Bandarlampung (Antaranews Lampung) - Tim perencana Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Lampung menangkap peluang dengan segera melakukan riset pengembangan kopi robusta berkelanjutan guna mewujudkan petani sejahtera.

"Sinergitas dan kolaborasi antar pemangku kepentingan berpotensi menjadikan petani kopi Lampung Barat sejahtera dan kaya," kata Peneliti Balitbangda Lampung Hernita Astuti, di Bandarlampung, Selasa (24/7).

Ia menyebutkan, dukungan peran dan fungsi lembaga Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Lampung (dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Lampung) dalam bentuk riset.

Menurutnya, aksi implementasi diharapkan masing-masing pemangku kepentingan baik akademisi, pengusaha, pemerintah, masyarakat, asosiasi perkopian dan lembaga independen SCOPI bersama media dapat berperan ?guna mewujudkan petani yang sejahtera dan kaya.

Hernita yang merupakan salah satu praktisi Master Trainer SCOPI (Sustainable Coffee Platform Indonesia) atau lembaga yang berkiprah untuk pengembangan perkebunan kopi berkelanjutan itu akan terus membina komunitas petani, diantaranya Master Trainer "Nana" dari SCOPI di Lampung Barat.

Sementara itu, acara Festival Kopi Lampung Barat, Minggu (22/7) dihadiri Ketua MPR RI Zulkifli Hasan bersama Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI Ir. Bambang didampingi Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus, Wabup Madhasnurin dan Gubernur Lampung yang diwakili oleh Kadis Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung Dessy Romas. 

Acara berlangsung di Kampung Kopi Rigis Jaya Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat. Di sini, juga dilakukan penanaman intercropping kopi dengan tanaman semusim.

Kemudian, ?kegiatan dilanjutkan penandatangan prasasti pendirian "Kampung Kopi".

Bupati Lambar Parosil Mabsus mengatakan masalah yang terjadi saat ini antara lain produktivitas kopi menurun dan perlu perbaikan kualitas kopi agar dapat mempertahankan keberadaan kopi Lampung Barat yang saat ini menjadi primadona daerah.

"Masalah lain yang dihadapi umumnya disebabkan perubahan iklim, umur tanaman yang sudah kurang produktif dan adopsi teknologi yang belum merata. Juga pengetahuan sumber daya manusia petani yang masih terbatas," tambahnya.

Pewarta : Agus Wira Sukarta
Editor : Samino Nugroho
Copyright © ANTARA 2024