Kata ahli kanker payudara dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko
Jakarta (ANTARA) - Ahli Bedah Onkologi RSCM Dr Sonar Doni Panigoro mengatakan kanker payudara dapat dicegah dengan tiga cara, salah satunya adalah pencegahan primer dengan menghindari faktor risiko sebagai upaya pencegahan paling ideal.
"Faktor risiko bisa dihindari sejak awal untuk mencegah terjadinya kanker," katanya melalui buku Beda Cerita 1 Suara: Kisah Kanker Payudara HER2 - Positif yang diluncurkan dalam Diskusi Publik Akses Pelayanan Pengobatan Berkualitas bagi Pasien Kanker Payudara HER2 Positif yang digelar oleh Indonesian Cancer Information & Support Center (CISC) di Perpustakaan Nasional Jakarta, Selasa.
Ahli bedah onkologi yang seharusnya hadir sebagai pembicara dalam acara itu mengatakan dalam buku tersebut bahwa hingga saat ini hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kanker secara umum belum diketahui secara pasti.
Namun, faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara, antara lain jenis kelamin perempuan, usia lebih dari 50 tahun, riwayat keluarga dan genetik.
Kemudian, riwayat penyakit payudara sebelumnya, riwayat menstruasi dini di bawah usia 12 tahun atau menstruasi pertama yang terlambat di atas usia 55 tahun juga menjadi bagian dari faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena kanker payudara.
Selain itu, riwayat reproduksi, masalah hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada dan masalah lingkungan juga termasuk ke dalam faktor risiko kanker payudara.
Untuk dapat mencegah terjadinya kanker payudara, ia mengatakan ada tiga cara pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Karena belum diketahui secara pasti penyebab seseorang terserang kanker payudara, pencegahan primer menjadi sulit dilakukan.
"Yang dapat dilakukan (dalam pencegahan primer ini) adalah mengendalikan faktor risiko," katanya.
Untuk mengendalikan faktor risiko tersebut, masyarakat diimbau untuk berolahraga secara teratur, makan makanan sehat, menghindari alkohol dan tidak merokok.
"Jika berhasil mengendalikan faktor-faktor risiko tersebut, kemungkinan terkena kanker akan berkurang sekitar 40 persen," ujarnya.
Kemudian, pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan melakukan deteksi kanker sejak awal atau sejak dini.
Bentuk pencegahan sekunder kanker payudara paling sederhana dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara sendiri. Kemudian pemeriksaan payudara menggunakan USG. Bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun, pemeriksaan payudara dengan memakai mamografi juga dapat diusahakan.
"Kanker payudara jarang sekali dialami wanita usia belasan tahun. Di usia kurang 20 tahun pemeriksaan payudara cukup dilakukan sekali saja, kemudian 2-3 tahun sekali. Usia 30-40 tahun pemeriksaan bisa 2 tahun sekali."
"Adapun pencegahan tersier adalah jika sudah terkena kanker, maka segera mencari pengobatan yang tepat. Tidak termakan berita bohong atau iklan produk atau layanan kesehatan yang menyesatkan," katanya lebih lanjut.
"Faktor risiko bisa dihindari sejak awal untuk mencegah terjadinya kanker," katanya melalui buku Beda Cerita 1 Suara: Kisah Kanker Payudara HER2 - Positif yang diluncurkan dalam Diskusi Publik Akses Pelayanan Pengobatan Berkualitas bagi Pasien Kanker Payudara HER2 Positif yang digelar oleh Indonesian Cancer Information & Support Center (CISC) di Perpustakaan Nasional Jakarta, Selasa.
Ahli bedah onkologi yang seharusnya hadir sebagai pembicara dalam acara itu mengatakan dalam buku tersebut bahwa hingga saat ini hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kanker secara umum belum diketahui secara pasti.
Namun, faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara, antara lain jenis kelamin perempuan, usia lebih dari 50 tahun, riwayat keluarga dan genetik.
Kemudian, riwayat penyakit payudara sebelumnya, riwayat menstruasi dini di bawah usia 12 tahun atau menstruasi pertama yang terlambat di atas usia 55 tahun juga menjadi bagian dari faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena kanker payudara.
Selain itu, riwayat reproduksi, masalah hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada dan masalah lingkungan juga termasuk ke dalam faktor risiko kanker payudara.
Untuk dapat mencegah terjadinya kanker payudara, ia mengatakan ada tiga cara pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Karena belum diketahui secara pasti penyebab seseorang terserang kanker payudara, pencegahan primer menjadi sulit dilakukan.
"Yang dapat dilakukan (dalam pencegahan primer ini) adalah mengendalikan faktor risiko," katanya.
Untuk mengendalikan faktor risiko tersebut, masyarakat diimbau untuk berolahraga secara teratur, makan makanan sehat, menghindari alkohol dan tidak merokok.
"Jika berhasil mengendalikan faktor-faktor risiko tersebut, kemungkinan terkena kanker akan berkurang sekitar 40 persen," ujarnya.
Kemudian, pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan melakukan deteksi kanker sejak awal atau sejak dini.
Bentuk pencegahan sekunder kanker payudara paling sederhana dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara sendiri. Kemudian pemeriksaan payudara menggunakan USG. Bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun, pemeriksaan payudara dengan memakai mamografi juga dapat diusahakan.
"Kanker payudara jarang sekali dialami wanita usia belasan tahun. Di usia kurang 20 tahun pemeriksaan payudara cukup dilakukan sekali saja, kemudian 2-3 tahun sekali. Usia 30-40 tahun pemeriksaan bisa 2 tahun sekali."
"Adapun pencegahan tersier adalah jika sudah terkena kanker, maka segera mencari pengobatan yang tepat. Tidak termakan berita bohong atau iklan produk atau layanan kesehatan yang menyesatkan," katanya lebih lanjut.