Konsumen akui jargas lebih praktis dan murah dibandingkan LPG

id jargas, pgn lampung, jaringan gas, jargas lebih praktis,murah

Konsumen akui jargas lebih praktis dan murah dibandingkan LPG

Salah seorang konsumen akui jargas PGN lebih praktis dan murah dibandingkan LPG. ANTARA/HO-PGN

Dari awal komunikasi dengan petugasnya juga bagus. Proses daftar cepat karena dekat dengan pusat layanan. Sampai sekarang nggak ada kendala yang berarti.

Bandarlampung (ANTARA) - Sejumlah konsumen yang telah beralih menggunakan jaringan gas (jargas) dari Perusahaan Gas Negara (PGN) menyampaikan pengalaman positif mereka selama menjadi pelanggan.

Sarji (46), warga Sukarame, Bandarlampung, Lampung, yang telah berlangganan selama lebih dari tiga tahun mengungkapkan bahwa penggunaan gas PGN lebih hemat dan praktis dibandingkan dengan LPG.

"Saya sempat hitung, dulu pakai gas melon bisa habis lima tabung sebulan. Sekarang pakai PGN, setara dengan tiga atau empat tabung saja. Lebih hemat dan nggak khawatir kehabisan mendadak," ujarnya, di Bandarlampung, Senin.

Selain itu, ia juga menilai kemudahan dalam pemakaian dan keamanan instalasi. Menurutnya, jika terjadi kebocoran, gas PGN lebih mudah terdeteksi dan sejauh ini sistem pemipaan di daerahnya juga dalam kondisi baik.

"Dari awal komunikasi dengan petugasnya juga bagus. Proses daftar cepat karena dekat dengan pusat layanan. Sampai sekarang nggak ada kendala yang berarti," katanya lagi.

PGN juga dinilai lebih ramah lingkungan dan aman, karena tidak menimbulkan nyala api yang membahayakan. Warga berharap ke depan PGN dapat meningkatkan pelayanannya, terutama karena jumlah pelanggan terus bertambah.

"Sebagai pelanggan awal, kami harap jangan sampai terabaikan. Dan masyarakat perlu terus disosialisasikan karena masih banyak yang takut pindah ke PGN," ujarnya pula.

Hal senada juga disampaikan oleh Deni Hakim, warga Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Bandarlampung yang sudah menjadi pelanggan PGN sejak tahun 2017.

"Saya jadi pelanggan PGN kurang lebih pada tahun 2017, pada awal pembukaan pertama di Lampung dengan harga Rp4.750, 00 per satu kubik," kata dia.

Menurutnya, sebelum PGN masuk ke wilayahnya, ia menggunakan tabung LPG 3 kilogram dan kerap kali kebingungan ketika gas melon langka.

"Sebelum PGN masuk pakai gas melon dan semenjak PGN masuk jadi lebih mudah karena tidak usah susah cari gas. Kalau tengah malem atau subuh mau masak sudah ada gas nggak perlu cari lagi keluar," kata dia lagi.

Selain itu, ia juga menilai menggunakan PGN lebih murah dibandingkan dengan menggunakan LPG yang harga jual di warung melampaui harga eceran tertinggi (HET).

"Lebih murah pakai PGN, kalau LPG carinya sekarang susah. Kalau PGN paling 70 sampai 80 ribu per bulan kalau melon sampai 3 hingga 4 tabung. Kalau beli juga harus pakai KTP dan tidak boleh lebih dari satu," katanya pula.

Selain itu, untuk pembayaran juga lebih mudah bisa datang ke Alfamart, Indomaret atau menggunakan aplikasi PGN Mobile.

"Pembayarannya juga bisa dimana saja seperti Indomaret atau Alfamart. Kalau saya di m-banking, kemudian sudah ada PGN Mobile jadi pembayaran per bulan bisa kita cek sendiri," katanya.

Hal senada juga disampaikan oleh, Renaldi, warga Jalan Tupai, Kedaton, yang mengaku puas dengan layanan PGN tersebut.

Ia menilai gas jaringan sebagai solusi yang lebih efisien dibandingkan dengan tabung gas konvensional.

"Dulu sempat khawatir soal kebocoran, tapi alhamdulillah sampai sekarang tidak pernah ada masalah. Saat dinyalakan pun tidak ada bau gas," ujar Renaldi.

Menurutnya, selain aman dan nyaman, sistem pembayaran juga semakin praktis. Awalnya ia membayar melalui Indomaret atau Kantor Pos, namun kini cukup dengan mobile banking.

"Sekarang tinggal bayar lewat m-banking. Lebih cepat dan nggak perlu antre," katanya pula.

Salah satu keunggulan lain yang dirasakannya adalah ketersediaan gas yang stabil, terutama saat malam hari.

"Kalau pakai tabung gas, tengah malam kehabisan itu repot. Kadang gas juga langka. Sekarang jauh lebih tenang," ujarnya lagi.

Renaldi mulai menggunakan gas jaringan setelah ditawari oleh ketua RT setempat. Saat itu pemasangan dilakukan secara gratis, sehingga mayoritas warga sepakat untuk beralih ke gas jaringan.

Untuk biaya tagihan, Renaldi menyebutkan bervariasi tergantung pemakaian.

"Paling murah saya pernah bayar Rp25.000, paling mahal Rp98.000. Belum pernah sampai Rp100.000, padahal dipakai setiap hari," kata dia.

Hingga kini, Renaldi belum pernah mengalami kendala teknis. Ia berharap program gas jaringan ini terus berlanjut dan bisa dinikmati oleh lebih banyak warga di daerah lain.
Baca juga: PGN upgrade aplikasi PGN Mobile lebih mudah untuk rumah tangga dan UMKM
Baca juga: BPH Migas pastikan keandalan penyaluran jaringan gas di Jatim