Bandarlampung (ANTARA) - Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Lampung Purwadhi Adhiputranto mengatakan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) di Provinsi Lampung mencapai 153,39 gigawatt (GW) untuk dapat mendukung ketahanan energi daerah.
Ia mengatakan potensi energi baru terbarukan Lampung tersebut terdiri dari energi panas bumi sebanyak 1,76 GW, energi air sebesar 0,06 GW, energi tenaga surya mencapai 121,48 GW, dan energi angin 3,51 GW.
"Kemudian potensi energi baru terbarukan yang berasal dari arus laut sebesar 26,53 GW, biomassa atau biofuel sebesar 0,04 GW, dan biogas sebesar 0,01 GW," ujar Purwadhi Adhiputranto di Bandarlampung, Kamis.
Ia mengatakan terdapat sejumlah proyek energi baru terbarukan yang telah beroperasi di Lampung meliputi PLTM Besai Kemu di Kabupaten Waykanan sejak 2024 dengan kapasitas daya yang dihasilkan dari dua unit generator masing-masing menghasilkan 3,5 MW.
"Lalu PLTS Itera Kabupaten Lampung Selatan sebagai yang terbesar di kampus daerah dengan kapasitas daya yang dihasilkan kurang lebih 1 megawatt peak (MWp)," katanya lagi.
Selanjutnya telah beroperasi juga PLTS Atap PT Visi Prima Artha di Kota Bandarlampung dengan kapasitas daya yang dihasilkan 544,18 kilowatt puncak (kWp), PLTM Sumber Jaya untuk kurang lebih 450 rumah tangga dimulai pada Juli 2025, dan Jargas Metro serta Lampung Timur untuk 3.500 rumah tangga.
"Sedangkan proyek energi baru terbarukan yang dalam pengembangan ada di PLTP Gunung Tiga Kabupaten Tanggamus dengan kapasitas daya 55 MW masih dalam tahap eksplorasi, PLTP Ulubelu Binary Unit kapasitas daya 30 MW dalam konsorsium PLN Indonesia Power dan Pertamina Geothermal Energy," ujarnya.
Kemudian, ada pula PLTM Melesom 2 Kabupaten Lampung Barat dengan kapasitas daya dari dua generator masing-masing sebesar 1,15 MW masih dalam tahap perencanaan, dan PLTS Way Jepara masih dalam tahap perencanaan dengan target groundbreaking di akhir 2025.
"Ada sejumlah tantangan dalam pembangunan proyek energi baru terbarukan di Lampung seperti membutuhkan modal besar, berisiko tinggi dan jangka panjang sehingga kurang menarik bagi investor, lalu adanya subsidi energi fosil mempengaruhi harga karena lebih murah sehingga investasi energi baru terbarukan kurang kompetitif," katanya lagi.
Tantangan lainnya adalah adanya tarif power purchase agreement (PPA) bagi produsen energi baru terbarukan untuk masuk ke PLN on grid yang masih tergolong rendah, sehingga investasi ini menjadi kurang menarik bagi investor.
Namun, meski terdapat tantangan, ia menilai potensi energi baru terbarukan Lampung dapat menjadi alternatif, mengingat selama ini kebutuhan pasokan listrik masih didukung dari Sumatera Selatan.
"Beban puncak listrik di Lampung mencapai 1.200 megawatt (MW), namun daya mampu pembangkit yang ada di Lampung hanya 700 megawatt. Sehingga masih membutuhkan transfer daya sekitar 500 megawatt dari Sumatera Selatan. Dan potensi energi baru terbarukan Lampung dapat menjadi alternatif karena potensi cukup besar," ujarnya.
Baca juga: Menteri ESDM targetkan tambah pembangkit listrik 69,5 GW di RUPTL 2025-2034
Baca juga: PLN butuh investasi 700 miliar dolar AS guna capai emisi nol bersih 2060
Baca juga: PLN catat pembangkit EBT bertambah 1,6 GW sejak 2021
