Palembang (ANTARA) - Women's Crisis Center Palembang menglmbau para orang tua memperhatikan tingkat posesif pacar anak wanitanya guna mencegah kekerasan yang kerap timbul dari sifat tersebut.
Direktur Eksekutif Women`s Crisis Centre (WCC) Palembang, Yeni Roslaini Izi, Minggu, mengatakan bahwa sifat posesif dalam hubungan jenjang pacaran termasuk negatif dan kerap menjadi biang kekerasan terhadap wanita.
"Sifat itu secara tidak langsung membatasi ruang gerak yang datangnya dari sifat terlalu pencemburu," ujar Yeni kepada Antara.
Menurut dia, orang tua harus bisa membaca gelagat anak wanitanya yang tengah menjalin hubungan pacaran dengan seorang pria, sebisa mungkin orang tua ikut berkomunikasi dengan si pria agar lebih memahami karakternya.
Objek sikap posesif bisa terjadi kepada wanita ataupun pria, tetapi jika sikap posesif dimiliki pria untuk pacar wanitanya, maka ada peluang terjadinya kekerasan dalam pacaran baik fisik maupun psikis.
Posesif, kata dia, tidak bisa dilihat dari kesantunan sikap belaka, orang tua harus terlibat diskusi dengan anak wanitanya dan segera mengambil tindakan jika memang si anak terganggu dengan sikap posesif pacarnya.
"Definisi santun itu beda-beda, misalnya pria yang pendiam tidak banyak tingkah di depan orang tua pacar itu di anggap santun, tetapi dibalik itu rasa cemburunya besar, yang paling berbahaya adalah jika kecemburuan itu memuncak ke arah negatif sehingga sering terjadi kekerasan," jelas Yeni.
Bila memang diperlukan, orang tua dapat melarang anak pacaran agar terhindar dari kekerasan, namun ia sangat menekankan harus ada strategi ketika melarang anak pacaran.
"Melarang anak pacaran harus disertai penjelasan mengenai batas-batas kedekatan dengan lawan jenis, berikan contoh cerita tentang kegagalan hidup jika fokus pacaran namun abai dengan tujuan hidup, jangan langsung larang-larang saja," tambahnya.
Pelarangan yang tidak disertai penjelasan akan membuat anak justru melakukannya secara diam-diam dan hal tersebut amat berbahaya, karena orang tua tidak tahu perilaku pacar anak wanitanya, dikhawatirkan terjadi kekerasan yang tidak diketahui.
WCC sendiri mensinyalir Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) masih tinggi di Sumsel dengan banyaknya laporan yang diterima pihaknya, hampir sama dengan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), korban KDP juga kerap mengalami kekerasan fisik, psikis dan materi.
Salah satu Kekerasan dalam pacaran yang paling anyar yakni pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan Anggota TNI di Palembang, Prada Deri Permana (DP) terhadap pacaranya, Fera Oktaria.
Prada DP sendiri saat ini sedang menghadapi tuntutan penjara seumur hidup dan dipecat dari TNI AD di Pengadilan Militer I-04 Palembang.
Berita Terkait
Kasus KDRT di Palembang masih tinggi karena korban malu melapor
Jumat, 1 Januari 2021 19:31 Wib
Kasus pemerkosaan di Sumsel tetap tinggi
Minggu, 22 November 2020 14:20 Wib
WCC: Kasus perkosaan anak di Lampung Timur harus jadi pelajaran bagi pengelola rumah aman di tanah air
Rabu, 8 Juli 2020 17:15 Wib
Cegah pernikahan dini WCC Palembang gandeng ibu-ibu PKK
Jumat, 14 Februari 2020 20:37 Wib
Perempuan agar selektif berteman di medsos
Minggu, 6 Oktober 2019 12:26 Wib