Cadangan devisa Indonesia bertambah menjadi 125 miliar dolar AS

id cadangan devisa, utang pemerintah, surat utara negara, global bond,Bi

Cadangan devisa Indonesia bertambah menjadi 125 miliar dolar AS

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah

Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan cadangan devisa akan bertambah menjadi 125 miliar dolar AS karena pemerintah menerbitkan surat utang global sebesar 4,3 miliar dolar AS.

“Cadangan devisa meningkat, akhir bulan lalu mencapai 121 miliar dolar AS dan insya Allah minggu depan akan mendekati 125 miliar dolar AS,” katanya dalam jumpa pers daring di Jakarta, Kamis.

Dengan jumlah cadangan devisa sebesar itu, Perry mengatakan sudah cukup digunakan di antaranya untuk membayar impor, utang pemerintah, dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Menurut dia, saat ini pemerintah sedang melakukan proses administrasi dan penyelesaian untuk surat utang global tersebut.

Pemerintah mengumumkan penerbitan surat utang global sebanyak tiga seri dengan total mencapai 4,3 miliar dolar AS bertenor masing-masing 10, 30 dan 50 tahun.

Penerbitan surat utang itu nantinya akan digunakan salah satunya untuk belanja penanganan COVID-19.

Sebelumnya, dalam rapat kerja secara virtual dengan Komisi XI DPR RI pada Rabu (8/4/2020), Gubernur BI mengatakan pelaku pasar sudah mengetahui rencana pemerintah menerbitkan surat utang sebelum adanya wabah virus corona jenis baru.

Dengan adanya aliran modal asing itu akan menambah cadangan devisa yang sebelumnya sempat turun 9,4 miliar dolar AS dari 130,4 miliar dolar AS pada akhir Februari 2020 menjadi 121 miliar dolar AS pada Maret 2020.

Penurunan itu karena digunakan untuk pembayaran utang pemerintah yang jatuh tempo pada Maret 2020 sebesar 2 miliar dolar AS dan sebesar 7 miliar dolar AS digunakan untuk memasok valas di pasar keuangan.

BI, lanjut dia, memasok valas karena saat itu, para investor global mengalami kepanikan dengan melepas saham dan obligasi dalam waktu yang bersamaan dan itu terjadi di seluruh dunia karena dampak COVID-19.