Relawan di Lampung bantu pasien kanker dan donor darah, bergerak tanpa dana tetap

id forum peduli kanker, tumor, pringsewu, relawan,kapolda lampung, helmy santika,Peduli kanker

Relawan di Lampung bantu pasien kanker dan donor darah, bergerak tanpa dana tetap

Relawan di Lampung bantu pasien kanker dan donor darah, bergerak tanpa dana tetap. ANTARA/HO-Dokumen Pribadi

Kami butuh dukungan, terutama kendaraan yang layak dan bantuan operasional agar relawan bisa menjangkau lebih banyak pasien.

Bandarlampung (ANTARA) - Di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan dan ekonomi masyarakat, sekelompok relawan di Lampung terus bergerak membantu pasien kanker dan masyarakat yang membutuhkan darah.

Komunitas ini dipimpin oleh M. Arif Sanjaya, seorang aktivis sosial asal Pringsewu yang mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan kemanusiaan tanpa imbalan.

M. Arif mengelola dua komunitas utama, yakni Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung serta Donor Darah Sukarela (DDS) Pringsewu. Keduanya berfokus pada pendampingan pasien tidak mampu, terutama penderita kanker, serta membantu menyediakan stok darah bagi rumah sakit di wilayah setempat.

“Komunitas ini saya bentuk sejak tahun 2018, tepat satu minggu setelah ibu saya meninggal karena tumor. Itu janji pribadi saya kepada beliau — untuk terus membantu orang-orang yang sedang berjuang melawan sakit,” ujar M. Arif Sanjaya, Relawan Sosial Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung, dalam keterangannya di Bandarlampung, Senin.

Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung aktif memberikan edukasi kesehatan, mengantar pasien ke rumah sakit, hingga mendampingi mereka selama perawatan. Banyak pasien yang dibawa ke RS Abdul Moeloek maupun RS Urip Sumoharjo di Bandarlampung dengan kondisi kritis.

“Kami pernah dampingi 14 pasien kanker payudara. Hanya dua yang berhasil bertahan hidup, sisanya meninggal di tengah perawatan. Tapi bagi kami, bisa mendampingi mereka sampai akhir adalah bentuk penghormatan dan ibadah,” ujar Arif.

Selain mendampingi pasien kanker, relawan juga membantu pengurusan administrasi BPJS, menyediakan rumah singgah, dan mencarikan pendonor darah melalui jaringan DDS Pringsewu. Mereka juga berkolaborasi dengan berbagai komunitas seperti ojek online, Persatuan Tuna Netra Indonesia, dan sejumlah organisasi sosial lainnya.

M. Arif mengakui, perjuangan komunitasnya tidak mudah. Hingga kini, mereka hanya memiliki satu mobil ambulans hibah dari seorang anggota marinir, namun kondisinya sudah tidak layak jalan.

“Pernah kami ditilang waktu membawa pasien karena ambulans dianggap tidak memenuhi standar. Tapi kami tidak punya pilihan lain. Ambulans yang layak kadang sulit digunakan masyarakat — harus isi formulir, lapor KTP, bahkan isi bensin sendiri,” ujarnya.

Karena tidak memiliki dana tetap, seluruh kegiatan dijalankan secara swadaya dan gotong royong antarrelawan. Arif menegaskan bahwa komunitasnya tidak pernah membuka donasi atas nama organisasi, melainkan hanya bantuan pribadi dari para anggota.

“Kami tidak digaji, tapi ini menjadi tabungan amal kami. Ada kepuasan tersendiri ketika bisa bantu pasien sembuh atau pulang dengan selamat,” katanya.

Meski terus berjuang di tengah keterbatasan, Arif berharap ada perhatian dari pemerintah daerah, lembaga sosial, dan masyarakat luas agar kegiatan kemanusiaan seperti ini bisa terus berjalan.

“Kami butuh dukungan, terutama kendaraan yang layak dan bantuan operasional agar relawan bisa menjangkau lebih banyak pasien. Selama ini kami bergerak semampu kami, tapi panggilan kemanusiaan tidak bisa berhenti,” kata Arif lagi.

Ia juga menambahkan, setiap pasien yang datang akan dibantu tanpa melihat latar belakang ekonomi atau sosial. “Kami tidak mencari keuntungan, insyaallah niat kami murni untuk membantu. Semoga ke depan semakin banyak tangan yang tergerak bersama kami,” katanya pula.

Salah satu pasien yang sempat didampingi oleh relawan adalah almarhumah Mei Mudiyanti, penderita kanker rahim asal Pringsewu. Ia sempat dirawat di RS Urip Sumoharjo dan RS Abdul Moeloek sebelum meninggal dunia setelah delapan hari perawatan. Selama masa sakitnya, tim relawan Forum Peduli Kanker Lampung mendampingi dan membantu keluarga hingga proses pemakaman.

“Waktu itu kondisi beliau sudah lemah sekali, tapi kami berusaha menemani sampai akhir. Bagi kami, mendampingi pasien seperti Ibu Mei adalah bentuk pengabdian dan kemanusiaan,” kata Arif.

Kepedulian terhadap almarhumah juga datang dari mantan Kapolda Lampung Irjen Pol Helmy Santika, yang secara langsung mendatangi rumah duka pada Sabtu, 8 November 2025, untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada keluarga.

Kehadirannya bersama keluarga disambut haru oleh relawan dan warga sekitar, sebagai bentuk perhatian terhadap perjuangan pasien serta komunitas yang selama ini aktif membantu masyarakat kecil. Dan pembuktian jiwa sosialnya itu selalu diberikan bagi masyarakat yang membutuhkan, sejumlah komunitas maupun masyarakat pun mengakui.

Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung serta Donor Darah Sukarela Pringsewu hingga kini tetap aktif bergerak secara sukarela, menjadi jembatan harapan bagi pasien kanker dan masyarakat yang membutuhkan bantuan medis di Provinsi Lampung.

Baca juga: Ibu negara ajak masyarakat cegah kanker serviks

Baca juga: Peringatan hari kanker sedunia, Dompet Dhuafa ajak masyarakat peduli pada anak penyintas kanker

Pewarta :
Editor : Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.