Jakarta (ANTARA) - Sekjen Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PP IBI) Ade Jubaedah mengatakan praktik sunat perempuan atau Pelukaan dan Pemotongan Genitalia Perempuan (P2GP) dapat menimbulkan dampak buruk bagi perempuan, baik jangka pendek maupun panjang.
"Dampak ini sangatlah luar biasa sehingga akhirnya menimbulkan dampak jangka pendek, apakah itu perdarahan, kemudian dampak jangka panjangnya, infeksi, bahkan yang lebih miris lagi ketika dilakukan dengan praktik-praktik yang sangat membahayakan, itu bisa terjadi disfungsi dari seksual perempuan, karena adanya infeksi yang kronis akibat dilakukannya dengan tidak hygiene, tidak memperhatikan sterilisasi dari alat-alat," kata dia dalam webinar "Pencegahan Pelukaan dan Pemotongan Genitalia Perempuan (P2GP): Praktik Baik Pencegahan P2GP" yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.Ia menambahkan praktik P2GP tidak terbukti memberikan manfaat, baik dari perspektif kesehatan maupun agama.
Baca juga: KPPPA menyusun rencana aksi untuk mencegah sunat perempuan
Ia menegaskan bidan harus bertindak sesuai dengan filosofi, standar etik dan kode etik bidan yang menjunjung tinggi prinsip untuk tidak melakukan tindakan yang membahayakan atau melukai perempuan.
"Kami dari bidan Indonesia bahwa sesuai dengan filosofi, sesuai dengan standar etik dan kode etik, bahwa di mana ketika bidan melakukan pelayanan terhadap masyarakat, khususnya kepada perempuan, bidan harus menjunjung tinggi nilai-nilai etik dan kode etik dan juga di dalam falsafah filosofi bidan untuk menghindari praktik yang membahayakan, yang melukai," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, praktik P2GP bertentangan dengan filosofi dan standar etik dari asuhan pelayanan kebidanan.
Pihaknya mengajak para bidan berkomitmen untuk selalu menghindari praktik-praktik berbahaya yang tidak sesuai dengan standar praktik kebidanan.
Baca juga: KPPPA ajak para ulama bangun komitmen cegah sunat perempuan
"Mari sama-sama kita melakukan komitmen bersama untuk menghindari praktik-praktik berbahaya karena itu tidak sesuai dengan filosofi dan juga tidak sesuai dengan standar praktik kebidanan," katanya.
Ade juga meminta semua pihak untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya praktik P2GP.
"Kita menyatukan langkah, meluruskan niat kita, memfokuskan kegiatan ini di tempat-tempat yang masih melakukan praktik-praktik berbahaya ini dan yang terpenting adalah strategi advokasi, komunikasi dan juga strategi sosialisasi yang masif kepada masyarakat untuk terus kita melakukan sosialisasi-sosialisasi terkait bahaya praktik sunat perempuan," katanya.