Pesisir Barat (ANTARA) - Warga di empat desa 3T (terdepan, terluar, tertinggal), yakni Way Haru, Bandar Dalam, Way Tiyas, dan Siring Gading, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung mengeluhkan jalan penghubung desa tersebut yang tidak kunjung dibangun.
Kondisi jalan saat musim kemarau, jalan setapak menuju desa 3T tersebut bisa dilewati. Namun kalau sudah musim hujan, jalan itu tidak bisa dilalui karena lumpur yang dalam.
"Kalau musim kemarau ya bisa kita lalui, kalau sudah musim hujan tidak bisa dilalui pakai kendaraan, jadi kami harus jalan kaki menuju keluar," kata Surohman, salah satu warga desa 3 T Way Haru, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Selanjutnya, Yasrul, warga Bandar Dalam yang setiap hari melintasi jalan tersebut mengaku sangat sedih melihat kondisi jalanan yang bertahun-tahun bahkan dari zaman nenek moyang mereka kondisinya tetap seperti itu.
"Kami sudah putus aja, jadi ya dinikmati saja jalanan yang naik turun gunung, jalan yang sempit sekali, bahkan jalan yang melintasi pinggir laut sampai sering warga yang terjatuh dan terseret ombak," kata Yasrul.
Surohman, aparatur Desa Way Haru berharap pemerintah setempat dapat segera membuat jalan menuju empat pekon/desa yang terisolir, agar perekonomian masyarakat di wilayah itu bisa normal.
"Berharapnya agar kami dibuatkan jalan, dan jalan setapak yang ada diperbaiki, kami susahnya saat ada panggilan kerja dari kabupaten, ya kami harus berjibaku dengan terjalnya jalan dan kalau mau keluar harus memakai celana pendek dulu, karena kita melewati laut soalnya kalau langsung memakai seragam takutnya basah," kata Surohman.
Menindaklanjuti keluhan warga Desa Way Haru, Wakil Bupati Pesisir Barat Zulqoini Syarif mengatakan, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah terkait pembuatan jalan menuju desa Way Haru tersebut.
"Kami dari pihak pemerintah setempat sudah beberapa kali melakukan langkah-langkah untuk membuat jalan tersebut, pada tahun 2017 kami sudah melakukan pembukaan badan jalan, namun terhenti karena kerja sama kepada pihak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) mengalami kendala," kata Zulqoini.
Ia mengatakan pula, pihaknya akan terus berupaya untuk melakukan perjanjian kerja sama dengan pihak TNBBS untuk membangun jalan tersebut.
"Tapi kalau dari kementerian sudah mengeluarkan izin, dan untuk pihak TNBBS sampai saat ini belum ada mengeluarkan izin kembali untuk pembangunan jalan," katanya lagi.
Dia juga mengatakan, masyarakat Way Haru sangat membutuhkan jalan tersebut, mengingat jalan itu adalah jalan satu-satunya akses ekonomi mereka.
"Warga di sana sangat membutuhkan jalan karena memang akses utamanya itu, dan agar perekonomian di desa tersebut lancar," ujar dia.
Saat ini, kata dia lagi, jumlah masyarakat yang ada di empat pekon tersebut sudah mencapai kurang lebih 3.000 hingga 4.000 jiwa.
Kondisi jalan saat musim kemarau, jalan setapak menuju desa 3T tersebut bisa dilewati. Namun kalau sudah musim hujan, jalan itu tidak bisa dilalui karena lumpur yang dalam.
"Kalau musim kemarau ya bisa kita lalui, kalau sudah musim hujan tidak bisa dilalui pakai kendaraan, jadi kami harus jalan kaki menuju keluar," kata Surohman, salah satu warga desa 3 T Way Haru, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Selanjutnya, Yasrul, warga Bandar Dalam yang setiap hari melintasi jalan tersebut mengaku sangat sedih melihat kondisi jalanan yang bertahun-tahun bahkan dari zaman nenek moyang mereka kondisinya tetap seperti itu.
"Kami sudah putus aja, jadi ya dinikmati saja jalanan yang naik turun gunung, jalan yang sempit sekali, bahkan jalan yang melintasi pinggir laut sampai sering warga yang terjatuh dan terseret ombak," kata Yasrul.
Surohman, aparatur Desa Way Haru berharap pemerintah setempat dapat segera membuat jalan menuju empat pekon/desa yang terisolir, agar perekonomian masyarakat di wilayah itu bisa normal.
"Berharapnya agar kami dibuatkan jalan, dan jalan setapak yang ada diperbaiki, kami susahnya saat ada panggilan kerja dari kabupaten, ya kami harus berjibaku dengan terjalnya jalan dan kalau mau keluar harus memakai celana pendek dulu, karena kita melewati laut soalnya kalau langsung memakai seragam takutnya basah," kata Surohman.
Menindaklanjuti keluhan warga Desa Way Haru, Wakil Bupati Pesisir Barat Zulqoini Syarif mengatakan, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah terkait pembuatan jalan menuju desa Way Haru tersebut.
"Kami dari pihak pemerintah setempat sudah beberapa kali melakukan langkah-langkah untuk membuat jalan tersebut, pada tahun 2017 kami sudah melakukan pembukaan badan jalan, namun terhenti karena kerja sama kepada pihak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) mengalami kendala," kata Zulqoini.
Ia mengatakan pula, pihaknya akan terus berupaya untuk melakukan perjanjian kerja sama dengan pihak TNBBS untuk membangun jalan tersebut.
"Tapi kalau dari kementerian sudah mengeluarkan izin, dan untuk pihak TNBBS sampai saat ini belum ada mengeluarkan izin kembali untuk pembangunan jalan," katanya lagi.
Dia juga mengatakan, masyarakat Way Haru sangat membutuhkan jalan tersebut, mengingat jalan itu adalah jalan satu-satunya akses ekonomi mereka.
"Warga di sana sangat membutuhkan jalan karena memang akses utamanya itu, dan agar perekonomian di desa tersebut lancar," ujar dia.
Saat ini, kata dia lagi, jumlah masyarakat yang ada di empat pekon tersebut sudah mencapai kurang lebih 3.000 hingga 4.000 jiwa.