Bandarlampung (ANTARA) - Pekon Way Haru merupakan desa terluar, terdepan, dan tertinggal (T3), mengingat wilayahnya terletak di antara hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Samudra Hindia, merupakan desa yang masih terisolir di antara desa-desa lainnya yang ada di Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Akses jalan yang buruk dan biaya transportasi yang cukup mahal, juga salah satu penyebab pembangunan dan roda perekonomian di desa tersebut tak berjalan dengan baik.
Selain itu, fasilitas umum lainnya mulai dari layanan kesehatan, listrik, serta fasilitas umum dan fasilitas sosial lainnya yang masih minim, membuat desa tersebut sulit berkembang dibandingkan desa lainnya.
Akses jalan yang buruk tersebut hanya dapat dilintasi oleh kendaraan roda dua atau gerobak, sementara kendaraan roda empat tak dapat masuk ke desa tersebut.
Transportasi sebagian besar masyarakat di Way Haru menggunakan sepeda motor atau ojek dan perahu serta tak sedikit diantara mereka terpaksa berjalan kaki.
Perlu waktu sekitar tujuh jam perjalanan dengan berjalan kaki untuk menuju Desa Way Haru dari Kecamatan Bengkunat, dengan akses jalan terjal, berlubang dan berlumpur. Sedangkan bila menggunakan sepeda motor (ojek) membutuhkan waktu sekitar tiga jam.
Pekon (Desa) Sumber Rejo, Kecamatan Bengkunat, Lampung Barat merupakan salah satu desa terdekat menuju Desa Way Haru, Pesisir Barat. Masyarakat setempat biasanya menggunakan transportasi sepeda motor atau ojek untuk menuju desa tersebut.
Sementara kebutuhan pokok sehari-hari warga Desa Way Haru termasuk cukup mahal, mengingat pasokan sejumlah komoditas bahan pokok agak tersendat, karena akses jalan yang buruk dan biaya transportasi yang cukup tinggi.
Salah satunya harga bahan bakar (BBM) minyak jenis pertalite. Harga pertalite di daerah 3T Desa Way Haru, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung itu mencapai Rp17.000 per liter.
"Kalau untuk harga BBM di desa ini cukup mahal, dimana harga per liter khususnya pertalite itu mencapai Rp17 ribu per liter," kata Aparat Desa Way Haru Surohman, saat dihubungi dari Bandarlampung, Selasa (17/10).
Ia mengatakan bahwa yang membuat harga bahan pokok dan BBM di wilayah itu mahal adalah akses jalan serta ongkos transportasi yang tinggi.
"Meskipun ada SPBU juga, kalau kondisi jalan kayak gitu (jelek) tetap harga barangnya mahal Mas, karena yang bikin mahal itu adalah ongkosnya," katanya lagi.
Dia beserta masyarakat yang ada di wilayah Desa Way Haru mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah pusat atau pihak Pertamina agar program BBM satu harga untuk wilayah 3T masuk di Desa Way Haru.
"Iya Mas, memang pihak Pertamina harus hadir terkait masalah tingginya harga BBM di Pekon Way Haru," ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan warga Way Haru lainnya, Sutrisno (35) bahwa harga kebutuhan pokok termasuk BBM di desa ini cukup mahal.
“Saat ini kebutuhan pokok cukup mahal, ditambah hasil panen tanaman pertanian dan perkebunan anjlok akibat musim kemarau panjang,” ujarnya pula.
Sutrisno mengatakan bahwa selain hasil panen anjlok akibat musim kemarau panjang, suplai barang kebutuhan pokok juga tersendat akibat kurang lancarnya pasokan akibat makin buruknya akses jalan.
Ia mencontohkan harga BBM jenis pertalite dijual Rp17.000 per liter, sedangkan harga resminya hanya mencapai Rp10.000 per liter.
Sutrsino yang sehari-hari menggantungkan hidup dari bertani itu mengaku memiliki satu unit sepeda motor yang digunakan untuk ke kebun dan mengantar serta menjemput anak sekolah.
“Hidup sekarang susah, panen anjlok ditambah harga bahan pokok mahal, termasuk BBM,” katanya pula.
