Mencicipi ragam kuliner kaya rempah yang "nendang" dan sedap khas Serambi Makkah

id aceh,kuliner aceh,makanan khas aceh,mie aceh,kemenparekraf

Mencicipi ragam kuliner kaya rempah yang "nendang" dan sedap khas Serambi Makkah

Mie Aceh dengan cara masak ditumis, diambil saat famtrip Aceh bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Senin (22/3/2021). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)

Banda Aceh, Aceh (ANTARA) - Tidak lengkap rasanya menyambut bulan suci Ramadhan tanpa mengintip sejumlah masakan khas Serambi Mekkah atau Aceh. Aceh dikenal dengan aneka kuliner dengan cita rasa penuh rempah yang "nendang" dan sedap.

ANTARA berkesempatan mencicipi beberapa kuliner khas di provinsi paling ujung Indonesia tersebut beberapa waktu lalu. Berikut rangkumannya.



Mie Aceh

Salah satu ikon makanan khas Aceh yang paling tersohor adalah Mie Aceh. Kini, jenis makanan ini sudah bisa ditemukan di beberapa kota di Indonesia. Namun, bagaimana rasanya merasakan Mie Aceh di Aceh?

Di Aceh, kedai mie ini mudah sekali ditemukan selayaknya kedai kopi yang tak kalah ikonisnya.

Mie Aceh terdiri dari mie kuning tebal dengan irisan daging sapi, daging kambing atau makanan laut seperti udang, kepiting, atau cumi. Mie disajikan dalam sup seperti kari yang rasanya gurih dan pedas.

Mie Aceh disajikan dalam tiga jenis varian, yaitu goreng (kering), tumis (dengan sedikit kuah) dan rebus (dengan kuah).

Disajikan dengan asap mengepul, Mie Aceh semakin terasa sedap dengan taburan bawang goreng dan disajikan bersama emping, potongan bawang merah, timun, dan jeruk nipis.



Sate Matang

Seperti layaknya daerah lain di Indonesia, Aceh memiliki sate khasnya, yaitu bernama sate matang. Sate ini dikatakan berasal dari daerah Matang, Kabupaten Bireuen, Aceh.

Sesuai namanya, sate yang menggunakan daging kambing atau sapi ini disajikan matang -- sebelumnya daging sudah diungkep dengan bumbu khas sebelum kemudian dibakar. Sate matang yang memiliki rasa pedas yang dominan ini semakin lengkap dengan kehadiran nasi putih dan kuah soto yang gurih.
 
Kuah Beulangong, diambil saat famtrip Aceh bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Minggu (21/3/2021). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)


Kuah Beulangong

Kuah Beulangong adalah masakan khas Aceh Besar, yang biasanya hadir di kenduri (perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan lainnya) seperti pesta pernikahan, perayaan Maulid Nabi, dan sebagainya.

Masakan ini berbahan dasar daging kambing atau daging sapi yang dimasak dengan belangan dan juga sayur nangka atau batang pisang. Bahan-bahan dan bumbu dimasak di sebuah kuali besar, dan hanya boleh dimasak para pria -- sesuai dengan tradisi turun temurun.

Kuah Beulangong atau sering disebut juga dengan gulèe sie kamèng ini memiliki cita rasa yang kaya -- mulai dari gurih, pedas, asam, namun juga menyegarkan. Terlebih, jika bisa melihat proses memasak yang dilakukan secara bergotong royong, semakin menambah kelezatan hidangan ini. Mangat that! (Bahasa Aceh untuk "enak sekali!").



Sie Reuboh

Aceh memiliki kuliner berkuah lainnya bernama Sie Reuboh. Makanan yang terbuat dari daging sapi rebus ini sedikit berbeda dengan hidangan khas Aceh lainnya.

Sie Reuboh dibuat dari rebusan daging sapi atau kerbau yang hanya dibumbui dengan bawang merah, bawang putih, cabai rawit, cabai merah dan merica. Semua bumbu tersebut kemudian dihaluskan lalu dimasukkan ke dalam rebusan daging.

Sembari daging direbus dilakukan penambahan cuka enau ke dalam masakan, untuk menambah cita rasa. Pemberian cuka ini dilakukan secara bertahap sambil masakan diaduk-aduk perlahan sehingga semua bumbu meresap ke dalam daging.
 

Ayam Tangkap

Makanan khas Aceh yang juga layak untuk dicicipi adalah Ayam Tangkap. Nama Ayam Tangkap diambil dari kebiasaan masyarakat Aceh saat memasak daging ayam. Sebelum memasaknya, mereka harus menangkap ayam tersebut terlebih dahulu di pekarangan mereka.

Ayam Tangkap bukan sekadar ayam goreng biasa. Hidangan ini disajikan dengan berbagai rempah dan daun-daunan yang rasanya turut meresap ke dalam daging ayam.

Daun yang digunakan di antaranya adalah daun kari, potongan daun pandan, dan salam koja. Dedaunan ini selain sebagai daya tarik hidangan, sekaligus bisa dijadikan sebagai lalapan kering pelengkap potongan ayam. Jika masih dalam keadaan hangat, dedaunan ini bercita rasa kering seperti kerupuk.



Sambal Ganja

Meski bernama sambal ganja, sambal yang punya nama lain asam udeung ini tidak benar-benar menggunakan ganja. Sambal khas Aceh ini diberi nama ganja, karena dipercaya akan membuat siapa pun yang mencobanya ketagihan.

Sambal ganja menggunakan udang sebagai salah satu bahan utama. Sambal ini punya cita rasa bermacam-macam, dan wangi yang unik. Rasanya bercampur dengan pedasnya cabai, gurihnya udang, dan rasa asam segar dari belimbing wuluh muda, dan aroma wangi dari daun jeruk serta serai.
 

Keumamah Teuhep

Keumamah adalah tumis ikan kayu khas Aceh. Ikan kayu adalah ikan tongkol yang direbus, dijemur lalu ditaburi tepung. Seperti hidangan khas Aceh lainnya, rempah yang kaya menyatu dengan sempurna dan memiliki cita rasa yang menyegarkan.

Kopi Sanger

Tidak lengkap rasanya berkunjung ke Aceh tanpa mencicipi ragam kopinya. Salah satu kopi khas yang harus dijajal adalah Kopi Sanger. Kopi ini dinamai Sanger -- konon diambil dari singkatan "saling ngerti" untuk memadukan kopi dan susu dengan takaran yang pas.


 

Dari penampilan, sepintas Kopi Sanger mirip dengan kopi susu. Namun, komposisi susu tidak dominan, dan tidak menutupi cita rasa kopi Gayo yang khas. Campuran kopi saring dan susu kental ini kemudian dikocok hingga berbusa.

Pengolahan kopinya sendiri melalui proses roasting seperti kopi pada umumnya. Aromanya kuat dan rasa kopi hitamnya pun tak terlalu asam, sehingga aman untuk lambung, terutama bagi mereka yang tidak terlalu akrab dengan kopi.
 

Pulot

Kuliner legendaris Aceh lainnya adalah Pulot, yang merupakan cemilan khas dan biasanya digunakan sebagai pendamping saat menikmati secangkir kopi.

Pulot terbuat dari beras ketan, santan, gula dan daun pandan yang menghasilkan warna hijau. Bahan yang sudah diolah kemudian dibungkus dengan daun pisang, lalu dibakar dengan menggunakan arang, menghasilkan rasa gurih yang unik, dan membuat kita rasanya tak cukup memakan satu saja. Tamah saboh! (Bahasa daerah Aceh untuk "tambah satu lagi!").