Distankan Rejang Lebong minta perajin gula aren tidak gunakan deterjen

id gula aren ,deterjen,tangkis

Distankan Rejang Lebong minta perajin gula aren tidak gunakan deterjen

Tanaman aren milik petani di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.(Foto ANTARA/Nur Muhamad)

Solusinya ialah beralih menggunakan tangkis, yang dibuat dari bahan alami campuran antara kapur dengan kayu nangka dan kulit buah manggis sehingga produk gula yang dihasilkan aman bagi kesehatan, katanya
Rejang Lebong (ANTARA) - Para perajin gula aren di Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, diminta tidak menggunakan bahan deterjen sebagai campuran mengawetkan air nira sebelum dilakukan pengolahan karena membahayakan kesehatan yang mengonsumsinya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Rejang Lebong, Suherman di Curup, ibu kota Rejang Lebong, Sabtu, mengatakan adanya temuan penggunaan deterjen dalam pengolahan air nira menjadi gula merah batok di wilayah itu telah mencoreng nama baik perajin gula aren lainnya.

"Isu krusial dalam pengembangan usaha aren di Rejang Lebong saat ini ialah berupa penggunaan deterjen dalam pengolahan air nira menjadi gula batok, mereka mengklaim ini hanya diberikan sedikit saja seperti bumbu penyedap yang tujuannya agar tidak terjadi fermentasi," kata dia.

Pemakaian deterjen oleh perajin gula aren, tambahnya, memang ada namun tidak semua menggunakannya.  Penggunaan deterjen dalam pengolahan air nira menjadi gula aren dinilainya membahayakan kesehatan bagi orang yang mengonsumsinya.

Baca juga: Aceh kembangkan gula aren dari kelapa sawit

Penggunaan sedikit deterjen tersebut, menurut dia, dimaksudkan, agar air nira yang disadap dari pohon aren tidak cepat asam sehingga nantinya bisa diolah menjadi gula batok.

Suherman menyatakan, permasalahan penggunaan deterjen mulai terpecahkan dengan adanya penemuan produk pengawet air nira yang berbahan alami dan sudah mulai dikemas serta dijual bebas yang diberi nama "tangkis".

"Solusinya ialah beralih menggunakan tangkis, yang dibuat dari bahan alami campuran antara kapur dengan kayu nangka dan kulit buah manggis sehingga produk gula yang dihasilkan aman bagi kesehatan," katanya.

Untuk membantu perajin aren beralih menggunakan tangkis, pihaknya akan terus menyosialisasikannya ke lapangan termasuk upaya mengajak pelaku usaha pertanian menyiapkannya di toko-toko mereka sehingga perajin mudah mendapatkannya.

Baca juga: Bupati Lampung Barat ingin wujudkan sekolah kopi

Sementara itu, Andre (44), perajin gula aren di Kecamatan Selupu Rejang mengaku dirinya tidak pernah menggunakan deterjen guna mengawet air nira yang akan diolahnya, dan memilih menghangatkan air nira yang disadap dari setiap pohonnya di atas bara api.

"Setiap air nira yang baru disadap dari pohon aren saya kumpulkan dalam kuali dan dipanaskan dengan api kecil sehingga air niranya tidak menjadi asam, setelah terkumpul banyak baru dimasak jadi gula. Memang agak repot tetapi gulanya akan aman kalau dikonsumsi," ujarnya.

Data BPS Kabupaten Rejang Lebong menyebutkan jumlah produksi gula aren yang dihasilkan petani di wilayah itu sepanjang 2020  mencapai 5.441,68 ton, dengan luasan perkebunan tanaman aren mencapai 2.280 hektare.