Jenuh Kampanye Hitam

id Jenuh Kampanye Hitam, Media Sosial, Pakar, Pilpres, Capres, Cawapres

Menjelang pilpres kita disuguhi dengan pemberitaan tentang kampanye di media 'mainstream' maupun media sosial, wajar kalau ada yang merasa jenuh apalagi dengan kampanye hitam."
Jakarta (Antara Lampung) - Pakar komunikasi Universitas Diponegoro Semarang Triyono Lukmantoro mengatakan merupakan hal yang wajar bila ada yang merasa jenuh dengan segala bentuk kampanye di media sosial, apalagi kampanye hitam.

"Menjelang pilpres kita disuguhi dengan pemberitaan tentang kampanye di media 'mainstream' maupun media sosial, wajar kalau ada yang merasa jenuh apalagi dengan kampanye hitam," kata Triyono Lukmantoro dihubungi dari Jakarta, Minggu.

Triyono mengatakan kampanye politik seharusnya dilakukan oleh para kandidat dan tim sukses masing-masing yang secara terang-terangan menyampaikan pesan secara langsung maupun melalui media dan media sosial.

Namun, tak jarang kampanye juga dilakukan para pendukung kandidat menggunakan media sosial atau pengguna media sosial yang secara terang-terangan mendukung kandidat tertentu.

"Yang penting jangan melakukan kampanye hitam karena sangat tidak beretika. Kalau ada yang melakukan kampanye hitam di media sosial, atau sekedar me-'retweet' atau me-'share' pesan tertentu di media sosial, tentu harus paham konsekuensinya," tuturnya.

Konsekuensi yang dimaksud Triyono adalah sanksi hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Menurut Triyono, bisa saja pengguna media sosial dituduh menyebarkan fitnah hanya karena me-"retweet" atau me-"share" informasi tertentu.

"Apalagi kampanye hitam itu sifatnya tidak jelas dari mana sumbernya, siapa yang pertama kali membuat apakah tim sukses salah satu pihak atau orang yang tidak suka dengan calon tertentu," katanya.

Kejenuhan beberapa pengguna media sosial yang bersikap tak mendukung atau tak ingin menunjukkan dukungan kepada calon tertentu bisa jadi disebabkan kampanye hitam yang semakin marak.

"Mereka mungkin berharap bisa mendapatkan informasi yang benar atau visi dan misi kandidat tertentu. Ternyata di media sosial disuguhi berbagai kampanye hitam. Kalau media sosial isinya lebih banyak saling hujat, tentu bisa bikin bosan," tuturnya.

Beberapa pengguna media sosial seperti Facebook mulai menunjukkan kejenuhannya tentang informasi mengenai Pemilu Presiden 2014, terutama yang bentuknya kampanye hitam.

Di media sosial itu bahkan beredar gambar Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, disertai tulisan berbahasa Jawa yang menyatakan dia akan menutup Facebook kalau masih ada status tentang dua calon yang bersaing dalam pemilu presiden.

Pemilu Presiden akan diselenggarakan pada 9 Juli 2014 dan diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang mendapatkan nomor urut satu dan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang mendapatkan nomor urut dua.