Konsumsi tablet tambah darah penting bagi remaja putri

id Tablet tambah darah remaja putri, cegah stunting, cegah anemia, kesehatan lampung

Konsumsi tablet tambah darah penting bagi remaja putri

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Reihana saat memberi keterangan. (ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi)

Bandarlampung (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung mengatakan bahwa konsumsi tablet tambah darah (TTD) penting bagi remaja putri untuk mencegah anemia.

"Sekarang remaja putri harus mengkonsumsi tablet penambah darah yang kaya akan zat besi secara rutin," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Reihana, di Bandarlampung, Jumat.

Ia mengatakan konsumsi tablet tambah darah oleh remaja putri itu menjadi perhatian pemerintah guna mencegah anemia pada remaja putri.

"Ini jadi perhatian juga sebab remaja putri mudah terkena anemia terutama saat menstruasi. Ini bisa mengganggu kesehatan remaja putri, terutama di usia dini mereka sedang fokus belajar dan beraktivitas," katanya.

Dia melanjutkan kekurangan darah atau anemia yang sering dialami remaja putri memiliki beberapa ciri seperti tubuh mudah lemas hingga pingsan.

"Tablet tambah darah ini bisa dikonsumsi satu kali setiap pekan. Ini juga jadi salah satu intervensi spesifik dalam rangka mencegah stunting pada anak," katanya.

Menurut dia, pencegahan stunting melalui pemberian tablet penambah darah menjadi upaya pencegahan stunting sejak dini dan akan mempermudah intervensi dibandingkan penanganan setelah kelahiran bayi.

"Sejak remaja sudah dilakukan intervensi sejak dini, jadi saat para remaja putri ini dewasa dan memasuki masa kehamilan risiko terjadinya stunting dapat berkurang," ucapnya.

Selanjutnya remaja putri pun diharapkan untuk rutin memeriksa kadar hemoglobin, mengkonsumsi makanan sehat, dan aktif beraktivitas.

"Langkah intervensi pencegahan stunting dan menjaga kesehatan remaja putri ini harus dilakukan bersamaan dengan penerapan pola hidup sehat oleh para generasi muda," kata dia lagi.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan dalam Riskesdas 2018 angka kejadian anemia di Indonesia masih cukup tinggi. Dengan prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 persen dari populasi atau dapat dikatakan bahwa 3-4 dari 10 orang remaja menderita anemia.*