Jakarta (ANTARA) - Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin menyampaikan secara khusus bahwa semangat Natal turut menjadikan perjalanan institusi Kejaksaan kian berwarna karena selalu menggaungkan kebaikan, solidaritas, serta gotong royong dalam melaksanakan pekerjaan.
"Nilai-nilai yang dibawa itu selaras dengan adagium institusi bahwa Jaksa adalah 'Satu dan Tak Terpisahkan' (een ein ondelbaarheid)," kata Burhanuddin dalam keterangan diterima di Jakarta, Senin.Hal ini disampaikan Burhanuddin dalam acara perayaan Natal oleh umat Kristiani Kejaksaan RI di Kantor Kejaksaan Agung, Jakarta.
Perayaan Natal tahun ini mengangkat tema Natal memberikan semangat bagi para jaksa untuk mewujudkan Kejaksaan menjadi bagian dari penegakan hukum yang humanis dengan menjadi insan Adhyaksa sejati.
“Tema tersebut dirasa sangat tepat dalam mencerminkan pesan Natal bagi kita sekalian, terutama dalam pelaksanaan tugas Kejaksaan dalam lingkup penegakan hukum di Indonesia,” ujar Burhanuddin.
Dalam kesempatan itu, Burhanuddin mengatakan keadilan merupakan tumpuan takhta Tuhan dalam ajaran Kristiani.
"Jaksa semua berkarya di institusi yang menjadi tumpuan masyarakat. Oleh karenanya sebagai insan Adhyaksa yang beriman, jaksa tidak boleh membuat masyarakat hidup bergumul dengan ketidakadilan,” ujarnya.
Agar dapat mewujudkan cita tersebut, Burhanuddin mengharapkan insan Adhyaksa Kristiani dapat memahami jejak langkah Kristus yang penuh kasih terhadap manusia. Tak hanya itu, insan Adhyaksa juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat humanisme dalam melaksanakan penegakan hukum.
Burhanuddin percaya insan Adhyaksa akan mampu menjawab setiap tantangan penegakan hukum yang semakin kompleks dan penuh dinamika apabila bertugas dilandasi dengan semangat cinta, hati nurani, kebersamaan dan toleransi.
Selain itu, Burhanuddin menekankan agar warga Kristiani Kejaksaan mampu memahami kedalaman makna dan mengimplementasikan konsep yang dimaksud dengan "Garam dan Terang Dunia”. Sebagaimana yang disampaikan dalam Kitab Injil bahwa setiap manusia adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
“Apabila diaplikasikan ke dalam kehidupan maka insan Adyaksa harus bisa memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan melalui kebenaran dalam pola pikir dan pola tindak. Dengan demikian, niscaya Kejaksaan akan mampu menjadi garam yang memberikan kebaikan bagi sesama,” katanya.
Sementara itu, konsep terang dunia merujuk pada umat Kristiani yakni harus tampak jelas dan bisa dilihat semua orang dalam konteks positif.
Burhanuddin menekankan agar insan Adhyaksa mampu mengaplikasikan kehidupan seperti Garam dan Terang Dunia agar niscaya berpengaruh pada cara pandang masyarakat terhadap diri pribadi, keluarga serta Institusi Kejaksaan.
Dalam kesempatan tersebut, Burhanuddin juga menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada umat Kristiani warga Adhyaksa yang telah bekerja keras secara bahu membahu untuk menghasilkan kinerja positif bagi Kejaksaan.