdasarkan penghitungan inflasi dari 82 kota yang diamati perkembangan harganya, terdapat 78 kota yang mengalami inflasi dan 4 kota yang mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe sebesar 2,25 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Tembilahan dengan inflasi sebesar 0,02 persen.
Deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,52 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Tegal dengan deflasi sebesar 0,09 persen. Kota Metro dengan inflasi 0,13 persen menempati peringkat 70 secara nasional.
Dari 23 kota di pulau Sumatera, terdapat 21 kota yang mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe dan inflasi terendah di Tembilahan. Sementara itu, terdapat 2 kota yang mengalami deflasi yaitu Kota Bukit tinggi dengan deflasi 0,57 dan Bungo dengan deflasi 0,11.
"Kota Metro dengan inflasi 0,13 persen menduduki peringkat ke-16 di pulau Sumatera," tambah Yeane.(Ant)