Warga antre panjang untuk dapatkan premium

id antrean premium, spbu diponegoro, premium langka

Warga antre panjang untuk dapatkan premium

Antrean pembeli premium di SPBU Jl, Pangeran Diponegoro, Bandarlampung, Senin (12/3) (Foto: Antara Lampung/Hisar Sitanggang)

Kalau antrean panjang sekali, atau stok premium sedang habis, saya beli pertamax atau pertalite
Bandarlampung  (Antaranews Lampung)- Sebagian warga Kota Bandarlampung sulit mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum, karena pasokan BBM bersubsidi itu terbatas sehingga stoknya kerap kosong.

Berdasarkan di sejumlah SPBU di Kota Bandarlampung, Senin, antrean panjang selalu terdapat di SPBU yang sudah mendapatkan pasokan premium, sedang SPBU lainnya menuliskan pengumuman untuk memberitahu stok premium sedang kosong atau dalam pengiriman.

Keterbatasan pasokan premium menyebabkan antrean panjang kendaraan biasanya terjadi di SPBU yang sudah mendapatkan pasokan BBM premium, seperti di SPBU 29-35242 Diponegoro Bandarlampung pada Senin pagi.

SPBU 29-35242 itu melayani pembelian premium mulai pagi sampai stok habis. Karenanya, SPBU tersebut selalu dipenuhi kendaraan yang hendak mengisi premium, dan antrean kendaraan mengular hingga ke badan jalan mengakibatkan kemacetan.

Beberapa petugas SPBU menyebutkan pasokan premium umumnya satu tangki dalam sehari, dan dalam beberapa jam BBM itu sudah habis terjual.

Di SPBU kawasan Jalinsum Bandarlampung, penjualan premium biasanya pada sore hari ketika pasokan premium dari Pertamina sudah tiba. Antrean panjang selalu terjadi setiap penjualan premium berlangsung di SPBU tersebut.

Di berbagai SPBU lainnya, penjualan premium hanya berlangsung ketika pasokan premium sudah tiba.

Beberapa pengendara menyebutkan mereka biasanya membeli pertalite atau pertamax jika premium sudah habis, meski harganya jauh lebih mahal.

"Kalau antrean panjang sekali, atau stok premium sedang habis, saya beli pertamax atau pertalite," kata Henry, salah satu pengendara.

Sementara pengendara lainnya menyebutkan tetap menggunakan BBM non-subsidi meski harganya jauh lebih mahal.

"Saya tetap menggunakan Pertamina-dex meski harganya naik menjadi Rp10.100 per liter karena lebih bagus untuk mesin dan sedikit gas buangnya. Untuk penghematan, pemakaian kendaraan harus sesuai kebutuhan saja," kata Duan, salah satu pengendara lainnya.

Meski demikian, para pengendara tetap mengharapkan pasokan premium diperbanyak ke SPBU agar masyarakat bisa memilih apakah menggunakan BBM bersubsidi atau non-subsidi.

Sementara itu, Ketua Bidang Ekonomi, Industri, Teknologi, Lingkungan Hidup DPP PKS, Memed Sosiawan dalam keterangan tertulisnya, meminta pemerintah menjamin ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) premium karena kenaikan harga BBM nonsubsidi serta tren melemahnya rupiah dapat membuat warga lebih memilih harga yang lebih murah untuk menyesuaikan kebutuhan sehari-hari.

"Di tengah melemahnya daya beli rakyat karena melemahnya nilai tukar rupiah dan besarnya kebutuhan premium karena besarnya disparitas harga, maka kondisi tersebut berpotensi mendorong terjadinya kelangkaan premium apabila pemerintah tidak menambah pasokan premium yang beredar," katanya.

Ia berpendapat, meskipun pemerintah telah menyatakan bahwa harga premium dan solar (BBM Bersubsidi) tidak berubah dan pemerintah akan menambah subsidi premium dan solar agar harga per liternya tetap sampai akhir tahun, namun untuk harga BBM nonsubsidi disesuaikan dengan kondisi harga minyak dunia.

Hal tersebut, lanjutnya, dapat mengubah perilaku konsumen dengan beralih ke BBM jenis premium atau pertalite.

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) merilis daftar harga BBM terbaru dengan mencatatkan kenaikan harga pada mayoritas nonsubsidi (Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex dan Dexlite).