Mahalnya harga kebutuhan pokok termasuk BBM itu, menurut dia, karena biaya transportasi atau ojek dari desa terdekat menuju Way Haru mencapai sekitar Rp300 ribu, belum termasuk ongkos membawa barang bawaan yang dihitung per kilogram.
Sutrisno mengatakan bila kondisi cuaca cerah waktu tempuh menuju desa tersebut sekitar tiga jam, dan saat kondisi cuaca hujan dapat dicapai lebih dari lima jam. Bahkan mereka terpaksa menginap untuk menghindari sapuan ombak Samudra Hindia bila melewati jalur pesisir pantai untuk menghindari melewati jalan di dalam hutan TNBBS.
Ia pun berharap ada kebijakan pemerintah terkait program BBM Satu Harga, agar masyarakat di Desa Way Haru yang berpenduduk sekitar 9.000 orang atau 1.500 kepala keluarga itu, dapat merasakan keadilan seperti wilayah lain di Lampung.
BBM Satu Harga di wilayah 3T
PT Pertamina (Persero) mencatat hingga September 2023, program BBM Satu Harga meluas hingga di 472 lokasi.
"Pertamina akan terus mendukung upaya pemerintah untuk menyalurkan BBM bagi masyarakat di daerah 3T agar dapat membeli BBM, khususnya BBM bersubsidi dengan harga yang sama dengan wilayah lainnya yang telah tersedia SPBU," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (2/10).
Pertamina menargetkan hingga akhir 2024, program tersebut diharapkan dapat mencapai 573 lokasi.
Selain menyalurkan BBM jenis bahan bakar minyak tertentu (JBT) dan jenis bahan bakar minyak khusus penugasan (JBKP), ia mengatakan lembaga penyalur juga dapat menjual produk BBM berkualitas lainnya, seperti pertamax, Dex Series, dan elpiji non-subsidi seperti Bright Gas dan elpiji 12 kg.
Saat ini, kata dia lagi, Pertamina melalui Subholding Commercial & Trading mengembangkan program BBM Satu Harga dengan dua cara, yakni percepatan pembangunan BBM Satu Harga melalui bantuan perangkat percepatan dan meningkatkan keandalan sarana dan fasilitas SPBU, dalam bentuk SPBU mini dan Pertamina Shop (Pertashop).
"Sebagai BUMN, Pertamina menjalankan amanah undang-undang menyediakan energi di seluruh pelosok negeri berdasarkan prinsip availability (ketersediaan), accesibility (terbukanya akses), affordibility (kemampuan), acceptability (penerimaan pasar), dan sustainability (kesinambungan)," kata Fadjar.
Sebelumnya, sejak 2017, Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah membangun lembaga penyalur BBM di wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) dengan memberlakukan harga BBM yang sama di seluruh wilayah Indonesia.
Melalui kebijakan yang dikenal dengan program BBM Satu Harga, pemerintah melalui Kementerian BUMN mendorong perwujudan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia terutama dalam aspek ketersediaan energi.
Pada roadmap awal, program BBM Satu Harga yang berlangsung pada periode 2017-2019 menargetkan 150 fasilitas penyalur. Namun, besarnya manfaat yang dinikmati masyarakat di wilayah 3T, mendorong pemerintah bersama Pertamina sebagai BUMN berkomitmen memperluas program tersebut hingga 2024.
Sementara BBM Satu Harga di Lampung terdapat di Pekon Gunung Ratu, Kecamatan Bandar Negeri Suoh di Kabupaten Lampung Barat, yakni SPBU Kompak 26.348.05 dan SPBU 26.348.13 Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat.
Kebijakan pemerintah terkait program BBM Satu Harga sejatinya adalah memberikan rasa keadilan bagi masyarakat Indonesia, tak terkecuali mereka yang tinggal di wilayah 3T, seperti Desa Way Haru, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Baca juga: Pertamina resmikan BBM satu harga di Kecamatan Ulu Manna Bengkulu Selatan
Baca juga: Pertamina catat program BBM satu harga hingga 472 lokasi