Ketua MPR tekankan moderasi beragama bukan mengabaikan ajaran agama

id Ketua MPR,Moderasi beragama,Hari Raya Nyepi

Ketua MPR tekankan moderasi beragama bukan mengabaikan ajaran agama

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo dalam Dharmasanti Nasional Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944, sekaligus Sosialisasi Empat PIlar MPR RI, di Jakarta, Minggu (10/4/2022). ANTARA/HO-MPR

Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menekankan bahwa moderasi beragama telah menjadi jawaban atas maraknya intoleransi di seluruh dunia, namun bukan berarti mengabaikan ajaran nilai agama.

“Moderasi beragama bukanlah mengabaikan ajaran nilai agama, karena sesungguhnya nilai agama akan selalu melekat dan mewarnai kehidupan keseharian dan kebangsaan,” kata Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.

Pernyataan tersebut ia sampaikan ketika menghadiri Dharmasanti Nasional Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944, sekaligus Sosialisasi Empat Pilar MPR RI.

Bamsoet menuturkan, agama mengajarkan masyarakat untuk menjaga hubungan silaturahmi yang harmonis dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.

“Pada dasarnya, agama menjauhkan kita dari perbuatan dosa dan tercela, karenanya jangan sampai karena mengatasnamakan agama, justru membuat banyak dosa dan perbuatan tercela,” ucapnya.



Di Indonesia, relasi antara agama dan negara telah diatur sedemikian khas. Indonesia bukan negara agama yang berdasar pada satu agama tertentu, tetapi juga bukan negara sekuler.

“Indonesia adalah negara yang berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, sesuai sila pertama Pancasila," ujar Bamsoet.

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersamaan dengan Dharmasanti Nasional semakin melengkapi rangkaian Perayaan Hari Suci Nyepi.

Dharmasanti adalah acara simakrama atau silaturahmi yang bertujuan membangun kerukunan, kedamaian, dan harmoni antarumat dengan dilandasi sikap moderasi dalam beragama, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat kemanusiaan.

"Martabat kemanusiaan seseorang tercermin dari caranya menghormati orang lain, dan seberapa kuat komitmennya dalam menjunjung tinggi nilai-nilai persahabatan dan persaudaraan antar sesama manusia,” ucapnya.

Dalam konsepsi kehidupan berbangsa dan bernegara, ia melanjutkan, nilai filosofis dari ajaran Tat Twam Asi yang merupakan ajaran moral bernapaskan agama Hindu, selaras dengan rumusan sila kedua Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menjelaskan, membangun moderasi beragama merupakan sebuah keniscayaan dan sekaligus tantangan.

“Harus dilakukan dengan sinergi dan kolaborasi dari segenap elemen bangsa, utamanya masing-masing umat beragama. Untuk mewujudkannya, diperlukan komitmen kebangsaan yang dibangun dari landasan ideologi, landasan konstitusional, dan wawasan kebangsaan yang berorientasi pada semangat persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, bagi Indonesia, membangun moderasi beragama sangat penting mengingat Indonesia adalah bangsa yang majemuk.

Terdapat 273 juta penduduk yang menganut 6 agama berbeda yang diakui oleh negara, serta puluhan aliran kepercayaan. Dengan kemajemukan tersebut, ucap Bamsoet, moderasi beragama akan menjadi faktor kunci terwujudnya harmoni dan kerukunan umat beragama.

"Kerukunan umat beragama yang menjadi landasan terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, bukanlah sesuatu yang bersifat statis, tetapi berkembang dinamis,” tutur Bamsoet.