Jakarta (Antaranews Lampung) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan defisit neraca transaksi berjalan yang terjadi pada tahun ini merupakan defisit yang sehat, karena impor untuk belanja modal (capital expenditure/capex) lebih besar dari impor konsumsi.
"Defisit ini adalah defisit yang sehat karena untuk keperluan perekonomian, impornya untuk investasi. Impor yang tumbuh 12-13 persen 'mostly' karena kegiatan ekonomi, kegiatan investasi, pembangunan infrastruktur yang memang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di 5,1-5,2. Artinya relatif impor capex di atas impor konsumsi. Ini yang memberikan optimisme," ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam acara diskusi CORE Economic Outlook 2019 di Jakarta, Rabu.
BI mencatat defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada kuartal III 2018 meningkat menjadi 3,37 persen dari PDB atau sebesar 8,8 miliar dolar AS, dibandingkan kuartal II 2018 yaitu 3,02 persen dari PDB atau 8 miliar dolar AS.
Meski pada paruh ketiga ini defisit meningkat, namun jika melihat dari awal tahun hingga akhir kuartal III 2018, defisit neraca transaksi berjalan secara akumulatif sebesar 2,86 persen PDB.
Menurut bank sentral, defisit yang meningkat pada kuartal III 2018 karena memburuknya kinerja neraca perdagangan barang dan melebarnya defisit neraca jasa.
"Isu defisit tiga persen ini kalau kita lihat di tahun ini karena pembiayaannya atau 'financial account' tidak signifikan," ujar Dody.
Ia mengatakan penting bagi bank sentral untuk menerapkan kebijakan moneter dengan melihat dari dua sisi yaitu neraca transaksi berjalan dan juga neraca jasa, karena keduanya menjadi sumber yang memberikan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.
Kebijakan moneter ketat yang dilakukan BI dengan menaikkan suku bunga acuan hingga 175 basis poin, merupakan upaya untuk mengurangi semakin melebarnya defisit transaksi berjalan.
"Dengan kita menaikkan suku bunga, kita akan mengurangi tekanan dari sisi permintaan domestik, yang kemudian akan mengurangi impor, dan akhirnya mengurangi CAD," kata Dody.
Pada 2019 defisit neraca transaksi berjalan diharapkan akan berkurang dan bisa kembali bergerak di bawah 3 persen. Ia pun mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan mulai dari penerapan B20 hingga penundaan sejumlah proyek infrastruktur yang berkonten impor tinggi.
"Sekarang semua tema besarnya memerangi CAD. Kita harapkan 'current account' bisa di bawah tiga persen di 2019," ujar Dody.
Berita Terkait
Agen BRILink permudah masyarakat untuk melakukan transaksi perbankan
Minggu, 17 Maret 2024 14:10 Wib
BRILink setor dan tarik tunai tanpa ribet, mempermudah warga untuk melakukan transaksi
Jumat, 15 Maret 2024 11:07 Wib
Agen BRILink permudah masyarakat lakukan transaksi
Selasa, 12 Maret 2024 11:12 Wib
PLN gelar program Gelegar Maksimalkan Transaksi
Minggu, 11 Februari 2024 9:43 Wib
Indonesia raup potensi transaksi 9,6 juta dolar di Ambiente di Jerman
Selasa, 6 Februari 2024 5:43 Wib
Indonesia catat potensi transaksi Rp46 miliar pada pameran pariwisata internasional di Madrid
Selasa, 30 Januari 2024 11:12 Wib
Rumah BUMN Rembang catatkan transaksi produk UMKM Rp3 miliar
Rabu, 24 Januari 2024 11:37 Wib
Transaksi komoditas syariah di ICDX capai Rp1,2 triliun
Senin, 22 Januari 2024 13:22 Wib