Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Nilai ekspor kopi robusta asal Provinsi Lampung selama periode Agustus 2016 mencapai 42,5 juta dolar Amerika Serikat dengan volume 24.323 ton atau naik bila dibandingkan bulan lalu.
"Jumlah itu naik bila dibandingkan bulan Juli 2016 dengan volume 12.349 ton senilai 20,7 juta dolar," kata Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Lampung Ferynia di Bandarlampung, Selasa.
Ia mengatakan kenaikan ekspor kopi itu karena stok komoditas itu cukup banyak mengingat panen tahun ini meningkat bila dibandingkan tahun lalu.
Menurutnya, produksi biji kopi Lampung naik hingga 30 persen bila dibandingakn musim tahun lalu.
Ekspor kopi pada periode itu lanjutnya untuk memenuhi kontrak eksportir terhadap pembeli di luar negeri.
Ia menyebutkan ekspor biji kopi robusta maupun arabika daerah itu menuju beberapa negara terutama di kawasan Eropa dan Asia.
"Lampung juga mengekspor biji kopi arabika, meski tidak sebanyak robusta," katanya.
Ekspor biji kopi arabika, lanjutnya, senilai 101.568 dolar Amerika Serikat dengan berat 19,2 ton pada Agsutus 2016.
Negara tujuan ekspor Lampung antara lain Alzajair, Armenia, Belgia, Bulgaria, Republik Ceko, Mesir, Georgia, Jerman, Yunani, Hongkong, India, Italia, Jepang, Malaysia, Maroko, Portugal, Rusia, Singapura, Swiss, Inggris, Afrika Selatan, Rumania, Iran, Amerika Serikat, dan Swedia.
Sementara, harga biji kopi robusta di tingkat petani Lampung Barat turun karena kualitas komoditas itu rendah serta kurangnya pengelolaan setelah panen.
"Harga biji kopi asalan saat ini di tingkat petani turun dari Rp21.000 per kilogram menjadi Rp19.000 per kilogram mengingat kualitas kopinya yang kurang bagus," kata Wanto petani kopi asal Lampung Barat.
Ia mengatakan rata-rata kadar air biji kopi petani di atas 19 persen sehingga kualitasnya buruk. Akibatnya harga biji kopi turun.
Selain itu, produksi kopi di Lampung juga cukup banyak menyusul panen raya kopi pada Juli lalu sehingga harga kopi turun.
Wanto menyebutkan, dari satu karung berisi biji kopi ukuran 50 kg hampir 30 persen kualitasnya kurang bagus.
Harga biji di tingkat pengekspor, lanjutnya, saat ini sekitar Rp22.500/kg atau sama seperti sepekan lalu.
Ia menambahkan bahwa stok kopi di tingkat petani saat ini masih cukup banyak mengingat panen tahun ini produksinya meningkat.
Panen raya kopi di Lampung berlangsung Juli--Agustus 2016 naik sekitar 30 persen dibandingkan musim sebelumnya tahun lalu.(Ant)
"Jumlah itu naik bila dibandingkan bulan Juli 2016 dengan volume 12.349 ton senilai 20,7 juta dolar," kata Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Lampung Ferynia di Bandarlampung, Selasa.
Ia mengatakan kenaikan ekspor kopi itu karena stok komoditas itu cukup banyak mengingat panen tahun ini meningkat bila dibandingkan tahun lalu.
Menurutnya, produksi biji kopi Lampung naik hingga 30 persen bila dibandingakn musim tahun lalu.
Ekspor kopi pada periode itu lanjutnya untuk memenuhi kontrak eksportir terhadap pembeli di luar negeri.
Ia menyebutkan ekspor biji kopi robusta maupun arabika daerah itu menuju beberapa negara terutama di kawasan Eropa dan Asia.
"Lampung juga mengekspor biji kopi arabika, meski tidak sebanyak robusta," katanya.
Ekspor biji kopi arabika, lanjutnya, senilai 101.568 dolar Amerika Serikat dengan berat 19,2 ton pada Agsutus 2016.
Negara tujuan ekspor Lampung antara lain Alzajair, Armenia, Belgia, Bulgaria, Republik Ceko, Mesir, Georgia, Jerman, Yunani, Hongkong, India, Italia, Jepang, Malaysia, Maroko, Portugal, Rusia, Singapura, Swiss, Inggris, Afrika Selatan, Rumania, Iran, Amerika Serikat, dan Swedia.
Sementara, harga biji kopi robusta di tingkat petani Lampung Barat turun karena kualitas komoditas itu rendah serta kurangnya pengelolaan setelah panen.
"Harga biji kopi asalan saat ini di tingkat petani turun dari Rp21.000 per kilogram menjadi Rp19.000 per kilogram mengingat kualitas kopinya yang kurang bagus," kata Wanto petani kopi asal Lampung Barat.
Ia mengatakan rata-rata kadar air biji kopi petani di atas 19 persen sehingga kualitasnya buruk. Akibatnya harga biji kopi turun.
Selain itu, produksi kopi di Lampung juga cukup banyak menyusul panen raya kopi pada Juli lalu sehingga harga kopi turun.
Wanto menyebutkan, dari satu karung berisi biji kopi ukuran 50 kg hampir 30 persen kualitasnya kurang bagus.
Harga biji di tingkat pengekspor, lanjutnya, saat ini sekitar Rp22.500/kg atau sama seperti sepekan lalu.
Ia menambahkan bahwa stok kopi di tingkat petani saat ini masih cukup banyak mengingat panen tahun ini produksinya meningkat.
Panen raya kopi di Lampung berlangsung Juli--Agustus 2016 naik sekitar 30 persen dibandingkan musim sebelumnya tahun lalu.(Ant)