Bengkulu (ANTARA) -
"Kondisi petani di Provinsi Bengkulu ini hampir sama se-Indonesia, permasalahan utama adalah bagaimana petani itu tidak lagi umur muda kalau bisa ada regenerasi-regenerasi," kata Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik M Habibullah saat menjadi pembicara utama dalam kegiatan Perencanaan dan Konsolidasi ST2023 di Bengkulu, Senin.
"Nah maka mungkin inilah salah satu penyebab kaum milenial tidak mau masuk pada sektor-sektor pertanian, dianggapnya apa sudah capai lelah tapi hasilnya seperti itu (kurang menguntungkan)," kata dia.
Pola pikir seperti itu lah yang perlu diubah kaum milenial. Rohidin mengatakan cara bercocok tanam kaum urban malahan saat ini malah sangat menjanjikan dan memberikan profit yang besar.
"Bisa bertani tanpa lahan, dan saya kira ini menjadi sebuah kesempatan peluang bagi petani milenial. Nah maka teman-teman di dinas ketahanan pangan mungkin ini yang boleh didukung," kata dia.
Pandangan terhadap petani kata dia jangan lagi seperti potret yang ada di lukisan-lukisan lama. Petani digambarkan kurus, memakai caping, lusuh dan menggembalakan hanya beberapa ekor bebek saja.
"Lukisannya bagus, tapi tidak edukatif. Memang menarik dilihat tapi pesannya itu tidak bagus. Memang kadang-kadang mindset (itu penting diubah), tidak lagi petani itu miskin, petani itu makmur, menggambarkan kemakmuran juga," ujarnya.