ANTARA: Esensi pemikiran RA Kartini emansipasi bagi kaum minoritas

id RWP, media sosial, keterampilan bermedia sosial, PENA,Hari Kartini, Peringatan Hari Kartini, LKBN Antara, Meidyatama Sur

ANTARA: Esensi pemikiran RA Kartini emansipasi bagi kaum minoritas

Tangkapan layar Direktur Utama Perum LKBN Antara, Meidyatama Suryodiningrat, dalam pada pembukaan talkshow “Bermedsos Asyik dengan AKHLAK” yang diselenggarakan Puan Teruna ANTARA di Jakarta, Senin (25/4/2022). (ANTARA/Indriani)

Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Perum LKBN ANTARA Meidyatama Suryodiningrat yang biasa dipanggil Dymas mengatakan esensi pemikiran dari seorang RA Kartini bukanlah terkait pada persoalan derajat perempuan, akan tetapi emansipasi bagi semua kaum yang dilemahkan dan menjadi minoritas.

Sosok RA Kartini juga ikut meletakkan pondasi Kebhinekaan dan toleransi dalam arti yang lebih dalam, yaitu persamaan derajat bukanlah hanya persoalan hidup berdampingan tetapi bagaimana kaum mayoritas bisa melindungi dan mengangkat yang lemah, ujar Meidyatama pada pembukaan talkshow “Bermedsos Asyik dengan AKHLAK” yang diselenggarakan Puan Teruna ANTARA di Jakarta, Senin.

“Ini termasuk nilai yang terkandung dalam tempat kerja yang aman bagi semua,” ucapnya.

Perjuangan seorang RA Kartini, yang berjuang melalui pikiran dan tulisan, serupa dengan yang dilakukan oleh LKBN ANTARA. Menurut Dymas, ANTARA berbeda dengan media lainnya yang mana saat didirikan bukanlah aktualisasi dari jurnalistik akan tetapi bentuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.

“Hingga saat ini, telah menjadi cita-cita ANTARA untuk menyebarkan kebesaran karya an kata demi kebaikan bangsa,” kata Dymas.

Kemerdekaan Indonesia direbut dengan darah dan keringat, namun kedaulatan Indonesia diraih melalui jalur diplomasi. Gagasan kebangsaan dipicu oleh pikiran dan tulisan. Dalam embrio sebuah revolusi para pemikir, akademisi dan wartawan yang pertama kali ditangkap oleh pemerintah kolonial.

“Bagi Peringatan Hari Kartini, maknanya sama dengan Hari Kebangkitan Nasional, sama hal makanya dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Peringatan-peringatan itu menyadarkan kita bahwa membelenggu pikiran dan kita, bukanlah rantai atau ancaman senjata, tetapi pikiran itu sendiri,” imbuh dia.

Dalam kesempatan itu, Dymas mengapresiasi workshop yang diselenggarakan PENA tentang etika media sosial. Media sosial memiliki dua sisi yakni baik dan buruk. Pada satu sisi membuka cakrawala akan tetapi di sisi lain mempersempit cakrawala. Media sosial juga meluaskan pergaulan tetapi juga mudah memutuskan pergaulan.

“Selalu bertindaklah di dunia maya, seperti anda bertindak di dunia nyata. Sebagai pegawai, harus profesional di dunia nyata juga di dunia maya,” imbuh dia.

Direktur Keuangan, MSDM dan Umum Perum LKBN ANTARA, Nina Kurnia Dewi, mengatakan setiap pegawai penting memiliki keterampilan dalam media sosial karena media sosial sulit dilepaskan dalam kehidupan saat ini.

“Keterampilan dalam bermedia sosial ini harus dikaitkan dengan nilai inti BUMN yakni AKHLAK. Perusahaan saat ini berusaha meratifikasi sebuah kebijakan yang dikeluarkan Kementerian BUMN yakni Respectful Workplace Policy (RWP) yang mana menciptakan suasana kerja nyaman dan saling menghargai, bebas dari diskriminasi, dan bebas dari semua bentuk pelecehan dan ujaran kebencian,” kata Nina.