Dodol Garut daun kelor, makanan kekinian anti-stunting

id dodol garut daun kelor, anti stunting, atalia praratya kamil

Dodol Garut daun kelor, makanan kekinian anti-stunting

Puskesmas Pasundan, Kabupaten Garut, mampu membuat olahan Dodol Garut Daun Kelor. ANTARA/HO-Humas Pemprov Jabar

Bandung (ANTARA) - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil mengapresiasi ide dan kreativitas Puskesmas Pasundan, di Kampung Taringgul, Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut, Kabupaten Garut, yang berhasil menciptakan olahan makanan kekinian berbahan daun kelor yakni Dodol Garut Daun Kelor.

Menurut Atalia, dalam siaran pers Biro Humas dan Keprotokolan Sekretariat Daerah Jabar, Kamis, daun kelor khas nusantara ini mampu memenuhi gizi dan ampuh menekan angka stunting (kekerdilan) pada anak.

Olahan dauh kelor produksi Puskesmas Pasundan ini dikerjasamakan dengan beberapa pengusaha dodol garut dan pemilik merek chocodot dengan membuat dodol daun kelor serta cokelat daun kelor.  Selain itu ada pula olahan baso aci daun kelor dengan target pasar anak dan remaja.



“Beberapa pengusaha seperti yang kita kenal, ada dodol garut dan chocodot, mereka menghasilkan juga produk-produk yang berkaitan dengan kesehatan dan menurunkan angka stunting,” ujar Atalia.

Ia mengapresiasi inovasi itu dan berharap betul-betul bisa menekan angka stunting di Jawa Barat.

Sanitarian Puskesmas Pasundan Meisya Dewi Rahayu menyebutkan, selain untuk menekan angka stunting, olahan daun kelor juga bertujuan mengurangi angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di wilayah kerja Puskesmas Pasundan.

“Daun kelor itu memiliki kandungan Fe (zat besi) tinggi. Alasannya, AKI AKB di wilayah kerja Puskesmas kami masih tinggi, jadi kita ‘tembaknya’ remaja putri. Remaja putri kan calon ibu hamil, jadi harus dipersiapkan dari awal, mulai dari makanan yang bernutrisi,” tutur Meisya.

Puskesmas Pasundan menggagas gerakan yang dicetuskan bernama Gadis Pasundan, kependekan dari Gerakan Antisipasi Defisiensi Zat Besi. Meisya menjelaskan, gerakan ini menggerakkan berbagai stakeholders, mulai dari kader, masyarakat, maupun sektor industri yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pasundan.

“Kelornya dari masyarakat yang ada di sekitar, industri yang mengolah, kita punya idenya, kita punya gerakannya. Jadi kita berkolaborasi, berkoordinasi menjadi satu inovasi,” ujar Meisya.

Meisya menambahkan, produk-produk olahan daun kelor ini tidak hanya dipasarkan di wilayah Puskesmas Pasundan dan Kabupaten Garut saja, melainkan sudah disebarkan ke luar wilayah, bahkan diperkenalkan ke luar negeri.