Jakarta (ANTARA) -
"Kabar ini tentu menjadi berita bahagia, tidak hanya untuk masyarakat Indonesia, tetapi juga dunia," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.
Siti mengapresiasi para pihak yang terlibat dalam kelahiran badak sumatera dan berharap bisa terus mendapat kabar bahagia dari berbagai kelahiran satwa dilindungi di masa depan.
Selama menjadi penghuni Suaka Rhino Sumatera di Taman Nasional Way Kambas, badak Ratu yang berumur 23 tahun itu telah melahirkan tiga anak badak sumatera.
Anak pertama lahir pada 2012, anak kedua lahir pada 2016, dan anak ketiga lahir pada 2023.
Ketiga individu badak yang dilahirkan badak Ratu merupakan hasil perkawinan dengan badak jantan bernama Andalas yang berusia 22 tahun.
Hingga sekarang, kelahiran anak badak merupakan yang keempat di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas.
Menteri Siti menegaskan peristiwa kelahiran itu membuktikan komitmen Pemerintah Republik Indonesia dalam melakukan upaya konservasi badak di Indonesia, khususnya badak sumatera.
Kelahiran satu ekor anak badak hari ini menambah jumlah populasi badak menjadi sembilan ekor di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas.
Selain badak Ratu, badak betina lain yang saat ini menempati kawasan itu adalah Bina, Rosa, Delilah, dan Sedah Mirah. Sementara itu, terdapat tiga ekor badak jantan, yaitu Andalas, Harapan, dan Andatu.
“Dari upaya pengembangbiakan semi alami yang dilakukan saat ini, Suaka Rhino Sumatera telah menghasilkan empat individu badak sumatera yang lahir, yaitu Andatu (2012), Delilah (2016), Sedah Mirah (2022), dan anak ketiga dari Ratu-Andalas (2023),” kata Siti.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Satyawan Pudyatmoko menyampaikan Suaka Rhino Sumatera berlokasi di zona khusus Taman Nasional Way Kambas.
Saat ini, kawasan itu adalah satu-satunya tempat pengembangbiakan semi in-situ yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Way Kambas bekerja sama dengan Yayasan Badak Indonesia.
Tujuan pengembangbiakan itu untuk menghasilkan anak badak sumatera untuk mempertahankan keberlangsungan hidup spesies badak sumatera yang kini terancam punah.
"Anak-anak badak sumatera hasil program pengembangbiakan di Suaka Rhino Sumatera ke depannya dapat dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya," kata Satyawan.
Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia, Jansen Manansang mengungkapkan bahwa tidak hanya melalui upaya reproduksi alami, bantuan teknologi juga sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pengembangbiakan badak sumatera.
Suaka Rhino Sumatera ingin mengintegrasikan metode assisted reproductive technology atau teknologi reproduksi berbantuan untuk pengembangbiakan badak sumatera.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 tahun 2018, badak sumatera merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia.
Di dalam IUCN Red List, status konservasi badak sumatera saat ini adalah critically endangered.
Keberadaan badak sumatera tersebar di hutan-hutan Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan), dan sebagian kecil populasi di Kalimantan Timur.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan satu ekor badak sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis berjenis kelamin betina lahir di Suaka Rhino Sumatera yang berlokasi di Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar mengatakan anak badak sumatera itu lahir dari induk bernama Ratu pada pukul 01.44 WIB, Sabtu, 30 September 2023.
"Kabar ini tentu menjadi berita bahagia, tidak hanya untuk masyarakat Indonesia, tetapi juga dunia," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.
Siti mengapresiasi para pihak yang terlibat dalam kelahiran badak sumatera dan berharap bisa terus mendapat kabar bahagia dari berbagai kelahiran satwa dilindungi di masa depan.
Selama menjadi penghuni Suaka Rhino Sumatera di Taman Nasional Way Kambas, badak Ratu yang berumur 23 tahun itu telah melahirkan tiga anak badak sumatera.
Anak pertama lahir pada 2012, anak kedua lahir pada 2016, dan anak ketiga lahir pada 2023.
Ketiga individu badak yang dilahirkan badak Ratu merupakan hasil perkawinan dengan badak jantan bernama Andalas yang berusia 22 tahun.
Hingga sekarang, kelahiran anak badak merupakan yang keempat di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas.
Menteri Siti menegaskan peristiwa kelahiran itu membuktikan komitmen Pemerintah Republik Indonesia dalam melakukan upaya konservasi badak di Indonesia, khususnya badak sumatera.
Kelahiran satu ekor anak badak hari ini menambah jumlah populasi badak menjadi sembilan ekor di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas.
Selain badak Ratu, badak betina lain yang saat ini menempati kawasan itu adalah Bina, Rosa, Delilah, dan Sedah Mirah. Sementara itu, terdapat tiga ekor badak jantan, yaitu Andalas, Harapan, dan Andatu.
“Dari upaya pengembangbiakan semi alami yang dilakukan saat ini, Suaka Rhino Sumatera telah menghasilkan empat individu badak sumatera yang lahir, yaitu Andatu (2012), Delilah (2016), Sedah Mirah (2022), dan anak ketiga dari Ratu-Andalas (2023),” kata Siti.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Satyawan Pudyatmoko menyampaikan Suaka Rhino Sumatera berlokasi di zona khusus Taman Nasional Way Kambas.
Saat ini, kawasan itu adalah satu-satunya tempat pengembangbiakan semi in-situ yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Way Kambas bekerja sama dengan Yayasan Badak Indonesia.
Tujuan pengembangbiakan itu untuk menghasilkan anak badak sumatera untuk mempertahankan keberlangsungan hidup spesies badak sumatera yang kini terancam punah.
"Anak-anak badak sumatera hasil program pengembangbiakan di Suaka Rhino Sumatera ke depannya dapat dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya," kata Satyawan.
Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia, Jansen Manansang mengungkapkan bahwa tidak hanya melalui upaya reproduksi alami, bantuan teknologi juga sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pengembangbiakan badak sumatera.
Suaka Rhino Sumatera ingin mengintegrasikan metode assisted reproductive technology atau teknologi reproduksi berbantuan untuk pengembangbiakan badak sumatera.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 tahun 2018, badak sumatera merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia.
Di dalam IUCN Red List, status konservasi badak sumatera saat ini adalah critically endangered.
Keberadaan badak sumatera tersebar di hutan-hutan Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan), dan sebagian kecil populasi di Kalimantan Timur.