Demi kelangsungan parfum No.5 Chanel, perkebunan melati dibeli

id Chanel,Melati,Chanel No.5

Demi kelangsungan parfum  No.5 Chanel, perkebunan melati dibeli

Ilustrasi (Reuters/Fabrizio Bensch)

Pegomas, Prancis (ANTARA) - Untuk mengantisipasi terganggunya pasokan bunga yang digunakan dalam parfum terlarisnya, perusahaan fesyen dan kecantikan Chanel telah membeli lebih banyak lahan di Prancis selatan guna mengamankan pasokan melati dan varietas lainnya, yang dipanen dengan tangan di ritual tahunan yang rumit.

Perusahaan merek mahal itu mengatakan telah membeli 10 hektar (100.000 meter persegi) tanah sebagai tambahan atas 20 hektar lahan yang sudah dieksploitasi dalam kemitraan dengan keluarga setempat di dekat Kota Grasse, yang dikenal dengan ladang bunganya.

Pada suatu pagi yang cerah di akhir Agustus sebelum panas mencapai puncaknya di dekat Pegomas, lusinan pekerja sibuk memanen melati tahun ini, bahan utama untuk parfum No.5 Chanel yang telah berusia 100 tahun. Parfum laris itu dibuat oleh mendiang desainer Coco Chanel.

Chanel membuat kesepakatan dengan keluarga Mul pada akhir 1980-an untuk menjamin produksi lima bunga di wilayah tersebut. Beberapa produsen lokal mulai menjual tanah mereka pada saat itu, sebagian tertarik dengan kesepakatan properti di wilayah yang dekat dengan Nice dan French Riviera.

"Ada masanya terjadi ancaman karena produksi melati mulai berpindah ke negara lain," kata Olivier Polge, yang mengikuti jejak ayahnya menjadi kepala parfum Chanel pada 2013.

Melati yang tumbuh di Grasse memiliki aroma tertentu. Wilayah ini menjadi pusat bunga dan wewangian pada abad ke-17, ketika penyamak kulit lokal mulai menggunakan wewangian pada produk mereka.

Fabrice Bianchi, yang mengawasi produksi keluarga Mul, mengatakan operasi mereka tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi COVID-19, karena pemetik dapat bekerja di luar ruangan. Virus ini menyebabkan beberapa penderita kehilangan indra perasa dan penciuman - masalah serius bagi para pembuat parfum, yang dikenal sebagai "hidung" dalam bisnis itu.

"Tentu saja, ini adalah tahun yang cukup aneh," kata Polge kepada Reuters. "Tetapi dalam banyak hal itu sama bagi saya seperti untuk semua orang, meskipun saya mengandalkan hidung - kami semua berusaha untuk tidak tertular."