Ekspor gula semut Indonesia naik 27 persen

id ekspor gula semut,gula semut purworejo,airlangga hartarto,menteri perindustrian

Ekspor gula semut Indonesia naik 27 persen

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (FOTO: ANTARA/Fikri Yusuf/Dok)

Meski pengolahannya masih banyak dilakukan secara konvensional, namun produk gula semut telah berhasil menembus pasar ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Eropa, Srilanka, Australia dan Jepang, ungkap Menperin
Yogyakarta (Antaranes Lampung) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan nilai ekspor gula semut atau gula merah bubuk Indonesia pada 2017 naik 27 persen menjadi 48 ribu dolar AS dari 34,7 ribu dolar AS pada 2014 dan ini sebagai tanda bahwa komoditas itu diminati pasar internasional.

"Ekspor gula semut ini memiliki potensi yang bagus untuk  mendorong perekonomian kita. Terlebih lagi, seperti di Purworejo ini memiliki sumber bahan baku yang cukup banyak berupa pohon kelapa atau pohon aren," kata Menteri pada acara Pelepasan Ekspor Gula Semut di Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (8/4).

Kementerian Perindustrian mencatat, Kabupaten Purworejo merupakan salah satu daerah pelopor untuk penghasil gula semut di Jawa Tengah. Pengelolaannya dilakukan oleh Koperasi Wanita Srikandi dengan perkiraan produksi sebanyak 75 ton per bulan.

"Meski pengolahannya masih banyak dilakukan secara konvensional, namun produk gula semut telah berhasil menembus pasar ekspor ke beberapa negara seperti Amerika, Eropa, Srilanka, Australia dan Jepang," ungkap Menperin.  

Permintaan ekspor ini tidak terlepas dari usaha para produsen gula semut di dalam negeri untuk semakin meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas produknya.         
   
"Gula semut juga dibutuhkan banyak di Indonesia, terutama untuk bahan baku pembuatan kecap manis. Jadi, selama masih ada gado-gado atau sate, gula semut pasti terus dibutuhkan," tutur Airlangga.

Menteri memberikan apresiasi kepada Pemkab Purworejo yang konsisten mengembangkan industri gula semut yang berdaya saing seiring dengan bantuan mesin dan peralatan yang diberikan oleh Kemenperin.         

"Kami juga tengah mendorong pengembangan pohon kelapa hibrida karena akan lebih mudah untuk pascapanennya, cukup menggunakan dodos," ujarnya.