Nairobi (ANTARA) - Pasukan Eritrea mulai menarik diri dari wilayah Tigray, Ethiopia utara, kata Kementerian Luar Negeri Ethiopia.
Amerika Serikat, Jerman, Prancis, dan negara-negara G7 lainnya pada Jumat (2/4) menyerukan penarikan tentara Eritrea dengan cepat, tanpa syarat dan dapat diverifikasi, diikuti oleh proses politik yang dapat diterima oleh semua warga Ethiopia.
Dalam tanggapan yang dikeluarkan Sabtu (3/4) malam melalui Kementerian Luar Negeri, Ethiopia mengatakan bahwa pernyataan menteri luar negeri G7 belum mengakui langkah-langkah penting yang diambil untuk memenuhi kebutuhan kawasan.
"Pasukan Eritrea yang telah melintasi perbatasan ketika diprovokasi oleh TPLF (Front Pembebasan Rakyat Tigray) sekarang mulai mengungsi dan Pasukan Pertahanan Nasional Ethiopia telah mengambil alih menjaga perbatasan nasional," katanya dalam sebuah pernyataan.
Pertempuran meletus di Tigray pada awal November setelah pasukan yang setia kepada partai yang memerintah di sana - TPLF - menyerang pangkalan militer di seluruh wilayah. Pada akhir November, pasukan federal menggulingkan TPLF dari ibu kota Mekelle dan pemerintah Ethiopia mengumumkan kemenangan.
Ribuan orang tewas dalam konflik tersebut, ratusan ribu orang terusir dari rumah mereka dan ada kekurangan makanan, air dan obat-obatan di wilayah tersebut. Pemerintah mengatakan sebagian besar pertempuran telah berhenti tetapi masih ada insiden penembakan yang terisolasi.
Akses penuh ke kawasan itu sekarang telah diberikan kepada organisasi kemanusiaan, kata Kementerian Luar Negeri, seraya menambahkan bahwa penyelidikan bersama dengan para ahli eksternal atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia akan segera dimulai.
"Sementara pemerintah ... sejujurnya menghargai keprihatinan yang diungkapkan, sudah terlalu jelas bahwa pasokan makanan dan bantuan obat-obatan harus menjadi inti dari ekspresi keprihatinan," kata kementerian itu.
Sumber: Reuters