Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung memperkuat strategi pembangunan subsektor perkebunan dalam meningkatkan perekonomian daerah.
"Melihat kontribusi besar subsektor perkebunan di Lampung, maka strategi pembangunan perkebunan harus terus diperkuat, melalui peningkatan produksi dan produktivitas, peningkatan mutu hasil perkebunan, pengembangan hilirisasi dan investasi," ujar Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Pemerintah Provinsi Lampung Lukman Pura berdasarkan keterangannya di Bandarlampung, Senin (20/10).
Ia mengatakan selain penerapan strategi tersebut perlu juga dilakukan penguatan dalam hilirisasi beragam komoditas perkebunan di Lampung.
"Hilirisasi penting untuk meningkatkan nilai tambah produk perkebunan. Oleh karena itu pemerintah akan hadir dan berperan aktif mendorong tumbuhnya industri pengolahan, termasuk di tingkat kelompok tani, serta didukung oleh penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) petani dan sarana prasarana yang memadai," katanya.
Ia menjelaskan mengacu pada RPJMD 2025-2029, Dinas Perkebunan Provinsi Lampung menargetkan Lampung sebagai Lumbung Pangan Nasional. Pencapaian target ini membutuhkan kerja sama yang erat antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten serta kota, dan dukungan semua pemangku kepentingan.
"Dari sisi produksi, Provinsi Lampung mencatat capaian yang membanggakan, di antaranya untuk kopi robusta berada di peringkat kedua nasional, lada menyumbang 24,57 persen produksi nasional dan juga berada di peringkat kedua nasional," ucap dia.
Kemudian kakao dan karet masing-masing berada di peringkat lima dan sembilan nasional, tebu menduduki peringkat kedua nasional, dan kelapa sawit juga menjadi komoditas strategis.
Menurut dia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Triwulan IV 2024, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 26,21 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Sementara itu, subsektor perkebunan menyumbang 6,85 persen pada Triwulan II 2025, dengan total kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan naik menjadi 28,51 persen.
“Ini menunjukkan bahwa perkebunan masih menjadi salah satu tulang punggung pembangunan daerah, tidak hanya dalam mendukung PDRB, tetapi juga dalam penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, peningkatan pendapatan masyarakat, serta penguatan ketahanan pangan dan ekspor nasional,” ujar dia.
Lalu untuk Nilai Tukar Petani (NTP). Pada September 2025 di Provinsi Lampung tercatat sebesar 127,62, naik 1,76 persen dari bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut ditopang oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat yang memberikan NTP tertinggi sebesar 165,25.
"Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan petani meningkat lebih besar dibanding pengeluarannya, memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan petani. Oleh karena itu mari terus berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi pembangunan perkebunan di Provinsi Lampung, demi mewujudkan visi Gubernur Lampung yaitu Bersama Lampung Maju Menuju Indonesia Emas,” tambahnya.
