Film Zero Dark Thirty yang sedang diputar secara luas di mancanegara merupakan pengungkapan secara telanjang mengenai upaya agensi intel Amerika Serikat dalam mengejar Osama Bin Laden.
Selama lebih dari dua jam, para penonton akan dibawa dalam alur yang mencekam dan membuat miris hati karena terdapatnya beragam adegan penyiksaan yang secara terang-terangan dilakukan oleh CIA (Central Intelligence Agency).
Pada awal film, penonton akan diperkenalkan kepada tokoh agen perempuan CIA bernama Maya (Jessica Chastain), yang sejak peristiwa 9 September 2011 membuatnya ditempatkan di Pakistan dan di sejumlah penjara rahasia CIA untuk mencari tahu tentang seluk beluk terorisme global.
Pertanyaannya, bagaimana caranya Maya dan para koleganya mencari tahu informasi dari para tawanan (yang mayoritas adalah warga etnis Arab)? Jawabannya, adalah melalui beragam macam siksaan.
Selain pemukulan yang dilakukan oleh beberapa orang, sebagaimana ditunjukkan secara gamblang dalam film tersebut, juga ditampilkan secara visual teknik penyiksaan yang dikenal sebagai "waterboarding".
Teknik penyiksaan "waterboarding" merupakan salah satu teknik dengan cara membekap wajah tawanan dan menyiram wajahnya dengan air serta mengguyur air ke dalam mulutnya yang membuat sang tawanan mendapat efek seakan-akan dia sedang tenggelam.
Maya pada awalnya menunjukkan keengganan untuk melakukan penyiksaan itu, tetapi seiring berjalan waktu, dia juga mulai terbiasa dalam melakukan interogasi dengan metode penyiksaan yang disahkan CIA itu.
Saat seorang tawanan bernama Ammar (Reda Kateb) memohon agar Maya menolongnya dari siksaan yang dilakukan agen CIA lainnya, Maya hanya menjawab bahwa Ammar harus berkata jujur.
Melalui beragam metode penyiksaan itu, akhirnya Maya yang terobsesi dengan Osama bin Laden dapat menemukan adanya sosok bernama Abu Ahmed Al Kuwaiti, kurir pribadi Osama.
Maya pun mencoba mencari tahu sosok sang kurir tersebut dengan memeriksa ratusan video interogasi dan penyiksaan yang dilakukan CIA dan instansi di sejumlah negara yang membantu CIA.
Namun pada saat bersamaan, sang atasan yaitu Kepala CIA Biro Pakistan Joseph Bradley (Kyle Chandler) dan rekannya sesama agen CIA, Jessica (Jennifer Ehle), tidak percaya terhadap adanya sosok baru bernama Abu Ahmed Al Kuwaiti yang dekat dengan Osama bin Laden.
Bahkan, Joseph secara tegas menyuruh Maya agar melupakan teorinya tentang Abu Ahmed dan segera fokus terhadap apa target serangan teroris berikutnya.
Di dalam film itu juga dipaparkan beragam serangan terorisme global lainnya seperti pembantaian di sebuah hotel di Khobar, Arab Saudi, 29 Mei 2004, yang menewaskan sebanyak 19 warga asing termasuk delapan orang India dan tiga orang Filipina.
Maya yang siang dan malam selalu mencari petunjuk sekecil apa pun terhadap keberadaan Osama bin Laden, juga sempat terluka karena menjadi korban dari peledakan bom Marriott di Islamabad, Pakistan, pada tahun 2008.
Selain itu, Maya juga pernah ditembaki oleh segerombolan pemuda di Islamabad saat dia sedang mengendarai mobil pribadinya di depan tempat tinggalnya.
Semua peristiwa itu tidak membuat Maya patah arang tetapi berketetapan untuk mendeteksi keberadaan orang nomor satu yang dicari negeri Paman Sam tersebut.
Apalagi setelah kematian koleganya sesama CIA, Jessica yang tewas akibat bom bunuh diri dalam serangan yang dilakukan di Kamp Chapman, Afghanistan, 2009.
Titik terang
Titik terang keberadaan Osama muncul saat seorang analis CIA menemukan bahwa nama asli Abu Ahmed sebenarnya adalah Ibrahim Sayeed, yang ibunya ternyata ditemukan masih berdomisili di daerah Peshawar, Pakistan.
Dengan berbekal pencarian canggih dengan teknologi mutakhir, Maya dan tim CIA-nya berhasil menemukan Ibrahim Sayeed dan melacaknya hingga ke sebuah rumah di daerah perbukitan bernama Abbottabad.
Rumah yang ditempati Ibrahim Sayeed itu memiliki dinding tinggi berwarna putih dan sangat tertutup seakan-akan sedang menyembunyikan seseorang yang penting di rumah tersebut.
