Bandarlampung (ANTARA) - Stasiun Bumi Institut Teknologi Sumatera (Itera) berhasil mendeteksi pergerakan Siklon Taliah yang berada di Barat Daya Pulau Sumatera dan menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Lampung.
Pemantauan ini dilakukan melalui kolaborasi antara Pusat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MKG) Itera, Pusat Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL Itera), serta Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAP) Itera.
Berdasarkan pantauan dari Taman Alat Pusat MKG Itera, curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat (di atas 30 mm/hari) tercatat berlangsung selama 4-6 hari. Fenomena ini dipicu oleh rentetan kejadian siklon yang terjadi di belahan bumi selatan.
Berdasarkan hasil pemantauan satelit NOAA, saat ini terdapat dua siklon aktif, yaitu Siklon Taliah dan Siklon Vince, serta dua bibit siklon, yakni 11S dan 15P. Banyaknya aktivitas siklon di belahan bumi selatan disebabkan oleh posisi matahari yang condong ke selatan akibat gerak semu matahari.
Kondisi ini mengakibatkan suhu permukaan laut menjadi lebih hangat, diperparah dengan efek perubahan iklim yang meningkatkan suhu global dan memicu terbentuknya siklon.
Pemantauan fenomena siklon tidak hanya dilakukan oleh lembaga internasional seperti NOAA, tetapi juga oleh Pusat MKG Itera dengan memanfaatkan data satelit cuaca NOAA-19. Satelit ini menyiarkan data pengamatan cuaca secara langsung dan tanpa enkripsi.
Data tersebut dapat diakses oleh mahasiswa Program Studi SAP Itera, yakni Ahmad Ilhamu Aflah dan Julinda Rahman, menggunakan instrumen yang dikembangkan secara mandiri oleh OAIL Itera bersama dosen Prodi SAP Itera melalui Hibah Penelitian Itera.
Instrumen pemantauan ini terdiri dari dua antena Yagi yang dilengkapi rotator otomatis, diberi nama Tesseract, yang merupakan hasil tugas akhir mahasiswa M. Arrizal Hasby.
Antena tersebut telah dipasang di rooftop Gedung C Itera untuk mengoptimalkan pemantauan. Tesseract merupakan satellite tracker dengan sistem auto-track yang mampu mengikuti pergerakan satelit secara otomatis sesuai prediksi yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Selain itu, Itera juga memiliki Teleskop Radio Itera (TERI) yang didesain untuk pengamatan matahari dan hidrogen netral.
Namun, TERI juga dapat menerima sinyal dari satelit, sehingga dapat digunakan untuk memantau fenomena atmosfer dan kelautan, termasuk pergerakan siklon tropis dan kondisi cuaca antariksa.
Dalam beberapa hari terakhir, instrumen-instrumen ini berhasil mendeteksi keberadaan dan pergerakan Siklon Taliah di wilayah barat daya Pulau Sumatera. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa siklon ini akan terus bergerak ke arah selatan.
Namun, dampaknya masih berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, pengawasan terhadap pergerakan siklon ini perlu terus dilakukan dalam beberapa hari ke depan.
Peristiwa ini menegaskan pentingnya pengamatan cuaca secara mandiri dan berkelanjutan, mengingat kondisi cuaca Indonesia yang dapat berubah dengan cepat. Pemanfaatan teknologi pemantauan satelit di Itera diharapkan dapat mendukung upaya mitigasi bencana serta memberikan data yang lebih akurat untuk analisis cuaca ekstrem di masa mendatang.
(kerja sama)