Belanda serahkan dua pusaka berupa keris dan tombak ke Klungkung
Klungkung, Bali (ANTARA) - Yayasan Westerleker Belanda menyerahkan dua senjata pusaka, berupa keris dan tombak, ke Kabupaten Klungkung, yang sebelumnya dibawa ke negeri itu setelah perang Puputan Klungkung.
"Setiap tanggal 28 April merupakan hari bersejarah bagi Kabupaten Klungkung, karena pada hari ini, 112 tahun yang lalu, terjadi peristiwa heroik perang Puputan Klungkung," kata Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta di Klungkung, Selasa.
Bupati yang turut hadir dalam penyerahan benda pusaka itu mengatakan, Puputan Klungkung senantiasa menjadi spirit dalam meneladani apa yang sudah dilakukan para leluhur, khususnya terhadap Ida Dewa Agung Jambe bersama seluruh pasukannya.
Dua benda pusaka berumur ratusan tahun itu diserahkan Ketua Yayasan Westerleker, Rodney, kepada Ida Dalem Semaraputra, yang selanjutnya dititipkan ke Pemkab Klungkung untuk dijaga dan dirawat.
Terkait penyerahan benda pusaka tersebut, Suwirta menyampaikan terima kasih kepada pihak yayasan di Belanda, serta berjanji untuk merawat dan menjaganya.
"Kami juga akan menggandeng peneliti untuk mengetahui proses pembuatan benda pusaka ini, agar generasi sekarang dan selanjutnya memiliki literatur terkait hal tersebut," katanya.
Ida Dalem Semaraputra mengatakan, penyerahan benda pusaka tersebut sebagai langkah hubungan baik antara Belanda dengan Indonesia, khususnya Kabupaten Klungkung.
"Dengan diletakkannya benda pusaka ini di Museum Semarajaya, saya berharap bisa dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya oleh Pemkab, yang nantinya juga bisa diperlihatkan kepada masyarakat sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Klungkung," katanya.
Ia juga berharap, melalui benda pusaka tersebut bisa memperkuat makna untuk menghilangkan masa lalu yang kelam, untuk memasuki rasa perdamaian, agar semakin erat dan kokoh antara Belanda dengan Indonesia, khususnya Kabupaten Klungkung.
Sementara itu, Ketua Yayasan Westerleker Rodney mengatakan, tombak dan keris tersebut, sebelumnya berada di tangan kolektor pribadi di Belanda.
Pihaknya memperkirakan, senjata itu dibuat sebelum perang Puputan Klungkung, yang kemudian benda-benda tersebut dibawa oleh pihak Belanda ke negaranya.
Menurutnya, tombak dan keris itu sudah tiba di Bali pada Januari lalu, namun pihaknya menunggu penyerahannya bertepatan dengan peringatan Puputan Klungkung yang ke 112.
Turut hadir dalam penyerahan benda pusaka itu, Ketua DPRD Kabupaten Klungkung A.A Gede Anom serta Forkopimda Kabupaten Klungkung.
"Setiap tanggal 28 April merupakan hari bersejarah bagi Kabupaten Klungkung, karena pada hari ini, 112 tahun yang lalu, terjadi peristiwa heroik perang Puputan Klungkung," kata Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta di Klungkung, Selasa.
Bupati yang turut hadir dalam penyerahan benda pusaka itu mengatakan, Puputan Klungkung senantiasa menjadi spirit dalam meneladani apa yang sudah dilakukan para leluhur, khususnya terhadap Ida Dewa Agung Jambe bersama seluruh pasukannya.
Dua benda pusaka berumur ratusan tahun itu diserahkan Ketua Yayasan Westerleker, Rodney, kepada Ida Dalem Semaraputra, yang selanjutnya dititipkan ke Pemkab Klungkung untuk dijaga dan dirawat.
Terkait penyerahan benda pusaka tersebut, Suwirta menyampaikan terima kasih kepada pihak yayasan di Belanda, serta berjanji untuk merawat dan menjaganya.
"Kami juga akan menggandeng peneliti untuk mengetahui proses pembuatan benda pusaka ini, agar generasi sekarang dan selanjutnya memiliki literatur terkait hal tersebut," katanya.
Ida Dalem Semaraputra mengatakan, penyerahan benda pusaka tersebut sebagai langkah hubungan baik antara Belanda dengan Indonesia, khususnya Kabupaten Klungkung.
"Dengan diletakkannya benda pusaka ini di Museum Semarajaya, saya berharap bisa dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya oleh Pemkab, yang nantinya juga bisa diperlihatkan kepada masyarakat sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Klungkung," katanya.
Ia juga berharap, melalui benda pusaka tersebut bisa memperkuat makna untuk menghilangkan masa lalu yang kelam, untuk memasuki rasa perdamaian, agar semakin erat dan kokoh antara Belanda dengan Indonesia, khususnya Kabupaten Klungkung.
Sementara itu, Ketua Yayasan Westerleker Rodney mengatakan, tombak dan keris tersebut, sebelumnya berada di tangan kolektor pribadi di Belanda.
Pihaknya memperkirakan, senjata itu dibuat sebelum perang Puputan Klungkung, yang kemudian benda-benda tersebut dibawa oleh pihak Belanda ke negaranya.
Menurutnya, tombak dan keris itu sudah tiba di Bali pada Januari lalu, namun pihaknya menunggu penyerahannya bertepatan dengan peringatan Puputan Klungkung yang ke 112.
Turut hadir dalam penyerahan benda pusaka itu, Ketua DPRD Kabupaten Klungkung A.A Gede Anom serta Forkopimda Kabupaten Klungkung.