Orlando, Florida (ANTARA Lampung/Reuters) - Seorang pria bersenjata menembak secara membabi-buta sehingga menewaskan 50 orang dan melukai 53 lainnya di sebuah kelab malam kaum gay, Pulse, di Orlando, Florida, pada Minggu (12/6) dini hari.
Pria tersebut kemudian ditembak mati oleh polisi, kata pihak berwenang setempat.
Insiden itu memakan korban paling banyak dalam sejarah kasus penembakan massal di Amerika.
Penembak diidentifikasi sebagai Omar S. Mateen, yang oleh seorang pejabat tinggi FBI dikatakan kemungkinan condong memiliki keterkaitan dengan kelompok militan ISIS.
Para pejabat menggolongkan serangan itu sebagai "insiden terorisme" namun memperingatkan bahwa dugaan keterkaitan dengan ISIS memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Jumlah korban tewas yang dinyatakan oleh Wali Kota Orlando Buddy Dyer dan kepolisian kepada para wartawan menjadikan serangan hari Minggu itu merupakan penembakan tunggal paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat.
Banyak korban pada Minggu jauh melebihi korban peristiwa penembakan massal di universitas Virginia Tech pada 2007. Sebanyak 32 orang tewas dalam tragedi itu.
"Dengan berat hati saya sampaikan bahwa kita kehilangan bukan 20 orang, tapi 50, selain si penembaknya. Ada 53 orang ... yang dirawat di rumah sakit."
Seorang polisi yang bekerja di Pulse, kelab malam yang telah beroperasi di pusat kota Orlando sejak 2004, beradu tembak dengan tersangka pada pukul 02.00 waktu setempat, kata para petugas kepolisian.
Keadaan di dalam Pulse tiba-tiba menjadi aksi penyanderaan. Tiga jam kemudian, pasukan keamanan menyerbu kelab malam itu dan menembak mati si pria bersenjata. Tidak ada kejelasan soal kapan pria tersebut menembaki para korbannya.
"Apakah kami menganggap aksi ini sebagai terorisme. Tentu saja, kami sedang menyelidiki pandangan semua pihak bahwa ini aksi terorisme," kata Danny Banks, agen khusus yang mengurusi Departemen Penegakan Hukum Florida.
Ketika ditanya apakah FBI menduga bahwa penembak kemungkinan berkaitan dengan Islam garis keras, termasuk menjadi simpatisan ISIS, Ronald Haper dari FBI mengatakan kepada para wartawan, "Kami memang punya dugaan bahwa orang tersebut (tersangka penembak) condong memiliki ideologi yang mengarah ke situ. Tapi saat kini kami tidak bisa mengatakannya secara pasti."
FBI mengatakan pihaknya masih berupaya memastikan apakah penembakan massal itu merupakan kejahatan berdasarkan kebencian terhadap kaum gay ataukah aksi teroris.
Presiden Barack Obama meminta pemerintah federal untuk memberikan bantuan yang diperlukan kepada kepolisian Florida dalam menyelidikan penembakan itu, kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Penyerang memegang sebuah senapan serbu dan satu pistol, kata Sheriff Orange County Jerry Demings. Pria itu juga membawa "perangkat" yang tidak bisa dikenali," kata Kepala Kepolisian Orlando John Mina.
Penembakan maut pada Minggu itu terjadi dua hari setelah penyanyi jebolan kompetisi "The Voice" Christina Grimmie ditembak hingga tewas, juga di Orlando.
Grimmie ditembak oleh seorang pria, yang diduga sebagai penggemar gila, ketika ia sedang memberikan tanda tangan setelah tampil dalam sebuah konser di kota itu.
Orlando berpenduduk 270.930 jiwa dan pada 2014 dikunjungi oleh 62 juta orang. Di kota itu, terdapat taman hiburan Disney World dan banyak tempat turis lainnya.