Maya serta-merta merasa yakin bahwa Osama bin Laden berada dalam rumah tersebut. Maya tetap merasa yakin meski pengamatan melalui satelit luar angkasa juga tidak membuat CIA mengetahui secara pasti apakah Osama berada di dalam rumah itu atau tidak.
Akhirnya, pemerintah AS memutuskan untuk mengirim tim Navy SEAL untuk menggerebek rumah tersebut dengan mengandalkan dua helikopter teknologi terbaru yang sangat canggih sehingga dapat menghindari radar.
Rencananya, tim Navy SEAL menaiki helikopter itu dari kamp di Afghanistan dan menyeberang ke Pakistan secara diam-diam agar tidak terdeteksi dan dihentikan oleh otoritas Pakistan.
Ternyata di rumah tersebut, tim Navy SEAL menemukan banyak anak-anak serta tiga pasangan suami istri yang salah satunya adalah Osama bin Laden. Semua pria dewasa yang tinggal di rumah itu tewas ditembak oleh tim Navy SEAL.
Setelah melakukan "penggerebekan" dan penyitaan berbagai dokumen dan data penting dari rumah tempat Osama bersembunyi, tim Navy SEAL AS berhasil melarikan diri sebelum dapat dikejar oleh Angkatan Udara Pakistan yang menyadari bahwa telah terjadi pelanggaran kedaulatan.
Film tersebut benar-benar mengungkapkan secara jelas obsesi AS (yang diwakili oleh Maya) dalam mencari Osama bin Laden, sehingga berbagai upaya dan waktu serta teknologi dikerahkan sepenuhnya agar dapat mengungkap keberadaan orang yang dituding menjadi dalang dari serangan WTC 9 September 2011.
Zero Dark Thirty juga meraih lima nominasi Academy Award antara lain mencakup Film Terbaik, Aktris Terbaik, dan Skenario Orisinal Terbaik.
Alur yang mengalir dengan baik dan kemampuan sutradara Kathryn Bigelow dalam membawa sebuah film yang mengungkapkan banyak hal tentang pencarian akan Osama bin Laden memang pantas dipuji oleh banyak kritikus, termasuk akting piawai yang ditunjukkan Jessica Chastain dalam memerankan agen CIA Maya.
Namun, adegan terakhir di mana seorang pilot bertanya kepada Maya ke mana dia mau dibawa pergi (setelah pencariannya yang tak kenal lelah akan Osama berakhir), Maya hanya dapat menangis. Ambisinya yang telah tercapai membuatnya tertekan karena apa lagi yang dicarinya setelah Osama.
Selama lebih dari dua jam, para penonton akan dibawa dalam alur yang mencekam dan membuat miris hati karena terdapatnya beragam adegan penyiksaan yang secara terang-terangan dilakukan oleh CIA (Central Intelligence Agency).
Pada awal film, penonton akan diperkenalkan kepada tokoh agen perempuan CIA bernama Maya (Jessica Chastain), yang sejak peristiwa 9 September 2011 membuatnya ditempatkan di Pakistan dan di sejumlah penjara rahasia CIA untuk mencari tahu tentang seluk beluk terorisme global.
Pertanyaannya, bagaimana caranya Maya dan para koleganya mencari tahu informasi dari para tawanan (yang mayoritas adalah warga etnis Arab)? Jawabannya, adalah melalui beragam macam siksaan.
Selain pemukulan yang dilakukan oleh beberapa orang, sebagaimana ditunjukkan secara gamblang dalam film tersebut, juga ditampilkan secara visual teknik penyiksaan yang dikenal sebagai "waterboarding".
Teknik penyiksaan "waterboarding" merupakan salah satu teknik dengan cara membekap wajah tawanan dan menyiram wajahnya dengan air serta mengguyur air ke dalam mulutnya yang membuat sang tawanan mendapat efek seakan-akan dia sedang tenggelam.
Maya pada awalnya menunjukkan keengganan untuk melakukan penyiksaan itu, tetapi seiring berjalan waktu, dia juga mulai terbiasa dalam melakukan interogasi dengan metode penyiksaan yang disahkan CIA itu.
Saat seorang tawanan bernama Ammar (Reda Kateb) memohon agar Maya menolongnya dari siksaan yang dilakukan agen CIA lainnya, Maya hanya menjawab bahwa Ammar harus berkata jujur.
Melalui beragam metode penyiksaan itu, akhirnya Maya yang terobsesi dengan Osama bin Laden dapat menemukan adanya sosok bernama Abu Ahmed Al Kuwaiti, kurir pribadi Osama.
Maya pun mencoba mencari tahu sosok sang kurir tersebut dengan memeriksa ratusan video interogasi dan penyiksaan yang dilakukan CIA dan instansi di sejumlah negara yang membantu CIA.
