Pemprov DKI semestinya "lockdown" Jakarta antisipasi penyebaran COVID-19

id Ahmad Sahroni,Covid-19

Pemprov DKI semestinya "lockdown" Jakarta antisipasi penyebaran COVID-19

Politisi Partai NasDem, Ahmad Sahroni. (ANTARA/HO-Dok Pribadi)

Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi III DPR RI Fraksi Partai NasDem Ahmad Sahroni meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melakukan langkah isolasi atau lockdown untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran COVID-19.

"Saya mendorong Pemprov DKI Jakarta untuk segera melakukan lockdown atau isolasi satu Jakarta. Dengan penyebaran yang sudah sampai di seluruh wilayah Jakarta ini,  lockdown menjadi satu-satunya jalan bagi kita untuk memperlambat laju penularan," kata Sahroni dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.



Sahroni mengatakan langkah lockdown itu perlu dilakukan secepat mungkin untuk menghindari makin banyaknya pasien yang positif COVID-19.

Hal itu menurut dia juga berdasarkan dari pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyebut bahwa sebagian besar pasien positif COVID-19 berada di Jakarta.

"Pak Anies sendiri juga menyebut bahwa terbanyak kasus Corona ada di Jakarta. Jadi tunggu apa lagi? Penyebaran virus ini tidak boleh dianggap remeh, harus segera dilakukan lockdown," ujarnya.

Dia mencontohkan beberapa negara yang mengambil kebijakan untuk lockdown beberapa daerahnya untuk memperlambat laju penyebaran Corona.



Menurut anggota DPR asal Tanjung Priok Jakarta Utara itu, China langsung lockdown Wuhan ketika angka positifnya masih di angka 400 orang, kini angka penyebaran Corona di China sudah menurun sampai satu persen.

"Di sisi lain ada juga Italia yang baru lockdown setelah angka positif COVID-19 sudah mencapai ribuan dan penyebaran virus makin susah dikendalikan. Mumpung angka kasus positif kita masih puluhan, lockdown harus segera dilakukan," katanya.

Sahroni mengingatkan bahwa menunda lockdown berarti membiarkan penyebaran virus berjalan makin tidak terkendali dan itu tentunya akan semakin menyulitkan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.

Dia menilai kalau pasien positif COVID-19 di Jakarta maupun di Indonesia dibiarkan makin banyak, sistem kesehatan kita yang akan kewalahan.

"Rumah sakit akan overcapacity, tenaga kesehatan kita akan kerja 24 jam, angka pasien yang bisa diselamatkan juga makin rendah, cost-nya makin tinggi, jadi kalau kata saya; better safe than sorry," ujarnya.