Belajar pada Silicon Valley.....

id Silicon Valley, Lembah Silikon

Memang orang boleh lupa tentang bagaimana gersang berdebu dan panasnya Lembah Silikon meski kini banyak yang mempertanyakan apa rahasia suksesnya untuk menjadi lingkungan yang sehat bagi para inovator kelas dunia itu.
Jakarta (ANTARA Lampung) - Jangan bertanya seperti apa Silicon Valley pada zaman dahulu sebab yang terpenting saat ini, wilayah itu menjadi kiblat ekonomi kreatif dunia yang membawa kesejahteraan bagi banyak orang.

Memang orang boleh lupa tentang bagaimana gersang berdebu dan panasnya Lembah Silikon meski kini banyak yang mempertanyakan apa rahasia suksesnya untuk menjadi lingkungan yang sehat bagi para inovator kelas dunia itu.

Wali Kota Bandung Ridwal Kamil dalam blognya ridwankamil.wordpress.com menyatakan kekagumannya pada Silicon Valley yang diistilahkan Florida dengan rumus 3T (talent, technology & tolerance), dimana nyamannya kota San Jose dengan segala fasilitas kelas dunianya bersatu dengan ribuan talenta berbakat dan jenius.

"Hadirnya institusi pendidikan sekelas Stanford, UC Berkeley atau Caltech bersatu dengan matangnya sistem venture capital yang suportif. Kita di Indonesia pun sebenarnya memiliki peluang itu. Terutama di koridor urban Bandung-Cilegon," tulisnya penuh keyakinan.

Orang-orang luar mungkin berpikir bahwa Silicon Valley mudah untuk direplikasi cukup dengan mengumpulkan dana ataupun engineering talent di satu tempat.

Namun James Hong pada blognya di Medium.com, salah seorang komunitas Lembah Silikon menegaskan komponen yang sulit untuk ditiru adalah ketersediaan akses kepada para alumni yang telah sukses dan kemauan para alumni untuk membantu para founder startup generasi selanjutnya.

Co-Founder HOTorNOT, sebuah startup photo rating yang berkembang menjadi sebuah dating site itu mengatakan Silicon Valley mempunyai sebuah kultur saling membantu yang diserap hingga orang-orang yang berada di puncak.

Ia merasa hal tersebut adalah perbedaan utama yang membuatnya berhasil. Pada banyak industri, orang-orang yang berada di puncak cenderung meremehkan startup. Sebaliknya di Silicon Valley, banyak orang-orang sukses yang tetap rendah hati dan merasa senang untuk membantu para startup jika mereka merasa startup tersebut menarik.

"Rahasia dari Silicon Valley adalah kami ingat untuk membalas budi," kata James Hong yang menjalankan startup secara bootstrap selama delapan tahun hingga menjelma menjadi mesin uang yang akhirnya dibeli investor seharga 20 juta dolar AS.

"Kami tidak lupa bantuan yang kami dapat, dan kami melakukan usaha khusus untuk membayarnya kembali," kata Hong yang kini menjadi angel investor di Silicon Valley.

Sebagai contoh, Larry Page dari Google memberikan saran tentang dimana Hong harus membeli server (Rackable Systems) dan Jim Reese, head of engineering operations mereka memberikan Hong beberapa saran technical tentang scaling.

Beberapa eksekutif Yahoo bahkan dengan sengaja membiarkan perusahaan seumur jagung Hong untuk host gambar-gambar di server mereka selama bertahun-tahun.

"Kami awalnya mengira bahwa kami tidak ketahuan melakukannya, namun akhirnya kami mengetahui bahwa ternyata mereka memasukkan HOTorNOT ke dalam whitelist mereka. Ketika saya bertemu dengan mereka dan mengapa mereka melakukannya hal tersebut untuk kami, mereka mengatakan pada saya 'kami mencintai HOTorNOT dan tidak ingin menjadi orang yang membunuhnya'," kata Hong.

           Saling Mendukung
Silicon Valley tanpa banyak tampak dari luar faktanya dibangun dengan pondasi saling mendukung.

Komunitas Lembah Silicon tak akan ada tanpa adanya keberpihakan "yang besar" pada "yang kecil" sehingga tak pernah ada hukum rimba berlaku di wilayah yang masuk di bagian West Coast negara bagian California itu.

Jadi seberapa kuatkah Indonesia untuk mampu mereplikasi Silicon Valley?

