Bandarlampung (Antara) - Penyair Lampung Isbedy Stiawan Z.S. didukung Aura Publishing kembali menerbitkan karya puisi dan bersiap meluncurkan buku puisi terbaru sekaligus merayakan 58 tahun "Paus Sastra Lampung" itu berkiprah dalam dunia sastra nasional.
Karya Isbedy Stiawan yang siap diluncurkan sekaligus bersamaan memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, berupa buku puisi "Kita Hanya Pohon" yang berisi ajakan untuk cinta pohon dan berperilaku ramah pada lingkungan hidup sekitar.
"Peluncuran rencananya pada 5 Juni 2016," kata pimpinan Aurau Publishing Ikhsanuddin di Bandarlampung, Selasa.
Dia menjelaskan peluncuran buku puisi "Kita Hanya Pohon" itu berkaitan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup 2016, sekaligus merayakan 58 tahun usia sastrawan asal Lampung Isbedy Stiawan yang dinilai amat panjang dedikasinya pada dunia sastra.
"Saya sudah lama mengenal kesenimanan Isbedy Stiawan. Itulah yang membuat saya ingin bekerja sama menerbitkan puisi-puisinya, sekaligus merayakan hari lahirnya yang jatuh pada 5 Juni 2016 bertepatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia," ujar Ikhsanuddin.
Dia menyatakan semula kegiatan dijadwalkan pada 5 Juni malam. Akan tetapi karena bersamaan malam pertama Ramadhan, sehingga dimajukan menjadi Sabtu (4/6) malam di Kafe Diggers Bandarlampung.
Ikhsanuddin mengatakan peluncuran buku puisi "Kita Hanya Pohon" akan diisi dengan pembacaan puisi dan diskusi ihwal lingkungan hidup serta seremonial perayaan hari lahir sastrawan Isbedy Stiawan.
Dalam pembacaan puisi, pihaknya mengundang Ketua Umum Lembaga Seni Qasidah Indonesia (Lasqi) DPW Lampung Aprilani Yustin Ficardo, anggota DPRD Lampung dan Sekretaris Umum DPW PKS Lampung Ade Utami Ibnu, anggota DPRD Kabupaten Pringsewu Christina Jhowry, dan beberapa tokoh lainnya.
"Pada sesi diskusi, kami jadwalkan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Sutono dan aktivis dari Walhi Lampung sebagai narasumber, dengan tema Merawat Pohon, Menjaga Bumi dan Kehiduoan," katanya.
Pada 2016 merupakan 38 tahun perjalanan Isbedy Stiawan Z.S. menggeluti dunia literasi, khususnya sastra.
Hal ini, ujar Ikhsanuddin, jika merujuk dari penuturan sastrawan tersebut bahwa cerpen pertamanya dimuat di media nasional pada 1978.
"Saat itu Isbedy baru berusia 20 tahun, sebuah cerpen bertema kritik sosial diterbitkan koran Jakarta. Tetapi ia sudah merintis sejak 1976 di RRI Tanjungkarang," katanya.
Perjalanan panjang proses "menjadi" sekaligus merayakan 58 tahun usia sastrawan Isbedy itu, kata dia, sepatutnya diberi apresiasi dan penghargaan.
"Seperti saya kutip ucapan Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri bahwa yang kita hargai pada Isbedy adalah proses untuk `menjadi` itu, bukan ketika ia sudah seperti sekarang," kata dia.(Ant)