Pringsewu, Lampung (Antaranews Lampung) - Provinsi Lampung dengan total penduduk 8,289 juta jiwa (BPS 2017) baru 84,75 persen (Smart STBM) warganya yang mengakses sanitasi layak.
Masih ada 1,3 juta jiwa lebih warga Lampung yang belum mengakses fasilitas toilet sehat dan layak, dan masih berperilaku buang air besar sembarangan (BABS).
Fakta itu terungkap pada momentum Hari Toilet Sedunia pada 19 November 2018 ini yang diperingati oleh Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) bersama dengan Pemerintah Kabupaten Pringsewu dengan melakukan upaya mengajak generasi muda khususnya mahasiswa untuk peduli persoalan sanitasi di Provinsi Lampung.
Melalui acara Sanitation Goes To Campus (STGC) di Kampus STMIK Pringsewu, Senin (19/11), dihadiri sekitar 250 mahasiswa dari perwakilan BEM dan UKM perguruan tinggi di Kabupaten Pringsewu dan Kota Bandarlampung baik swasta maupun negeri bertemakan "Mahasiwa Terus Berprestasi Mahasiswa Peduli Sanitasi".
Selain itu jajaran organisasi perangkat daerah (OPD) Kabupaten Pringsewu juga turut hadir pada peringatan Hari Toilet Sedunia ini.
Direktur Eksekutif YKWS Febrilia Ekawati menjelaskan bahwa tanggal 19 November diperingati sebagai Hari Toilet Sedunia. Tema pada Hari Toilet Sedunia Tahun 2018 yaitu solusi sanitasi berbasis alam menjadi jawaban. Solusi ini memanfaatkan kekuatan ekosistem untuk membantu `mengobati` kotoran manusia sebelum akhirnya dikembalikan ke lingkungan.
Menurut dia, tujuan kampanye ini yakni memastikan setiap orang memiliki toilet yang layak pada tahun 2030. Target ini tercantum dalam poin enam Suistainable Development Goals (SDGs) tentang sanitasi dan air.
Pemerintah Indonesia telah menargetkan pencapaian target 100 persen universal akses sanitasi pada tahun 2019.
Sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Namun, fakta yang ada berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) masih ada 31 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki akses toilet sehat.
Febrilia menyebutkan pula, Provinsi Lampung dengan total penduduk 8,289 juta jiwa (BPS 2017) baru 84,75 persen (Smart STBM) warganya yang mengakses sanitasi layak. Masih 1,3 juta jiwa lebih warga Lampung yang belum mengakses fasilitas toilet sehat dan layak, dan masih berperilaku buang air besar sembarang (BABS).
Wakil Bupati Pringsewu Dr H Fauzi dalam sambutannya mengajak seluruh generasi muda terutama para mahasiswa untuk turut serta peduli terhadap persoalan sanitasi.
"Kondisi sanitasi yang buruk telah menyebabkan angka kematian balita yang cukup tinggi karena diare. Perilaku BABS di sungai, kolam, pantai dan kebun membuat kondisi lingkungan menjadi tidak sehat. Kondisi sanitasi yang buruk juga mengakibatkan terjadi stunting atau gagal tumbuh balita," ujarnya.
Karena itu, katanya, mahasiswa bisa menjadi agen perubahan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Mahasiswa harus berperan aktif untuk pencapaian universal akses sanitasi, melaui inovasi dan kegiatan-kegiatan positif untuk sanitasi.
Direktur Eksekutif YKWS Febrilia Ekawati selaku keynote speaker pada acara STGC menyampaikan bahwa bahwa ada jutaan ton tinja warga Lampung yang mencemari lingkungan. Kondisi tersebut disebabkan perilaku BABS warga dan sanitasi yang belum sehat dan aman.
"Banyak yang beranggapan bahwa dengan BAB di jamban atau closed itu sudah sehat, padahal kotorannya tidak tertampung dalam septik tank, dan masih ditemukan di beberapa wilayah Provinsi Lampung, kototan dialirkan ke sungai, siring dan kolam. Itu masih dalam kategori BABS. Untuk membangun jamban sebagian warga masih enggan, karena dianggap tidak penting, padahal sanitasi adalah kebutuhan dasar yang berkait erat dengan kesehatan," ujar Febrilia.
Perilaku BABS warga Lampung masih banyak dilakukan di lahan terbuka seperti sungai, kolam, kebun dan pantai. Data Smart STBM juga menunjukkan dari 15 kabupaten/kota di Lampung akses sanitasi terendah terdapat di Kabupaten Tulangbawang Barat (55,11 persen), Mesuji (72,83 persen), Pesawaran (81,99 persen), dan Lampung Timur (82,03 persen).