Inilah faktanya; UMKM di Indonesia jumlahnya mencapai 99 persen dari pelaku usaha yang ada di Tanah Air. Sedangkan jumlah wirausaha di Indonesia, baru 1,67 persen dari total populasi penduduk.

Tercatat berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun lalu terdapat 55,2 juta usaha kecil-menengah. Seluruh usaha tersebut memberikan kontribusi pada PDB sebesar 57,9 persen dan kontribusi penyerapan tenaga kerja 97,2 persen.

Data ini menyajikan kenyataan bahwa UMKM di Indonesia masih menjadi sektor nonformal yang menjadi tumpuan masyarakat namun kontribusinya terhadap PDB masih belum seimbang atau sebesar usaha-usaha besar yang jumlahnya hanya segelintir namun menguasai "kue" perekonomian yang dominan.

Keberpihakan terhadap pemberdayaan UMKM di Tanah Air pun patut dipertanyakan padahal siapapun yang berkuasa selalu menjanjikan insentif dan kemudahan bagi sektor tersebut.

Pertanyaan berikutnya kemudian, apakah yang salah dari upaya pemberdayaan UMKM yang telah berjalan?

Maka etika berbisnis di Silicon Valley pun layak untuk dijadikan acuan ketika budaya saling mendukung dikembangkan, hukum rimba ditiadakan, sehingga yang besar menolong yang kecil, dan yang telah tumbuh tak perlu lupa untuk membalas budi.

           Berharap Dibantu
Pemerintahan Jokowi-JK memiliki keinginan yang besar untuk melahirkan Silicon Valley ala Indonesia sebagai ladang bagi tumbuh suburnya wirausaha.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika berkunjung ke Amerika Serikat bahkan memanggil anak-anak muda Indonesia yang berada di luar negeri, khususnya Amerika Serikat dan ingin pulang untuk mengembangkan usaha di Tanah Air, agar tidak pernah ragu untuk pulang.

"Mau pulang, pulang aja," ucap Presiden ketika bertemu dengan Diaspora Indonesia di Auditorium Palace of Fine Arts, San Francisco, 16 Februari 2016.

Presiden menjelaskan bahwa pengalaman bekerja sebagai seorang profesional di negara maju seperti Amerika Serikat, tentunya akan menjadikan nilai tambah yang besar bagi negara.

"Saya ingin dalam waktu yang sangat cepat ini ada 1.000 technopreneurs dan developers," kata Presiden.

Sejumlah kemudahan pun ditawarkan dan segala hal kata Jokowi telah dilakukan untuk Indonesia lebih baik mulai dari membangun infrastruktur, deregulasi, hingga meningkatkan akses broadband.

Bahkan untuk memperluas akses pembiayaan, bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) akan diturunkan lagi dari 9 persen menjadi 7 persen per tahun.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) misalnya dalam 10 bulan terakhir ini juga telah menyiapkan roadmap e-commerce Indonesia.

"Potensi industri digital di Indonesia sebesar 130 miliar dolar AS pada tahun 2020. Roadmap sudah selesai dan akan dituangkan dalam pers dan pendanaannya dilakukan melalui KUR," ucap Menkominfo Rudiantara yang turut hadir dalam pertemuan itu.

Bahkan, lanjut Rudiantara, skema yang diberikan kepada anak-anak muda akan berbeda dari skema pembayaran KUR sehingga dikonversi menjadi venture capital dan peraturan OJK telah turut mendukung skema ini.

"Tentunya tidak mungkin kalau pengusaha baru dibebankan membayar bunga, karena mereka baru memulai usaha," ujar Rudiantara.

Presiden Jokowi juga telah meminta bantuan pada komunitas Silicon Valley untuk terlibat dalam inkubasi wirausaha baru di Indonesia.

Dalam pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan CEO Google Sundar Pichai di Mountain View, California, Google mengumumkan rencana untuk membantu melatih 100.000 pengembang mobile hingga 2020.

Bekerjasama dengan mitra di seluruh Indonesia, Google akan mengadakan kursus pengembangan keterampilan melalui perguruan tinggi, secara online dan melalui kelompok belajar di seluruh nusantara.

Namun seluruh usaha yang telah dirintis dan dipersiapkan itu bisa jadi akan sia-sia jika tanpa diiringi pembangunan kultur saling mendukung serupa yang dikembangkan nun di Lembah Silikon. Dengarkan mereka punya cerita tentang kisah sukses bagaimana menghargai UMKM dan usaha pemula.