Bandarlampung (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung mencatat sebanyak empat kelompok pengeluaran menyumbang inflasi di Kota Bandarlampung sebesar 0,06 persen pada November 2019.
Kepala BPS Provinsi Lampung Yeane Irmanungrum di Bandarlampung, Senin, mengatakan keempat kelompok pengeluaran yaitu bahan makanan dengan angka inflasi sebesar 0,01 persen.
Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memberikan 0,03 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,02 persen; dan kelompok sandang 0,01 persen.
"Sebaliknya, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikan andil deflasi sebesar 0,01 persen," katanya.
Sementara, lanjut dia, kelompok kesehatan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tidak memberikan andil dalam
pembentukan indeks harga.
Yeane menjelaskan untuk komoditas yang dominan memberikan andil dalam pembentukan inflasi bulan November 2019 di antaranya, bawang merah 0,15 persen; telur ayam ras 0,03 persen; dan tomat sayur 0,03 persen.
Kemudian beras 0,03 persen; cung kediro 0,02 persen; rokok kretek 0,02 persen; upah pembantu rumahtangga 0,02 persen; udang basah 0,02 persen; tahu mentah 0,01 persen; dan kopi bubuk 0,01 persen.
Kepala BPS Provinsi Lampung itu menjelaskan bahwa pada November 2019, inflasi Kota Bandarlampung menempati peringkat
ke-53 dari 82 kota yang diamati perkembangan harganya.
Menurut dia, dari 82 kota, 57 kota mengalami inflasi dan 25 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 3,30 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Malang sebesar 0,01 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,06 persen, dan deflasi terendah terjadi di Batam dan Denpasar masing-masing sebesar 0,01 persen.
Kota Bandarlampung, pada November 2019 berdasarkan penghitungan inflasi tahun kalender mengalami inflasi sebesar 3,04 persen,
dan inflasi year on year (yoy) sebesar 3,36 persen.
Kepala BPS Provinsi Lampung Yeane Irmanungrum di Bandarlampung, Senin, mengatakan keempat kelompok pengeluaran yaitu bahan makanan dengan angka inflasi sebesar 0,01 persen.
Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memberikan 0,03 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,02 persen; dan kelompok sandang 0,01 persen.
"Sebaliknya, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikan andil deflasi sebesar 0,01 persen," katanya.
Sementara, lanjut dia, kelompok kesehatan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tidak memberikan andil dalam
pembentukan indeks harga.
Yeane menjelaskan untuk komoditas yang dominan memberikan andil dalam pembentukan inflasi bulan November 2019 di antaranya, bawang merah 0,15 persen; telur ayam ras 0,03 persen; dan tomat sayur 0,03 persen.
Kemudian beras 0,03 persen; cung kediro 0,02 persen; rokok kretek 0,02 persen; upah pembantu rumahtangga 0,02 persen; udang basah 0,02 persen; tahu mentah 0,01 persen; dan kopi bubuk 0,01 persen.
Kepala BPS Provinsi Lampung itu menjelaskan bahwa pada November 2019, inflasi Kota Bandarlampung menempati peringkat
ke-53 dari 82 kota yang diamati perkembangan harganya.
Menurut dia, dari 82 kota, 57 kota mengalami inflasi dan 25 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 3,30 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Malang sebesar 0,01 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,06 persen, dan deflasi terendah terjadi di Batam dan Denpasar masing-masing sebesar 0,01 persen.
Kota Bandarlampung, pada November 2019 berdasarkan penghitungan inflasi tahun kalender mengalami inflasi sebesar 3,04 persen,
dan inflasi year on year (yoy) sebesar 3,36 persen.