BI siap kembangkan pariwisata ramah muslim di Pesawaran dan Lampung Selatan

id Pariwisata ramah muslim, wisata lampung, ekonomi syariah, bank Indonesia lampung

BI siap kembangkan pariwisata ramah muslim di Pesawaran dan Lampung Selatan

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung Bimo Epyanto saat memberi keterangan terkait ekonomi dan keuangan syariah di Lampung. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Padahal konsep syariah itu sebenarnya bukan sesuatu yang eksklusif. Tapi harus bisa dinikmati oleh semua orang tanpa memandang agamanya

Bandarlampung (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung Bimo Epyanto mengatakan bahwa pihaknya tengah mengembangkan pariwisata ramah muslim di Kabupaten Pesawaran dan Lampung Selatan untuk memperluas ekosistem ekonomi syariah.

"Dalam rangkaian kegiatan Festival Ekonomi Syariah Regional Sumatera yang dilaksanakan di Lampung, telah ada kegiatan pengembangan pariwisata ramah muslim yang dilakukan di tempat wisata bahari Pahawang di Kabupaten Pesawaran dan di destinasi wisata lain di Lampung Selatan," ujarnya di Bandarlampung, Rabu.

Ia mengatakan pengembangan pariwisata ramah muslim di Pesawaran dan Lampung Selatan menjadi upaya membranding ulang wisata halal yang mengalami fenomena penurunan jumlah pengunjung setelah ditetapkan sebagai pariwisata halal.

"Berkaitan dengan wisata ramah muslim ada yang perlu diperhatikan, sebab di beberapa tempat setelah dideklarasikan wisata halal malah kunjungannya turun. Jadi perlu membranding ulang menjadi pariwisata ramah muslim. Disini disediakan tempat sholat, kemudian makanan minuman yang tidak halal diberi tanda," katanya.

Ia menjelaskan bila menggunakan nomenklatur wisata halal, maka ada pengertian untuk sesuatu yang tidak halal tidak boleh ada di tempat wisata tersebut. Dan hal itu mengurangi minat masyarakat non muslim mengunjungi tempat wisata tersebut.

"Padahal konsep syariah itu sebenarnya bukan sesuatu yang eksklusif. Tapi harus bisa dinikmati oleh semua orang tanpa memandang agamanya harusnya seperti itu, walau konsepnya syariah atau ramah muslim," ucap dia.

Ia melanjutkan daerah harus memanfaatkan potensi wisata ramah Muslim, sebab negara-negara dengan mayoritas masyarakatnya non Muslim saat ini giat mengembangkan wisata tersebut, sehingga perlu dilakukan branding ulang untuk menarik minat wisatawan.

"Jadi harus dilakukan kembali branding wisata ramah Muslim. Di destinasi wisata selain menyediakan fasilitas sarana prasarana yang mendukung kemudahan bagi umat muslim melaksanakan ataupun beraktivitas sesuai dengan syariah. Tapi di situ juga boleh menyediakan makan yang tidak halal tapi harus ada tandanya agar aman bagi muslim," tambahnya.

Menurut dia, dengan adanya hal tersebut maka pariwisata yang ada di daerah dapat berkembang, dan jumlah kunjungannya bisa bertambah.

"Dengan ini wisatawan yang non muslim tidak merasa tidak bisa berkunjung karena disana karena khusus muslim, dan sebaliknya yang muslim pun juga aman karena sudah ada tanda-tanda, diberikan tanda bahwa produk ini tidak halal," ujar dia lagi.

Baca juga: Nilai transaksi Fesyar Sumatera di Lampung capai Rp1,6 miliar

Baca juga: BI: Berdayakan usaha syariah sektor makanan dan fesyen melalui IKRA

Baca juga: BI kuatkan pengembangan ekonomi syariah melalui tiga strategi utama

Pewarta :
Editor : Satyagraha
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.