Dari Singapura kami melepas Bu Ani

id ani yudhoyono wafat,bu ani dirawat di singapura, nuh,pengobatan bu ani,kanker darah,kanker darah bu ani,pengobatan ani y

Dari Singapura kami melepas Bu Ani

Dua putra SBY, Agus dan Ibas, mengusung keranda jenazah ibunda tercinta, Ani Yudhoyono, setibanya di kompleks KBRI Singapura, Sabtu (1/6). (ANTARA/Yunianti Jannatun Naim)

Batam (ANTARA) -
Besan SBY, Hatta Rajasa, dan Hinca Panjaitan memberikan keterangan pers mengenai kabar meninggalnya Ani Yudhoyono di National University Hospital Singapura, Sabtu (1/6). (ANTARA/Yunianti Jannatun Naim)


Lobi Kent Ridge Wing National University Hospital Singapura, Jumat (31/5), terasa sangat lengang dibandingkan dengan empat  bulan sebelumnya.

Biasanya, mulai dari lobi luar hingga dalam, ramai oleh warga negara Indonesia. Tapi Jumat malam itu, hanya ada beberapa orang pasien di sana.

Dua kondisi yang masih sama, yaitu kendaraan MPV premium terparkir di ujung bangunan dan senyum ramah petugas Singapura berdarah Melayu yang mengatur lalu lalang kendaraan di sana.

Namun, kelengangan itu tiba-tiba buyar, saat Kang Yayat, orang dekat Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono berlari ke arah mobil mewah yang terparkir.

Ia langsung bergegas mengode sopir yang memang sudah siaga sejak tadi. Tangannya menunjuk ke arah gedung di seberangnya.

"Kang Yayat, ada apa?" sapa ANTARA. Tapi tak diindahkan oleh Kang Yayat. Sesuatu yang tidak biasa, karena Kang Yayat adalah sosok yang ramah pada semua orang.

Sejenak kemudian, Kang Yayat berlari lagi masuk ke gedung di seberang, dan menghilang dari pandangan.

Februari 2019, Lobi Kent Ridge Wing dipenuhi warga negara Indonesia, sebagian adalah staf SBY, sebagian lain pengunjung yang ingin menjenguk Ibu Negara RI 2004-2014, Ani Yudhoyono.

Sebelum memasuki lobi dalam, sejumlah WNI duduk-duduk di kursi selasar sambil mengobrol, kadang diselingi tawa. Tidak ada wajah sedih.

Lalu di ujung, depan pintu masuk, dekat dengan taman, petugas keamanan SBY nampak duduk dengan santai.

Memasuki lobi dalam, di sebelah kiri, sejumlah WNI tengah merekam video dengan latar tulisan NUH. Ada juga yang berswafoto.

Mereka adalah penjenguk yang tidak dapat menemui keluarga SBY di ruang perawatan Bu Ani. Video itu sengaja direkam oleh staf, untuk kemudian diperlihatkan kepada Bu Ani, di sela-sela masa perawatan.

Kang Yayat pernah bilang bahwa Bu Ani senang melihat video-video itu. Ucapan dan doa yang disampaikan masyarakat menjadi penyemangat tersendiri baginya.

Beranjak dari tempat itu, hanya maju beberapa langkah, terdapat dua kursi panjang saling berhadapan. Beberapa orang staf SBY, termasuk Kang Yayat, biasa duduk di sana.

Di sudut itu juga, penjenguk mengisi buku tamu. Kang Yayat yang bertugas mencatat. Di sana akan ditentukan, penjenguk mana yang akan diterima SBY dan yang mana mengirim ucapan salam melalui video.

Terdapat pula sejumlah karangan bunga, buah, dan buah tangan lain yang dititipkan penjenguk untuk keluarga SBY diletakkan di sudut kursi.

Berbelok ke sebelah kanan, terdapat tiga hingga empat deret kursi panjang. Sejumlah pejabat dari Indonesia menunggu giliran untuk memasuki ruang perawatan di lantai atas.

Suasananya ramai. Tidak seperti rumah sakit pada umumnya. Pengunjung saling mengobrol satu sama lain, tidak ada wajah duka.

                                                                         Curiga
Wajah cemas Kang Yayat membuat sejumlah wartawan yang menunggu di sekitar Kent Ridge Wing curiga. Apalagi, sebelumnya, kami juga menjumpai Kang Yayat tengah berlari menuju ruang ICU.

"Kang Yayat, kenapa?" tanya ANTARA lagi setelah berhasil mendekati sekitar ruang ICU, yang lokasinya relatif jauh dari Kent Ridge Wing, harus turun menggunakan lit dari level 3 ke level 1.

Kang Yayat yang baru ke luar dari ruang ICU tersenyum.

