Suksesi Muhammadiyah di Tengah Demokrasi Transaksional

id Muktamar Muhammadiyah, Ketua Umum Muhammadiyah, Muhammadiyah, Haedar Nashir

Makassar (ANTARA Lampung) - Suksesi kepemimpinan Muhammadiyah yang berjalan lancar, tertib, dan demokratis, melalui Muktamar ke-47 Makassar, dapat menjadi pembelajaran atau paling tidak menjadi contoh yang patut diteladani di tengah penegakan demokrasi di Indonesia yang lebih banyak transaksional.  
   
Melalui muktamar yang diselenggarakan di kampus Universitas Muhammadiyah Makkasar, Ormas Islam terbesar kedua tersebut berhasil melakukan pergantian tampuk kepemimpinan dalam suasana kekeluargaan serta jauh dari persaingan individu dan kelompok yang saling membuka kelemahan satu sama lain.

Tidak ada figur calon ketua umum Muhammadiyah yang menampilkan atribut-atribut di ruang publik di Kota Makassar untuk menaikkan popularitas dan elektabilitasnya.    

Tidak ada juga tim sukses pendukung calon ketua umum atau di antara calon ketua umum yang berpolemik di ruang publik melalui media massa.

Proses suksesi kepemimpinan Muhammadiyah berjalan dengan tertib, lancar, dan demokratis, sesuai dengan mekanisme dan tata tertib yang sudah menjadi keputusan pada Sidang Tanwir Muhammadiyah sebelumnya.

Proses pemilihan yang dilakukan secara berjenjang dan dimulai dengan pemberian formulir pendaftaran untuk bakal calon pimpinan Muhammadiyah dapat menjadi filter dan peredam persaingan terbuka di antara tokoh-tokoh yang memenuhi persyaratan.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005--2010 dan 2010--2015, Din Syamsuddin, di lokasi Muktamar Muhammadiyah, Makassar, Minggu (2/8), mengatakan paling tidak ada lima kriteria calon pimpinan Muhammadiyah.

Kriteria tersebut meliputi, pertama, memahami Islam secara luas dan mendalam, bukan sekadar ulama biasa. Kedua, memiliki sikap independen dan tidak bisa didikte. Ketiga, memiliki keterampilan manajerial.

Keempat, berkarakter penggerak. Kelima, memiliki relasi sosial yang baik. Keenam, pernah menjadi pimpinan di struktur organisasi Muhammadiyah secara berjelang mulai dari pimpinan cabang hingga pimpinan pusat atau pernah menjadi pimpinan organisasi otonom (ortom) di Muhammadiyah.

"Hemat saya calon ketua umum adalah ulama plus-plus, yang bisa juga membaca ayat qauniyah, yakni alam semesta, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, atau istilah Ahmad Dahlan, ulama intelektual, yang memiliki wawasan keislaman tapi juga memiliki wawasan realitas kemasyarakatan dan kebangsaan," kata Din Syamsuddin.

Ketua Panitia Pemilihan Muktamar Muhammadiyah ke-47, Ahmad Dahlan Rais, menjelaskan proses pemilihan pimpinan Muhammadiyah dimulai pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di Samarinda tahun 2014.

Peserta Sidang Tanwir mengusulkan nama-nama yang dinilai memenuhi persyaratan dan terkumpul sekitar 200 nama, tapi setelah dicek ulang kepada peserta terjaring sekitar 130 nama.

Dari seluruh nama tersebut, kemudian diberikan formulir untuk diisi dan dikembalikan kepada Panitia Pemilihan, sebagai wujud kesediaan untuk dipilih menjadi calon pimpinan Muhammadiyah, tapi hanya 82 nama yang mengembalikan formulir.

Din Syamsuddin yang sudah dua periode memimpin Muhammadiyah dan telah menduduki jabatan sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia, tidak mengembalikan formulir.

Dari 82 nama tersebut, dipilih oleh peserta Sidang Tanwir di Makassar pada 2 Agustus 2015 menjadi 39 nama yang disebut sebagai anggota tetap Muhammadiyah.

Setelah Muktamar Muhammadiyah dibuka pada 3 Agustus 2015, sebanyak 2.389 muktamirin yang memiliki hak suara, memilih 39 nama tersebut menjadi 13 nama yang disebut anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada 5 Agustus 2015.

