Sebanyak 1.440 balita di Kabupaten Bekasi terindikasi obesitas

id Persoalan gizi balita,Kelebihan berat badan,Kasus obesitas balita,1.440 balita obesitas,Kabupaten Bekasi,Dinas Kesehatan

Sebanyak 1.440 balita di Kabupaten Bekasi terindikasi obesitas

Ibunda Muhammad Kenzi Alfaro (16 bulan) Pitriah mengajak balita berbobot 27 kilogram itu bermain menggunakan kereta dorong di lingkungan tempat tinggalnya yakni Desa Pusaka Rakyat, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (22/2/2023). (ANTARA/Pradita Kurniawan Syah).

Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Sebanyak 1.440 anak usia bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat terindikasi mengalami kelebihan berat badan atau obesitas berdasarkan data Dinas Kesehatan setempat hingga pertengahan tahun 2023.

"Obesitas menjadi salah satu persoalan gizi pada balita yang menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Bekasi selain stunting dan gizi buruk," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Supriadinata di Cikarang, Sabtu.

Dia mengatakan, pemicu obesitas pada balita disebabkan oleh beberapa faktor mulai dari pola makan yang tidak sesuai dengan anjuran kesehatan, yakni tidak sehat, porsi berlebih, hingga faktor genetik.

Peran aktif orang tua dibutuhkan untuk mencegah obesitas mengingat pemicu persoalan gizi ini berawal dari konsumsi makanan tidak sehat, berlebihan, serta konsumsi makanan dan minuman tinggi kalori namun rendah nutrisi tanpa diikuti aktivitas fisik yang cukup.

"Kemudian persoalan di wilayah-wilayah urban seperti di Kabupaten Bekasi itu banyak orang tua yang bekerja. Bapak dan ibunya pergi pagi dan pulang malam, sementara bayinya diasuh orang lain. Bisa jadi, agar diam si bayi dikasih makanan minuman manis secara terus-menerus hingga memicu obesitas," katanya.



Supriadinata menyatakan, obesitas pada balita juga bisa disebabkan faktor internal, yakni keturunan atau kelainan genetik meski kecenderungan faktor ini relatif lebih kecil dibandingkan pengaruh lingkungan luar, yakni pola makan tidak sehat dan berlebihan.

"Mengacu teori klasik H.L. Bloom, penyakit yang ditimbulkan akibat faktor genetik peluangnya cenderung lebih kecil hanya 10 persen," ucapnya.



Pihaknya menghimbau masyarakat melakukan upaya pencegahan obesitas. Selain menerapkan pola makan sehat dan seimbang, berat badan dan panjang atau tinggi badan balita juga harus dipantau secara berkala di Posyandu.

"Orang tua harus membawa bayi ke posyandu, ditimbang rutin setiap bulan ketika ada kenaikan yang tidak wajar dapat langsung dikonsultasikan ke dokter di Puskesmas terdekat di sekitar Posyandu. Pemerintah juga rutin melakukan Bulan Penimbangan Balita dari Februari-Agustus sekaligus pemberian Vitamin A," katanya.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Masrikoh mengatakan dari total 1.440 balita obesitas, 275 di antaranya bahkan masih berusia di bawah dua tahun (0-23 bulan).

Dari 23 kecamatan se-Kabupaten Bekasi tercatat hanya dua kecamatan yang saat ini terbebas dari masalah obesitas pada balita yakni Kecamatan Pebayuran dan Cabangbungin.

Sementara dua wilayah tertinggi angka obesitas pada balita berdasarkan cakupan masing-masing puskesmas yakni wilayah Kelurahan Wanasari di Kecamatan Cibitung dengan 195 kasus dan Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara dengan 106 kasus.


Pihaknya memberikan penyuluhan secara berkelanjutan kepada masyarakat terkait penerapan pola hidup sehat dengan memberikan asupan makanan bergizi untuk mendukung pertumbuhan serta perkembangan balita agar tumbuh sehat sesuai usia dan berat badan.

Masrikoh juga memberikan kiat khusus kepada para ibu agar menerapkan inisiasi menyusu dini, memberikan ASI eksklusif sampai usia enam bulan dan melanjutkan pemberian ASI hingga usia dua tahun.

"Kami juga kontinyu memberikan makanan bayi dan anak sesuai kelompok umur serta tummy time untuk bayi yang belum bisa merangkak sebagai usaha aktivitas fisik. Upaya-upaya tersebut untuk mencegah bayi dan balita mengalami obesitas," kata dia. (KR-PRA).