"Enggak kenapa-kenapa. Disuruh ambil kasur," kata Kang Yayat yang sudah empat bulan berada di Singapura menemani SBY.

Malam itu, banyak kabar buruk yang beredar. Sejumlah pejabat negara berdatangan, di antaranya Ma'ruf Amin yang diterima langsung SBY.

Itu adalah hal yang di luar kebiasaan. Pada masa perawatan di Kent Ridge Wing, tamu hanya diterima mulai sekitar pukul 14.00 hingga sore waktu setempat. Rasanya, tidak pernah ada penjenguk yang diterima malam-malam, apalagi lewat dari pukul 21.00 waktu Singapura.

Akhirnya, kecurigaan dan kecemasan malam itu dihapus wajah teduh besan SBY, Hatta Rajasa yang berjalan menuju kendaraan untuk pulang ke apartemen bersama putranya.

"Saya mengajak kita semua mendoakan Bu Ani. Dengan doa yang tulus, sungguh-sungguh, semoga Allah akan mengijabah," kata Hatta Rajasa saat dicegat dengan sejumlah pertanyaan wartawan.

Pernyataan itu sekaligus menepis rumor beredar, bahwa Ibu Ani telah berpulang.

Keadaan kembali tenang.

Esoknya, sekitar pukul 09.00 waktu setempat, suasana di sekitar Lobi A dekat dengan ICU lengang. Betul-betul sepi.

Kondisi itu seolah-olah menyiratkan bahwa semuanya baik-baik saja. Bu Ani masih dalam perawatan intensif seperti biasa.

Sekitar dua jam kemudian, kerabat SBY, Andi Mallarangeng dan Renanda Bachir, datang untuk memberikan keterangan kepada media terkait dengan kondisi terkini dari Bu Ani.

Dalam kesempatan itu, Andi mengakui kondisi kesehatan Ibu Ani terus menurun, meski ada tanda-tanda perbaikan.

"Pagi hari ini Ibu Ani masih di ICU dan ditangani tim dokter dari Singapura dan kepresidenan," kata dia.

Namun, hanya berselang sekitar 15 menit usai wawancara, staf pribadi Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ossy mengirimkan pesan aplikasi grup kepada wartawan yang menunggu di National University Hospital Singapura.

"Ibu Ani kembali kritis. Mohon doanya para sahabat," bunyi pesannya.

Tidak lama setelah itu, wartawan kembali menerima pesan aplikasi yang berisi pesan duka. Bukan dari Ossy, tapi dari pihak yang bisa dipercaya.

Lalu, nampak juru bicara Partai Demokrat Imelda Sari setengah berlari memasuki rumah sakit. Ia menangis, tangannya dingin.

Namun, ia menolak memberikan komentar. Sambil mengelap air mata dan berjalan cepat. Ia meminta ANTARA untuk menunggu.

"Masih menunggu," jawabnya singkat.

Selang beberapa menit, Imelda kembali keluar dari ruang ICU. Sudah jauh lebih tenang, meski sisa air mata masih menempel di pipinya. Ia pun membenarkan kabar kabar meninggalnya Ibu Ani Yudhoyono.

"Kami mohon dimaafkan dimaafkan kesalahan ibu, baik yang disengaja dan yang tidak," kata dia.

Pernyataan resmi keluarga pun diungkapkan besan SBY, Hatta Rajasa kepada wartawan, berselang beberapa menit setelahnya.

"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, saudara-saudara sekalian, bapak ibu yang kami cintai. Izinkan kami mewakili keluarga besar SBY menyampaikan berita duka, telah berpulang ke rahmatullah hari ini pukul 11.50 di NUH, ibunda kita tercinta, Ibu Ani Yudhoyono yang telah meninggalkan kita semua," kata Hatta.

Hatta ditemani sejumlah kerabat menjelaskan rencana pemakaman ibu dari dua putra itu. Mulai dari rumah sakit, ke KBRI, kemudian diterbangkan ke Jakarta, untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.

Angin berembus pelan, sepelan penjelasan Hatta Rajasa. Ikut meniup air mata sejumlah orang di sana, jatuh ke pipi, termasuk wartawan yang hadir.

Selesai sudah perjuangan bersama selama ini. Karena sesungguhnya, sejak pertama diumumkan menderita kanker, Ibu Ani tidak pernah berjuang sendiri.

Ia berjuang diiringi lantunan doa masyarakat Indonesia di seluruh negeri, melalui perkumpulan-perkumpulan doa, melalui media sosial, dan juga dilirihkan dalam pelan.

Namun, perjuangan harus berakhir di sini. Tuhan memiliki skenarionya, manusia hanya berjuang dan menerima takdir.

Dan pada akhirnya, di Singapura, kami harus melepas Ibu Ani Yudhoyono pergi selamanya. Selamat jalan Bu!