Namun pada saat bersamaan, sang atasan yaitu Kepala CIA Biro Pakistan Joseph Bradley (Kyle Chandler) dan rekannya sesama agen CIA, Jessica (Jennifer Ehle), tidak percaya terhadap adanya sosok baru bernama Abu Ahmed Al Kuwaiti yang dekat dengan Osama bin Laden.
Bahkan, Joseph secara tegas menyuruh Maya agar melupakan teorinya tentang Abu Ahmed dan segera fokus terhadap apa target serangan teroris berikutnya.
Di dalam film itu juga dipaparkan beragam serangan terorisme global lainnya seperti pembantaian di sebuah hotel di Khobar, Arab Saudi, 29 Mei 2004, yang menewaskan sebanyak 19 warga asing termasuk delapan orang India dan tiga orang Filipina.
Maya yang siang dan malam selalu mencari petunjuk sekecil apa pun terhadap keberadaan Osama bin Laden, juga sempat terluka karena menjadi korban dari peledakan bom Marriott di Islamabad, Pakistan, pada tahun 2008.
Selain itu, Maya juga pernah ditembaki oleh segerombolan pemuda di Islamabad saat dia sedang mengendarai mobil pribadinya di depan tempat tinggalnya.
Semua peristiwa itu tidak membuat Maya patah arang tetapi berketetapan untuk mendeteksi keberadaan orang nomor satu yang dicari negeri Paman Sam tersebut.
Apalagi setelah kematian koleganya sesama CIA, Jessica yang tewas akibat bom bunuh diri dalam serangan yang dilakukan di Kamp Chapman, Afghanistan, 2009.
Titik terang
Titik terang keberadaan Osama muncul saat seorang analis CIA menemukan bahwa nama asli Abu Ahmed sebenarnya adalah Ibrahim Sayeed, yang ibunya ternyata ditemukan masih berdomisili di daerah Peshawar, Pakistan.
Dengan berbekal pencarian canggih dengan teknologi mutakhir, Maya dan tim CIA-nya berhasil menemukan Ibrahim Sayeed dan melacaknya hingga ke sebuah rumah di daerah perbukitan bernama Abbottabad.
Rumah yang ditempati Ibrahim Sayeed itu memiliki dinding tinggi berwarna putih dan sangat tertutup seakan-akan sedang menyembunyikan seseorang yang penting di rumah tersebut.
Maya serta-merta merasa yakin bahwa Osama bin Laden berada dalam rumah tersebut. Maya tetap merasa yakin meski pengamatan melalui satelit luar angkasa juga tidak membuat CIA mengetahui secara pasti apakah Osama berada di dalam rumah itu atau tidak.
Akhirnya, pemerintah AS memutuskan untuk mengirim tim Navy SEAL untuk menggerebek rumah tersebut dengan mengandalkan dua helikopter teknologi terbaru yang sangat canggih sehingga dapat menghindari radar.
Rencananya, tim Navy SEAL menaiki helikopter itu dari kamp di Afghanistan dan menyeberang ke Pakistan secara diam-diam agar tidak terdeteksi dan dihentikan oleh otoritas Pakistan.
Ternyata di rumah tersebut, tim Navy SEAL menemukan banyak anak-anak serta tiga pasangan suami istri yang salah satunya adalah Osama bin Laden. Semua pria dewasa yang tinggal di rumah itu tewas ditembak oleh tim Navy SEAL.
Setelah melakukan "penggerebekan" dan penyitaan berbagai dokumen dan data penting dari rumah tempat Osama bersembunyi, tim Navy SEAL AS berhasil melarikan diri sebelum dapat dikejar oleh Angkatan Udara Pakistan yang menyadari bahwa telah terjadi pelanggaran kedaulatan.
Film tersebut benar-benar mengungkapkan secara jelas obsesi AS (yang diwakili oleh Maya) dalam mencari Osama bin Laden, sehingga berbagai upaya dan waktu serta teknologi dikerahkan sepenuhnya agar dapat mengungkap keberadaan orang yang dituding menjadi dalang dari serangan WTC 9 September 2011.
Zero Dark Thirty juga meraih lima nominasi Academy Award antara lain mencakup Film Terbaik, Aktris Terbaik, dan Skenario Orisinal Terbaik.
Alur yang mengalir dengan baik dan kemampuan sutradara Kathryn Bigelow dalam membawa sebuah film yang mengungkapkan banyak hal tentang pencarian akan Osama bin Laden memang pantas dipuji oleh banyak kritikus, termasuk akting piawai yang ditunjukkan Jessica Chastain dalam memerankan agen CIA Maya.
Namun, adegan terakhir di mana seorang pilot bertanya kepada Maya ke mana dia mau dibawa pergi (setelah pencariannya yang tak kenal lelah akan Osama berakhir), Maya hanya dapat menangis. Ambisinya yang telah tercapai membuatnya tertekan karena apa lagi yang dicarinya setelah Osama.