Lampung Barat (ANTARA) - Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BTNBBS) bekerja sama dengan Sumatran Tiger Project GEF-UNDP dan Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) menyelenggarakan rangkaian kegiatan kampanye Global Tiger Day 2019 yang diadakan mulai 17 hingga 29 Juli 2019.

Amri, selaku Kepala BPTN Wilayah II Liwa TNBBS, di Lampung Barat, Senin, menjelaskan kampanye "Global Tiger Day 2019" itu dilaksanakan pada beberapa daerah di Lampung. Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day yang jatuh setiap tanggal 29 Juli.

Kampanye yang bertajuk "Aksi Kita untuk Harimau Kita" bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan satwa liar khususnya harimau sumatera bagi ekosistem sekitarnya.

Kampanye "Global Tiger Day 2019" ini merupakan rangkaian acara yang diawali dengan kegiatan road show dalam bentuk Wildlife School Visit di sekitar Resor Tampang, Kabupaten Tanggamus dan Resor Way Haru, Kabupaten Pesisir Barat pada 17 dan 23 Juli 2019.

Kegiatan dilanjutkan dengan perkemahan yang dilaksanakan pada hari Minggu-Senin, 28-29 Juli 2019, di Bumi Perkemahan Kubu Perahu yang berada di Resor Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat.

Rangkaian kampanye diakhiri dengan acara puncak pada tanggal 29 Juli 2019, yang dibuka secara resmi oleh Asisten II Pemkab Lampung Barat.

Kegiatan pada acara puncak berupa pentas seni drama dan tarian kreasi pramuka binaan BB TNBBS, lomba melukis totebag, jungle tracking, face painting, press release, penandatanganan Komitmen Bersama Perlindungan Harimau Sumatera, selfie backgroud kegiatan teatrikal harimau sumatera, live music, pembagian material kampanye harimau di Taman Ham Tebiu. Kampanye ini terselenggara berkat dukungan dari Sumatran Tiger Project GEF-UNDP, Disney Conservation Fund, TFCA Sumatra, Pundi Sumatera, dan PILI.

Dalam perayaan acara puncak Kampanye "Global Tiger Day" pada 29 Juli 2019, Amri selaku Kepala BPTN Wilayah II Liwa TNBBS menyatakan TNBBS merupakan salah satu Tiger Conservation Landscape (TCL) yakni bentang alam yang dapat mendukung keberadaan dan kelestarian populasi harimau sumatera. Upaya konservasi harimau sumatera di TNBBS berkontribusi penting bagi penyelamatan populasi harimau sumatera secara keseluruhan.

Amri menambahkan, berdasarkan hasil survei di wilayah pengamatan (site monitoring) harimau sumatera TNBBS, tren populasi meningkat dari tahun 2014 sampai 2018, dengan estimasi jumlah populasi pada tahun 2014 sebanyak 28 individu, tahun 2015 sebanyak 32 individu, tahun 2016 berkisar 37 individu, tahun 2017 sekitar 40 individu; dan tahun 2018 sebanyak 40 individu.

Sedangkan berdasar data patroli tim TNBBS dan para mitra yang telah menjelajah 36 ribu km, sejak tahun 2013 telah ditemukan kurang lebih 105 jerat harimau dan mamalia besar.

"Selain itu, penanganan konflik manusia dan harimau juga menjadi fokus utama kami. Tercatat sebanyak 225 kasus konflik telah ditangani dalam kurun waktu 2008-Juni 2019. Upaya-upaya ini dilakukan sebagai bentuk komitmen kami dalam rencana peningkatan populasi harimau yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia," kata Amri.

Namun, Regional Coordinator Sumatran Tiger Project GEF-UNDP Nani menyampaikan ternyata masih ditemukan berbagai ancaman terhadap keberadaan harimau sumatera di kawasan ini, seperti adanya aktivitas perburuan dan perdagangan ilegal, perambahan, pembalakan liar, serta konflik dengan manusia akibat berkurang habitat dan jumlah satwa mangsa.

