Wabup Pesisir Barat buka kegiatan bedah buku "kroe tempo doeloe"

id lampung, pesisir barat, pesibar, buku, bedah buku, buju jadul

Wabup Pesisir Barat buka kegiatan bedah buku "kroe tempo doeloe"

Wabup Pesisir Barat buka kegiatan bedah buku kroe tempo doe loe (ANTARA/HO-Pemkab Pesisir Barat)

Bandarlampung (ANTARA) - Wakil Bupati A. Zulqoini Syarif, menghadiri acara pembukaan kegiatan bedah buku kroe tempo doeloe dalam catatan o.l. helfrich bertempat di gedung Serba Guna Selalaw Kecamatan Pesisir Tengah, belum lama ini.

A. Zulqoini Syarif mengatakan, setiap tempat pasti memiliki sejarahnya masing-masing. Pada masa kekuasaan Inggris di Nusantara tahun 1811-1816, wilayah Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung dengan pusat pemerintahan dan pusat aktivitas ekonominya di Krui masuk dalam wilayah administrasi Keresidenan Bengkulu.

Saat terjadinya perjanjian London antara Inggris dan Belanda, maka berlangsunglah pertukaran daerah jajahan. Belanda memperoleh Bengkulu sedangkan Inggris diakui haknya oleh Belanda atas Malaka dan Tumasik atau Singapura.

Pada tahun 1817 pemerintah kolonial Belanda meresmikan terbentuknya Keresidenan Lampung di bawah seorang residen yang berkedudukan di Terbanggi kemudian pindah ke Telukbetung. Kejayaan Krui pada zaman lampau juga bisa kita temukan dalam peta pelayaran nusantara pada tahun 1411 m.

Dalam peta tersebut menyatakan bahwa di pulau Sumatera hanya terdapat beberapa kota di pelabuhan, di antaranya, kota pelabuhan pasee (Aceh), andipura (Riau), manincabo (Padang), lu-shiangshe (Bengkulu), krui-lampung, jambi, dan nama negeri crivijaya di musi selembar.

Selanjutnya, berdasarkan catatan dan data yang ada, krui pada masa lampau jelas memiliki peradaban besar dengan sejarah kemaritiman yang panjang.

“Saya berharap dengan adanya kegiatan bedah buku kroe tempo doeloe ini dapat menjadi salah satu pintu pembuka bagi masyarakat krui terutama bagi para penggiat dan pecinta sejarah agar dapat terus menggali sejarah lokal yang ada di negeri sai batin dan para ulama yang kita cinta ini,” ujar wabup.

Wabup menjelaskan, sebagian bukti sejarah masih dapat kita temui di beberapa tempat, mulai dari dermaga kuala stabas, gedung pengadilan rakyat, mercusuar serta beberapa bangunan dari arsitektur khas kolonial belanda.

Dia mengucapkan apresiasi yang tinggi serta ucapan terimakasih kepada KAHMI kabupaten pesisir barat yang telah menyelenggarakan kegiatan ini serta kepada penulis kroe tempo doeloe, Elly Dharmawanti dan Fadlun Abid atas upaya dan kerja kerasnya menterjemahkan jurnal tentang krui pada masa kolonial belanda.

”Saya berharap buku ini nanti dapat menjadi awal yang baik bagi lahirnya berbagai karya terbaik dari putra putri kabupaten pesisir barat. semoga kita semua dapat terus berkontribusi, mengembangkan melestarikan sejarah, adat budaya serta kearifan lokal yang ada di Kabupaten Pesisir Barat ini,”ucap A. Zulqoini Syarif.