Mengantar mimpi Emilia Silvia Nabila

id Emilia,anak berkebutuhan khusus,pemerintaj aceh,dyah erti idawati,plt gubernur aceh

Mengantar mimpi Emilia Silvia Nabila

Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dyah Erti Idawati di sela-sela mengantarkan Emilia anak berkebutuhan khusus di SMKN 3 Banda Aceh, Senin (5/8/2019). (ANTARA/M ifdhal)

Banda Aceh (ANTARA) - "Terima kasih ibu" itulah sebuah kalimat dengan nada lirih ditutur pemilik nama lengkap Emilia Silvia Nabila kepada Dyah Erti Idawati yang tak lain adalah istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.

Gadis berseragam putih dan rok abu-abu tersebut terlihat tenang saat menyambangi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Banda Aceh pada Senin pertama bulan Agustus 2019.

Kedatangan Wakil Ketua TP PKK Aceh, Dyah Erti Idawati ke sekolah tersebut tak lain adalah untuk mengantarkan dan mendampingi Emilia untuk merajut mimpi di SMKN 3 Banda Aceh.

Emilia Silvia Nabila adalah salah satu siswa berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan pendengaran yang berkeinginan melanjutkan pendidikan di SMKN 3 Banda Aceh dengan mengambil jurusan kecantikan.

Ketua Lembaga Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus Aceh, Nursofarina menjelaskan gangguan pendengaran yang dialami Emilia pada kuping sebelah kiri karena penyakit rubela yang diderita sejak dalam kandungan.

"Emilia berkeinginan untuk sekolah di SMKN 3 di bidang kecantikan, karena sejak kecil dia suka merias dan dari sekolah dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas, Amilia masuk sekolah reguler," katanya.

Menurut dia selama berada di sekolah reguler, Emilia tetap menjadi anak yang cerdas dan bergaul dengan teman-teman dalam menimba ilmu dalam berbagai bidang studi hingga menuntaskan ujian akhir di sekolah sebelumnya.

Ia mengatakan kehadiran pengurus lembaga tersebut dan juga ibu Dyah Erti Idawati sebagai bentuk memberikan dukungan dan juga menyampaikan kepada masyarakat bahwa semua anak memiliki tempat yang sama untuk memperoleh pendidikan.

Memang sebelumnya sempat terjadi kesalahpahaman informasi, namun setelah dilakukan komunikasi secara intens, akhirnya Emilia yang telah menuntaskan berbagai seleksi untuk masuk ke sekolah tersebut, bisa bergabung dengan anak-anak lainnya untuk belajar kecantikan.

Dyah Erti Idawati yang juga Wakil Ketua Dekranasda Aceh mengaku tergugah hati untuk langsung mengantar Emilia yang memiliki kebutuhan khusus untuk mendapatkan akses pendidikan di sekolah kejuruan.

"Setiap anak baik normal mau pun berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan lembaga pendidikan harus menyiapkan fasilitas yang memadai agar mereka tidak mengalami kendala dalam mengakses dan mendapatkan ilmu pengetahuan," katanya.

Menurut dia selama ini orang tua dan masyarakat belum banyak mendapat informasi terhadap lembaga pendidikan yang dapat diakses oleh anak berkebutuhan khusus, sehingga informasi ini harus terus disampaikan dan disosialisasikan kepada masyarakat dalam mewujudkan program Aceh Carong.

"Amelia memang bukan anak yang perlu sebuah fasilitasi khusus, namun demikian sekolah yang ada di Aceh harus menyiapkan fasilitas yang memadai kepada anak-anak berkebutuhan khusus sehingga mereka dapat mengapai impiannya," katanya.

Dirinya mendukung penuh terhadap program penyediaan sarana dan fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar untuk memberikan kesempatan kepada anak anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan di seluruh pelosok di Aceh.

"Kesalapahaman komunikasi ini menjadi hikmah buat kita semua, ke depannya masyarakat dan orang tua akan mendapat informasi dengan baik serta lengkap terhadap pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus," katanya.

Dyah juga mengapresiasi terhadap peran serta Lembaga Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus Aceh yang telah ikut serta memberikan pendampingan dan juga menyampaikan informasi kepada publik sehingga akan banyak Amilia-Amilianya dapat melanjutkan studi pada jenjang berikutnya.