Nani menambahkan terkait harimau kena jerat pada Juni 2019 di Suoh, Lampung Barat diharapkan merupakan peristiwa terakhir, sehingga diperlukan operasi sapu jerat secara intensif dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar terkait perlindungan kawasan, satwa dan tumbuhan yang dilindungi, serta prosedur penggunaan senjata api, penting dilakukan dalam rangka membangun kesadaran dan mengajak masyarakat untuk turut menjaga kawasan hutan dari ancaman kerusakan.

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia telah menargetkan peningkatan populasi harimau sumatera sebanyak dua kali lipat pada 2022, sebuah target yang tertuang dalam National Tiger Recovery Program (NTRP) 2010-2022.

Untuk menelaah kembali efektivitas aktivitas konservasi dalam mencapai target tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan para mitra mengadakan Sumatra Wide Tiger Survey (SWTS), suatu survei distribusi harimau sumatera skala pulau yang dimulai sejak tahun 2007-2009 dan dilanjutkan pada tahun 2018-2019. Hasil survei SWTS 2007-2009 pada 60 persen habitat harimau di sumatera mengungkap bahwa 72 persen dari wilayah survei masih dihuni oleh harimau sumatera.

Menurut data Lembaga Konservasi Dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature), sebuah otoritas global untuk konservasi sumber daya alam, jumlah harimau sumatera hanya berkisar 400-600 ekor. Satwa terancam punah ini pun dikategorikan kritis (Critically Endangered) menurut Daftar Merah IUCN.

Tantangan yang dihadapi dalam upaya pelestarian harimau adalah hilangnya habitat alami harimau, dan terutama ancaman perburuan, tidak hanya terhadap harimau itu sendiri, tapi juga perburuan terhadap satwa mangsanya seperti rusa dan babi hutan.

Pemburu banyak menggunakan jerat untuk menangkap harimau dan satwa mangsanya. Penggunaan jerat ini sangat berbahaya karena sifatnya tidak pandang bulu. Satwa apa pun bisa terjerat, dan sudah terbukti merupakan hal yang mendorong kepunahan mega fauna di daratan Asia.

"Di Indonesia, harimau sumatera dilindungi dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya," ujar Firdaus Affandi, BBS Landscape Manager WCS-IP.

Lebih lanjut, Firdaus mengatakan bahwa harimau sumatera merupakan subspesies terakhir yang tersisa di Indonesia setelah kepunahan harimau bali dan harimau jawa.

"Tentu kita tak ingin kehilangan lagi satwa kebanggaan masyarakat Indonesia ini. Melalui kampanye ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk ikut serta berkontribusi dalam melindungi harimau sumatera. Pada rangkaian kampanye ini, kami juga mengajak teman-teman dari Pramuka Saka Wanabakti sebagai generasi muda untuk menyuarakan pesan lestari bagi kelangsungan harimau kepada khalayak yang lebih luas," ujarnya pula.

Sebagai generasi penerus, banyak cara yang dapat kita lakukan untuk berkontribusi melestarikan harimau sumatera. Hal ini bisa dimulai dari aksi kecil namun berdampak besar seperti ikut serta menyebarkan informasi pentingnya keberadaan harimau sumatera di ekosistemnya.

"Kita dapat menyampaikan pesan melalui berbagai media dan aktivitas yang dikemas secara menarik seperti pentas drama, tarian kreasi maupun kegiatan perkemahan," ujar Mediyansah, anggota Pramuka Saka Wanabakti Tanggamus, Lampung.

TNBBS menjadi salah satu Tiger Conservation Landscape (TCL) yakni bentang alam yang dapat mendukung kelestarian harimau sumatera. Namun, keberadaan harimau sumatera di kawasan ini masih dihadapkan pada berbagai ancaman di antaranya adanya aktivitas perburuan, perdagangan ilegal, perambahan, pembalakan liar, dan konflik dengan manusia.

UNESCO juga telah menetapkan TNBBS dengan luas mencapai 324.000 hektare dan berada di wilayah Kabupaten Lampung Barat, Pesisir Barat, dan Tanggamus (Provinsi Lampung) serta Bengkulu ini sebagai The Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (TRHS), sehingga menjadi kewajiban semua pihak untuk menjaga dan melestarikannya.*
 

Pewarta : Budisantoso Budiman
Editor : Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024