Jenewa (ANTARA) - Vaksin virus corona masih berada di luar jangkauan negara-negara termiskin, kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus saat menandai satu tahun sejak program berbagi vaksin global COVAX diluncurkan.
"Hampir 900 juta dosis vaksin telah diberikan secara global, tetapi lebih dari 81 persen telah diberikan ke negara-negara berpenghasilan tinggi atau menengah ke atas, sementara negara-negara berpenghasilan rendah hanya menerima 0,3 persen," kata Tedros.
Tedros telah berulang kali mengecam ketidakadilan dalam distribusi vaksin dan mendesak negara-negara kaya untuk berbagi kelebihan dosis mereka guna membantu menginokulasi petugas kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah. Lebih dari 3 juta orang telah meninggal dunia akibat pandemi COVID-19.
COVAX, yang sejauh ini telah mengirimkan 40,5 juta dosis vaksin ke 118 negara, bertujuan untuk mendapatkan 2 miliar dosis pada akhir 2021.
Pada Kamis (22/4), COVAX, yang dikelola bersama oleh WHO dan Aliansi Vaksin GAVI, mengatakan berusaha untuk meningkatkan pasokan vaksin untuk negara-negara miskin dari produsen baru karena bertujuan untuk mengurangi masalah pasokan vaksin AstraZeneca dari India.
"Negara berpenghasilan rendah menguji kurang dari 5 persen sebanyak negara berpenghasilan tinggi, dan mayoritas negara masih kesulitan mengakses oksigen dan deksametason yang cukup," kata Tedros, merujuk pada steroid murah yang ditemukan untuk membantu pasien yang menderita COVID-19 parah, satu-satunya pengobatan yang disetujui WHO untuk penyakit tersebut.
India melaporkan penghitungan harian tertinggi kasus virus corona di dunia untuk hari kedua pada Jumat, melampaui 330.000 kasus baru, saat negara itu berjuang dengan sistem kesehatan yang kewalahan akibat banyaknya pasien.
Sumber: Reuters