Mereka adalah Haedar Nashir yang meraih 1.947 suara, Yunahar Ilyas (1.928 suara), Ahmad Dahlan Rais (1.827 suara), M Busyro Muqoddas (1.811 suara),  Abdul Mu'ti (1.802 suara), Anwar Abbas (1.436 suara), Muhadjir Effendy (1.279 suar), Syafiq A Mughni (1.190 suara), Dadang Kahmad (1.146 suara), Suyatno (1.096 suara), Agung Danarto (1.051 suara), M Goodwill Zubir (1.049 suara), dan Hajriyanto Y Thohari (968 suara).

Sesuai amanah AD/ART serta tata tertib, sebanyak 13 nama anggota PP Muhammadiyah tersebut menjadi formatur dan melakukan sidang internal untuk memilih satu orang ketua umum dan satu orang sekretaris umum di antara mereka.

Sidang formatur berjalan lancar dan Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Haedar Nashir, yang meraih suara, terpilih sebagai ketua umum, sedangkan Abdul Mu'ti terpilih sebagai sekretaris umum.  

Ketika nama Haedar Nashir diumumkan di hadapan muktamirin untuk meminta persetujuannya, para muktamirin pun sontak berteriak, "setujuuu".

Itulah proses demokrasi pada suksesi kepemimpinan Muhammadiyah yang berjalan lancar, tertib, dan demokratis.

                                               Pujian
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan yang menhadiri acara pembukaan dan penutupan Muktamar Ke-47 Muhammadiyah memberikan pujian dan apresiasi pada penyelenggaraan Muktamar, terutama proses pemilihan pimpinannya.

Menurut Zulkifli, penyelenggaraan Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Muktamar Satu Abad Aisyiyah yang berlangsung damai dan lancar hendaknya dapat menjadi contoh teladan bagi organisasi lain di Indonesia.

"Penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiah di Makassar ini berlangsung damai dan penuh persaudaraan," kata Ketua Umum DPP Partai Amanah Nasional (PAN) itu.

Ia melihat proses pemilihan pimpinan di Muhammadiyah yang jauh situasi persaingan, hendaknya menjadi contoh teladan bagi organisasi lainnya, baik partai politik maupun ormas.

Zulkifli menilai penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Makassar berlangsung dalam suasana kekeluargaan yang hangat, saling percaya, serta jauh dari persaingan, apalagi konflik karena mengutamakan kepentingan pembangunan organisasi dan umat.

"Saya harapkan dari  Muktamar Muhammadiyah dan Muktamar Aisyiyah di Makassar ini dapat membawa perubahan besar bagi kemajuan bangsa Indonesia," katanya.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005--2010 dan 2010--2015, Din Syamsuddin, mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada Zulkifli Hasan.

Din Syamsuddin pada pidato setelah serah terima jabatan juga berharap agar PP Muhammadiyah periode 2015-2020 dapat membawa Ormas Islam terbesar kedua itu dapat terus membangun dakwah, baik keagamaan maupun konstirusional, dan tetap berjalan lurus dalam trayeknya.

Din Syamsuddin juga memuji, proses pemilihan pimpinan yang berjalan lancar, tertib, dan demokratis.

Pada penghitungan suara pada pemilihan setiap tahap dilakukan menggunakan komputerisasi atau IT yang berjalan cepat dan akurat.

Menurut Din, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dapat mencontoh Muhammadiyah pada proses penghitungan suara untuk pemilu.

"Penghitungan suara pada pemilihan calon pimpinan Muhammadiyah berjalan baik dan prosesnya melalui IT," katanya.

Proses penghitungan suara tersebut, kata dia, berjalan lancar dan relatif tidak ada kesalahan.

"KPU bisa belajar atau bisa menggunakan sistem penghitungan suara yang dilakukan Muhammadiyah," katanya.

Penyelenggaraan Muktamar dan proses pemilihan pimpinan Muhammadiyah yang berjalan lancar, tertib, dan demokratis ini, kiranya dapat menjadi pembelajaran atau paling tidak menjadi contoh yang patut dicermati pada penegakan demokrasi di Indonesia.