Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menyatakan bahwa sektor industri makanan menjadi penyumbang realisasi investasi dari penanaman modal asing (PMA) terbesar di triwulan II-2025 dengan nilai investasi sebesar Rp247 miliar.
"Jumlah proyek investasi industri makanan sebanyak 72 proyek, serta tenaga kerja yang terserap untuk tenaga kerja lokal ada 395 orang dan tenaga kerja asing ada empat orang," ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Provinsi Lampung Intizam di Bandarlampung, Senin.
Ia menambahkan realisasi investasi asing terbesar kedua adalah sektor tanaman pangan, perkebunan dan peternakan dengan jumlah investasi sebesar Rp160 miliar, proyek investasi sebanyak 30, dan penyerapan tenaga kerja dalam negeri ada sebanyak 1.269 orang.
Secara keseluruhan, total realisasi investasi dari penanaman modal asing pada triwulan II-2025 di Lampung nilainya Rp600 miliar, dengan jumlah proyek investasi sebanyak 418, dan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 1.991 tenaga kerja dalam negeri dan tujuh tenaga kerja asing
Sementara itu, bila berdasarkan wilayah realisasi investasi, penanaman modal asing terbanyak berada di Kabupaten Lampung Tengah dengan nilai investasi Rp241 miliar dengan jumlah proyek 50, penyerapan tenaga kerja lokal 142 orang dan dua orang tenaga kerja asing.
Selanjutnya, Kabupaten Waykanan memiliki nilai investasi Rp131 miliar dengan jumlah proyek 13, dan tenaga kerja lokal yang terserap ada 731 orang, Bandarlampung memiliki nilai investasi Rp103 miliar dengan proyek investasi 139 orang, dan jumlah penyerapan tenaga kerja lokal ada 128 orang.
"Untuk daerah lainnya Lampung Barat nilai investasi asing Rp20,8 miliar, Lampung Selatan Rp33,9 miliar, Lampung Timur Rp3,6 miliar, Lampung Utara Rp310 juta, Mesuji Rp1,5 miliar, Pesawaran Rp1 miliar, Pesisir Barat Rp15 miliar, Pringsewu Rp7,5 miliar, Tanggamus Rp28 miliar, Tulang Bawang Rp10,9 miliar, dan Metro Rp1,7 juta," kata Intizam.
Berdasarkan negara penanam modal, nilai investasi terbesar di triwulan II-2025 berasal dari Singapura dengan nilai Rp455 miliar, kedua adalah Australia sebesar Rp36 miliar, Belanda Rp21 miliar, Malaysia Rp18 miliar dan Inggris Rp17 miliar.
