Huawei klaim laba bertumbuh meskipun kena sanksi dari AS

id huawei

Huawei klaim laba bertumbuh meskipun kena sanksi dari AS

Rotating Chairman Huawei Ken Hu mengatakan dalam Annual Report and Huawei's Corporate Strategy yang digelar secara hibrida dari Shenzhen, China, Rabu (31/3/2021). (Tangkapan layar YouTube/Huawei)

Jakarta (ANTARA) - Raksasa telekomunikasi China Huawei mengatakan perusahaan melihat pertumbuhan pendapatan dan laba pada tahun 2020, memenuhi target perusahaan, meskipun terdapat kerugian yang ditimbulkan oleh daftar hitam dan sanksi dari pemerintah Amerika Serikat.

Rotating Chairman Huawei Ken Hu mengatakan dalam Annual Report and Huawei's Corporate Strategy yang digelar secara hibrida dari Shenzhen, China, Rabu, pendapatan Huawei mencapai 891,4 miliar yuan (135,93 miliar dolar AS) pada tahun 2020, atau naik 3,8 persen year-on-year (YoY).

Sementara laba bersih naik 3,2 persen atau 64,6 miliar yuan. Lalu, pendapatan sektor bisnis konsumen mencapai 482,9 miliar yuan, atau naik 3,3 persen tahun ke tahun.

"Selama setahun terakhir kami bertahan kuat dalam menghadapi kesulitan," kata Ken Hu. Ia menambahkan bahwa kinerja bisnis perusahaan sebagian besar sejalan dengan perkiraan perusahaan.

"Pada tahun 2020, kelompok usaha perusahaan kami berkembang pesat, bisnis telekomunikasi tetap stabil, sementara pertumbuhan sektor bisnis konsumen melambat," kata Hu.

Annual Report and Huawei's Corporate Strategy 2020 diumumkan tak lama setelah Huawei dimasukkan dalam daftar hitam ekspor oleh mantan Presiden AS Donald Trump pada Mei 2019, dan pembatasan perdagangan AS pada perusahaan tersebut diperkuat selama setahun terakhir.

Mengutip dari Bloomberg News, pendapatan Huawei pada kuartal keempat tahun 2020 menyusut untuk pertama kalinya. Sebelum tekanan AS dimulai, pertumbuhan pendapatan secara rutin berada di kisaran 30 persen atau lebih, meski melambat menjadi sekitar 19 persen pada 2019.

Hu juga "menyalahkan" pandemi dan tindakan AS yang "tidak adil" atas pertumbuhan tahun 2020 yang lebih lambat.

Sementara itu, penjualan ponsel pintar telah stabil setelah AS memutuskan Huawei dari komponen utama dan melarangnya menggunakan sistem operasi Google Android di handsetnya.

Huawei mengatakan divisi produk konsumennya - yang membuat smartphone dan perangkat pribadi lainnya serta menyumbang lebih dari 50 persen dari keseluruhan pendapatan - mengelola pertumbuhan penjualan 3,3 persen pada 2020.