"Nanti rias Ibu juga ya," kata Dyah sebelum berpisah dengan gadis berkulit putih itu.

 Penuhi Hak Pendidikan ABK

Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Aceh telah menetapkan sebanyak 74 lembaga Pendidikan dalam upaya memenuhi pendidikan inklusi atau sekolah luar biasa bagi anak berkebutuhan khusus di seluruh Aceh.

"Ini merupakan bentuk perhatian khusus pemerintah Aceh terhadap anak berkebutuhan khusus yang memiliki hak yang sama dengan siswa lain untuk mendapatkan layanan Pendidikan," kata Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Syaridin.

Ia menuturkan pemerintah telah menyiapkan dua bentuk sekolah bagi seluruh calon siswa, yaitu sekolah reguler dan sekolah luar biasa bagi anak berkebutuhan khusus, orang tua atau wali siswa dapat mendaftarkan anaknya di dua sekolah tersebut.

"Setiap tahunnya kita selalu mendapat penambahan, rata-rata dua unit sekolah sebagai sarana penyiapan penerimaan siswa berkebutuhan khusus di seluruh Aceh. Jika masih ada siswa berkebutuhan khusus yang tidak diterima atau tidak sekolah, maka kami siap untuk menfasilitasinya," katanya.

Syaridin menambahkan khusus di Kota Banda Aceh, hingga saat ini telah ada sebanyak 39 sekolah jenjang SD, SMP dan SMA yang sudah mendapat sk untuk dapat menerima siswa berkebutuhan khusus. Namun jumlah siswa yang mendaftar masih sangat minim dan jauh dari harapan, padahal pemerintah telah menjamin Pendidikan bagi anak-anak tersebut.

"Sebagai upaya pemerintah meningkatkan SDM, maka guru dari Sekolah Luar Biasa tersebut selalu mendapatkan pelatihan rutin sesuai dengan kebutuhannya. Dalam peningkatan sarana pembelajaran, pemerintah juga telah membangun beberapa sekolah yang ramah terhadap anak berkebutuhan khusus di seluruh Aceh," katanya.

Pemerintah saat ini, lanjutnya telah memberikan penyamaan kedudukan bagi anak berkebutuhan khusus melalui SLB dan sekolah regular, di mana seluruh sekolah yang ada di Aceh wajib menerima jika ada siswa inklusi yang mendaftar di sekolah regular dan SLB.

Sementara itu terkait ada calon siswi berkebutuhan khusus yakni tunarungu atas nama Emilia Silvia Nabila yang masuk ke SMK Negeri 3 Banda Aceh dan akan mengambil jurusan kecantikan.

Pihaknya mengaku sebagaimana aturan yang berlaku dapat menerima dan memberikan pelayanan sesuai kebutuhan dari siswi tersebut.

"Mungkin kemarin ada miss komunikasi saja yang terjadi antara pihak kepala sekolah dan guru. Hal itu merupakan lumrah karena masih minimnya pemahaman dari guru. Namun setelah dijelaskan akhirnya semua dapat menerimanya," katanya.

Syaridin menjelaskan sebelumnya di SMKN 3 Banda Aceh juga terdapat satu orang anak berkebutuhan khusus yang mengambil jurusan tata boga. Dia menilai sekolah tersebut layak menerima siswa berkebutuhan khusus, meskipun memang belum banyak orang tua murid yang tahu.

"Kami dengar sejak kecil Emilia senang mendandani teman-temannya. Selama ini, Ananda Emilia juga sering mendandani anak-anak di sekitar rumahnya. Ini merupakan aset dan harus kita bina agar dia dapat mengembangkan keahliannya disini," katanya.

Syaridin meminta kepada seluruh anak berkebutuhan khusus, khususnya Emilia agar terus semangat belajar dan mengejar cita-citanya menjadi ahli kecantikan. Pemerintah Aceh dengan program Aceh Carong akan mendukung seluruh anak Aceh yang ingin menggapai cita-citanya sehingga akan terwujud Program Aceh Hebat.

Emilia kini berkesempatan untuk merajut kemampuannya di SMK 3 di bidang kecantikan.