Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menargetkan purwarupa alat tes cepat COVID-19 model microchip selesai Mei 2020.
"Kita harap pertengahan Mei, model purwarupa microchip sudah dapat diselesaikan," kata Kepala BPPT Hammam Riza kepada ANTARA, Jakarta, Rabu.
BPPT bersama timnya di bawah kerangka kerja sama riset dan pengembangan Konsorsium COVID-19 yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi membuat dua alat untuk mendeteksi cepat virus corona tipe baru (SARS-Cov-2) penyebab penyakit COVID-19, yakni perangkat RDT IgG IgM dan RDT micro-chip.
Terhadap alat deteksi cepat COVID-19 tersebut, saat ini sedang berlangsung uji validasi menggunakan isolat RNA Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Alat deteksi corona buatan lokal itu menggunakan strain virus berasal dari orang Indonesia yang terinfeksi COVID-19 dengan status transmisi penyebaran lokal.
Dengan menggunakan strain virus dari orang Indonesia asli, maka sensitivitas alat tersebut dalam mendeteksi keberadaan virus penyebab COVID-19 di tubuh manusia Indonesia menjadi lebih tinggi dibanding alat tes lain yang diproduksi dari luar negeri yang menggunakan strain virus dari negara mereka sendiri.
BPPT dan tim berupaya meningkatkan sensitivitas perangkat RDT IgG IgM dalam mendeteksi virus penyebab COVID-19 hingga 70 persen, dan perangkat RDT micro-chip hingga 80 persen.
Baca juga: Alat tes corona ciptaan putra Indonesia tembus Eropa, AS, India
Sementara perangkat PCR yang biasa digunakan untuk menguji sampel swab memiliki sensitivitas hampir 100 persen dalam mendeteksi virus penyebab COVID-19.
Hammam mengatakan pembuatan prototipe RDT untuk deteksi antibodi yang disebut Immunoglobulin G (IgG)/Immunoglobulin M (IgM) dalam bentuk strip digunakan untuk mengetahui ada tidaknya antibodi COVID-19.
Antibodi atau imunoglobulin akan muncul saat seseorang pertama kali terinfeksi virus atau bakteri.
Jika orang terinfeksi COVID-19, tubuh orang tersebut akan merespon dengan mengeluarkan antibodi COVID-19, yang akan muncul pada hari keenam atau ketujuh setelah infeksi.
Produk RDT IgG IgM buatan Indonesia ini akan mampu mendeteksi secara cepat dalam waktu 5-10 menit dengan meneteskan darah atau serum pada alat RDT IgG IgM.
Perangkat RDT micro-chip merupakan alat deteksi antigen yang menggunakan micro-chip. Alat ini mampu mendeteksi secara dini keberadaan virus COVID-19 pada pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP) atau orang tanpa gejala (OTG) dengan menggunakan sensor Surface Plasmon Resonance (SPR).
Baca juga: Sekitar 50.000 alat tes COVID-19 dari Korsel tiba di Soekarno-Hatta hari ini
"Kita harap pertengahan Mei, model purwarupa microchip sudah dapat diselesaikan," kata Kepala BPPT Hammam Riza kepada ANTARA, Jakarta, Rabu.
BPPT bersama timnya di bawah kerangka kerja sama riset dan pengembangan Konsorsium COVID-19 yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi membuat dua alat untuk mendeteksi cepat virus corona tipe baru (SARS-Cov-2) penyebab penyakit COVID-19, yakni perangkat RDT IgG IgM dan RDT micro-chip.
Terhadap alat deteksi cepat COVID-19 tersebut, saat ini sedang berlangsung uji validasi menggunakan isolat RNA Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Alat deteksi corona buatan lokal itu menggunakan strain virus berasal dari orang Indonesia yang terinfeksi COVID-19 dengan status transmisi penyebaran lokal.
Dengan menggunakan strain virus dari orang Indonesia asli, maka sensitivitas alat tersebut dalam mendeteksi keberadaan virus penyebab COVID-19 di tubuh manusia Indonesia menjadi lebih tinggi dibanding alat tes lain yang diproduksi dari luar negeri yang menggunakan strain virus dari negara mereka sendiri.
BPPT dan tim berupaya meningkatkan sensitivitas perangkat RDT IgG IgM dalam mendeteksi virus penyebab COVID-19 hingga 70 persen, dan perangkat RDT micro-chip hingga 80 persen.
Baca juga: Alat tes corona ciptaan putra Indonesia tembus Eropa, AS, India
Sementara perangkat PCR yang biasa digunakan untuk menguji sampel swab memiliki sensitivitas hampir 100 persen dalam mendeteksi virus penyebab COVID-19.
Hammam mengatakan pembuatan prototipe RDT untuk deteksi antibodi yang disebut Immunoglobulin G (IgG)/Immunoglobulin M (IgM) dalam bentuk strip digunakan untuk mengetahui ada tidaknya antibodi COVID-19.
Antibodi atau imunoglobulin akan muncul saat seseorang pertama kali terinfeksi virus atau bakteri.
Jika orang terinfeksi COVID-19, tubuh orang tersebut akan merespon dengan mengeluarkan antibodi COVID-19, yang akan muncul pada hari keenam atau ketujuh setelah infeksi.
Produk RDT IgG IgM buatan Indonesia ini akan mampu mendeteksi secara cepat dalam waktu 5-10 menit dengan meneteskan darah atau serum pada alat RDT IgG IgM.
Perangkat RDT micro-chip merupakan alat deteksi antigen yang menggunakan micro-chip. Alat ini mampu mendeteksi secara dini keberadaan virus COVID-19 pada pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP) atau orang tanpa gejala (OTG) dengan menggunakan sensor Surface Plasmon Resonance (SPR).
Baca juga: Sekitar 50.000 alat tes COVID-19 dari Korsel tiba di Soekarno-Hatta hari ini