Bandarlampung (ANTARA) - Produksi taplak meja khas Lampung mampu meningkatkan perekonomian warga Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedung Tataan, Kabupaten Pesawaran di masa pademi COVID-19.

“Karena keunikan dan tingkat kesulitan serta dibuat secara manual maka taplak meja dan sarung bantal kursi ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,” kata Kepala Program Pendidikan (Prodi) Ilmu Penerintahan FISIP Universitas Muhammadiyah Lampung (UML), Eny Inti Suryani, M.I.P di Bandarlampung, Jumat.

Desa Sungai  Langka merupakan sebuah desa yang bertempat di lereng gunung yang sangat subur, dan termasuk dalam wilayah Kabupaten Pesawaran, mayoritas penduduknya bermata pencaharian petani, terutama pertanian dan sayur mayur, seperti cabai, tomat, wortel dan lainnya.

Dengan merebaknya wabah COVID-19, masyarakat di desa ini, yang sebelumnya hidup tenang, makmur dan tentram, juga ikut terdampak pandemi COVID-19.

Mwenurut Eny, perekonomian keluarga menjadi terganggu bahkan boleh dikatakan terpuruk, hal ini terlihat dengan meningkatnya jumlah pengangguran di desa tersebut atau hasil pertanian yang menjadi andalan keluarga tidak lagi mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Kondisi perekonomian ini, menjadi motivasi yang kuat, bagaimana upaya mengembalikan perekonomian keluarga sehingga perlu pemberdayaan masyarakat terutama perempuan usia produktif di Desa Sungai Langka ini.

Karena itru, dibuatlah program pemberdayaan Sumber Daya Manusia melalui produksi taplak meja khas Lampung untuk meningkatkan ekonomi keluarga di masa pandemi.

Eny Inti Suryani menjelaskan pembuatan taplak meja khas Lampung yang biasa disebut motif Celugam, sebenarnya metodenya sederhana, tetapi memerlukan ketelitian serta ketelatenan yang tinggi.

Taplak ini memerlukan kain dasar yang mempunyai warna pokok merah, orannye , hitam dan putih.

“Masing-masing kain dasar tersebut dipotong-potong menjadi segitiga-segitiga kecil, yang kemudian dipadukan seperti belah ketupat,” paparnya.

Setelah masing-masing warna oranye dan merah serta hitam dan putih dipadukan, selanjutnya dirangkai menjadi suatu paduan kombinasi yang kreatif dan menarik.

Pembuatan taplak dan sarung bantal kursi ini, lebih banyak mengandalkan keterampilan tangan secara manual dan ketelitian yang tinggi, karena memadukan potongan-potongan kain segitiga yang kecil-kecil kemudian dijahit dirangkai menjadi paduan warna yang serasi.

“Karena keunikan dan tingkat kesulitan serta dibuat secara manual, maka taplak meja dan sarung bantal kursi ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,” paparnya.

Program ini diikuti oleh ibu-ibu warga Desa Sungai Langka khususnya Dusun VI Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran, berjumlah 10 orang yang nantinya di masa mendatang akan menjadi pionir pemberdayaan perempuan di Desa Sungai Langka ini.

Program ini diikuti dengan sangat antusias, yang tergambar dengan tingkat kehadiran yang tinggi ketika jadwal pendampingan berlangsung setiap Kamis dan Minggu selama dua bulan.

“Mudah-mudahan program ini tidak hanya berhenti sampai di sini tetapi tetap berkelanjutan di masa mendatang sekaligus menjalin silahturami dengan warga Desa Sungai Langka ini,” pungkasnya.


Pewarta : Emir Fajar Saputra
Editor : Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2024