Jakarta (ANTARA) - Carlos Alcaraz percaya kemenangan Wimbledon "impiannya" melawan Novak Djokovic dapat menandakan pergantian jajaran petenis putra dunia dari dominasi "Big Three."
Alcaraz mengakhiri perjalanan Djokovic dari empat gelar Wimbledon berturut-turut dengan kemenangan epik 1-6, 7-6 (8/6), 6-1, 3-6, 6-4 di final, Minggu waktu setempat.
Petenis berusia 20 tahun itu mengalahkan Djokovic dalam drama empat jam dan 42 menit tanpa henti di Centre Court, merebut trofi Wimbledon pertamanya dan gelar major kedua dalam kariernya.
Setelah dua dekade Djokovic, Roger Federer dan Rafael Nadal mendominasi olahraga tenis, Alcaraz mengatakan kemenangannya bisa menjadi awal dari era baru.
"Ini adalah mimpi. Saya berusia 20 tahun. Saya tidak mengalami banyak momen seperti ini. Membuat sejarah seperti yang saya lakukan hari ini, ini adalah momen paling membahagiakan dalam hidup saya," kata Alcaraz, seperti disiarkan AFP, Senin.
"Mengalahkan Novak dalam performa terbaiknya di panggung ini, membuat sejarah, menjadi orang yang mengalahkannya setelah 10 tahun tak terkalahkan di lapangan ini luar biasa bagi saya."
"Sangat bagus untuk generasi baru melihat saya mengalahkannya dan membuat mereka berpikir mereka mampu melakukannya juga. Ini bagus untuk saya, dan para pemain muda juga," ujar Alcaraz.
Ketika Djokovic memenangi gelar major pertamanya di Australian Open pada 2008, Alcaraz bahkan masih belum genap berusia lima tahun.
Namun, dengan Federer pensiun dan Nadal mendekati akhir kariernya yang gemerlap, Alcaraz muncul sebagai penantang terbesar Djokovic.
Alcaraz, yang memenangi gelar Grand Slam perdananya di US Open tahun lalu, menggantikan petenis Serbia itu di peringkat teratas dunia dan kemenangannya di Wimbledon dapat mempercepat munculnya generasi baru untuk menggantikan "Big Three."
"Mengalahkan Novak, memenangi Wimbledon adalah sesuatu yang saya impikan sejak saya mulai bermain tenis," kata Alcaraz.
Djokovic mengincar gelar Wimbledon kedelapan yang menyamai rekor Federer, dan juga berharap dapat menyamai rekor sepanjang masa Margaret Court dengan 24 gelar Grand Slam.
Sebaliknya, petenis berusia 36 tahun itu terpaksa meninggalkan Wimbledon tanpa sejarah baru setelah dikalahkan Alcaraz yang tak kenal lelah.
Alcaraz mengatakan kemenangannya di All England Club dapat memberikan motivasi untuk lebih sukses ketika mereka bertemu lagi.
"Mungkin sebelum hari ini saya tidak berpikir saya siap untuk mengalahkan Djokovic dalam lima set dalam pertandingan epik seperti ini, untuk tetap bagus secara fisik dan mental melawan legenda seperti Djokovic," ujar Alcaraz.
"Saya akan mengingat momen ini di Grand Slam lainnya dan berpikir saya siap bermain lima set melawan dia. Itu mungkin sedikit mengubah pikiran saya."
Sebelumnya, pertemuan Alcaraz dengan Djokovic berakhir kekalahan di semifinal French Open pada Juni, ketika petenis Spanyol itu terjatuh setelah mengalami kram karena stres.
Belajar dari kekalahan yang menyakitkan itu, dia menahan rasa gugupnya dengan luar biasa kali ini.
"Saya pemain yang sangat berbeda sejak French Open. Saya banyak berkembang. Saya mengambil pelajaran dari pertandingan itu. Saya menyiapkan mental sedikit berbeda," kata Alcaraz.
"Saya menangani rasa gugup dengan lebih baik daripada yang saya lakukan di French Open. Saya berjuang sampai bola terakhir. Itu adalah pertandingan yang panjang. Bagian mental memungkinkan saya bertahan di sana selama lima set."
"Jika saya kalah di set kedua mungkin saya tidak bisa mendapatkan trofi, saya mungkin akan kalah dalam straight set. Itu memberi saya banyak motivasi."
Rasa frustasi Djokovic terhadap lawannya Alcaraz memuncak ketika ia membenturkan raketnya ke tiang net setelah servisnya dipatahkan pada set terakhir.
Namun, petenis Serbia itu tidak mengeluh tentang kekalahan tersebut dan bahkan menyebut Alcaraz sebagai kombinasi dari dirinya, Federer dan Nadal.
Saat ditanya tentang komentar Djokovic yang penuh pujian itu, Alcaraz sama sekali tidak menyangka.
"Gila, Novak mengatakan itu. Tapi saya menganggap diri saya pemain yang sangat lengkap," ujar Alcaraz.
"Saya memiliki pukulan, kekuatan fisik, kekuatan mental."
"Mungkin dia benar. Tapi saya tidak ingin memikirkannya. Sebut saja saya adalah Carlos Alcaraz sepenuhnya."